tag:blogger.com,1999:blog-83095210023620432182024-03-13T06:56:00.876-07:00Lilik KhoirudinLilik Khoirudinhttp://www.blogger.com/profile/12951474126734285545noreply@blogger.comBlogger80125tag:blogger.com,1999:blog-8309521002362043218.post-31824748706654285352012-01-16T07:33:00.000-08:002012-01-16T07:36:26.584-08:00Untukmu, Wahai Aktifis DakwahKepada kalian yang mempertautkan hati di jalan dakwah ....<br />Kepada kalian yang menjalin ikatan kasih dalam indahnya ukhuwah ....<br />Kepada kalian yang merindukan tegaknya syari’ah ....<br />Kepada kalian, ana tulis sebuah surat cinta ....<br />Karena bersama kalian ku temukan cinta di jalan dakwah ....<br />Kasih dalam jihad fi sabilillah ....<br />Uhibbukum FILLAH …. LILLAH ….<br /><br />Teruntuk para aktivis dakwah,<br /><br />Dakwah berdiri di atas aqidah yang kokoh, ibadah dan ilmu yang shohih, niat yang lurus, dan iltizam yang kuat<br />Dakwah adalah proyek besar membangun peradaban umat<br />Dakwah adalah jalan yang sukar dan terjal<br />Dakwah adalah jalan yang sangat panjang<br />Dakwah penuh dengan gangguan, cobaan, dan ujian<br />Dakwah bukan jalan yang ditaburi bunga dan wewangi kesturi<br />Dakwah butuh komitmen yang kuat dari pengembannya<br />Dakwah memerlukan kemurahan hati, pemberian dan pengorbanan tanpa mengharapkan hasil, tanpa putus asa, dan putus harapan<br />Dakwah butuh pengorbanan dan kesungguhan<br />Dakwah butuh kesabaran dan keistiqomahan<br /><br /><br />Teruntuk para pejuang,<br /><br />Sudah teguhkah azzam yang kau pancang ???<br />Benarkah perjuanganmu karena ALLAH ???<br />Mundurlah, dan luruskan kembali niatmu, jika:<br />Nafsu masih merajaimu<br />Kilauan permata masih menyilaukanmu<br />Kesenangan dunia masih melenakanmu<br />Syaithan masih bersarang di dadamu dan menjadi teman setiamu<br />Kenikmatan semu masih membuaimu dan menutup mata batinmu<br />Percayalah, semua itu adalah keindahan sesaat yang akan menggoyahkan tekadmu. Allah Azza Wa Jalla sengaja ciptakan itu sebagai ujian bagimu!<br />Berbahagialah jika kau menjadikan Allah ‘Azza wa Jalla sebagai tujuan akhirmu, puncak kerinduanmu. Dan jadilah antum sebagai orang-orang yang beruntung!<br /><br /><br />Untuk jiwa-jiwa yang merindukan kemenangan<br />Untuk setiap diri yang mengaku sholih<br />Untuk mereka yang mengajak kepada jalan yang lurus<br />Untuk mereka yang saling menasehati dalam kebenaran dan kebaikan<br /><br />Ketika jalan yang kalian tempuh begitu sukar, ketika amanah yang kalian emban begitu berat, ketika tanggung jawab yang kalian pikul begitu banyak, terkadang kalian lupa dengan azzam yang kalian tanam sebelumnya, kalian lalai dan terlena. Kalian lupa membersihkannya, membidiknya, mengontrolnya, memuhasabahinya, dan lupa untuk meluruskannya kembali. Apakah dunia yang fana lebih kau cintai daripada kampung akhirat yang kekal abadi?<br /><br /><br />Duhai para pecinta ALLAH<br />Duhai yang meneladani Muhammad Rasulullah<br />Duhai yang menjadikan Al-Quran sebagai pedomannya<br />Duhai yang berjihad di jalanNya dengan sebenar-benarnya jihad<br />Duhai yang memburu syahid sebagai cita-cita tertingginya<br /><br /><br />Dakwah telah memanggilmu!<br />Umat menunggu pencerahan darimu!<br />Letih sudah mata ini menyaksikan kemaksiatan merajalela.<br />Lelah sudah kaki melangkah, karena setiap jengkal yang dipijak, bumi merasa terdzolimi oleh manusia-manusia tak beradab.<br />Lunglai tubuh ini ketika mendapati hukum-hukum Allah diganti dengan hukum-hukum makhluk yang hanya menebar kerusakan.<br />Perih hati ini ketika menemukan thoghut-thoghut bersarang di dalamnya.<br />Menangis batin ini menyaksikan saudara-saudara seiman, seislam, dan seaqidah saling caci, saling menyalahkan, saling bermusuhan. Lalu ke mana perginya ukhuwah?<br /><br />Apakah ukhuwah hanya berlaku pada segolongan atau sekelompok umat yang bernaung dalam satu jamaa�ah?<br /><br /><br />Wahai yang mengaku diri aktivis haroki,<br /><br /><br />Sudah benarkah aktivitas yang antum jalani dalam menyeru manusia ke jalan ALLAH?<br />Serulah dirimu sebelum kau menyeru orang lain.<br />Sudahkah ghiroh yang kau miliki kau poles dengan ilmu yang shohih? Karena semangat saja belum cukup! Teruslah tholabul�ilm..<br />Sudah efektifkah syuro-syuro antum?<br /><br />Apa yang ada dalam syuro hanya obrolan sia-sia yang mengundang tawa?<br /><br />Senda gurau tak bermakna?<br /><br />Tak ada lagi kesungguhan dan fokus menyelesaikan masalah?<br /><br />Terlalu banyak basa-basi dan kata-kata tak berarti?<br />Bagaimana cara antum merumuskan, mengatur strategi jitu, menyusun konsep, menetapkan target, men-SWOT, dan lain sebagainya, sudah syar�ikah?<br /><br />Sudahkah antum pantau terus niatmu agar tetap lurus di awal, di tengah, sampai ke penghujungnya?<br /><br />Di sini niat dan tujuan harus selalu di luruskan. Bukan demi keegoisan masing-masing individu atau jama�ah, tapi demi tegaknya Dienullah.<br />Lalu, bagaimana kenyataannya di lapangan?<br /><br />Teknis yang telah antum usahakan bersama?<br /><br />Apakah ada titik-titik noda di dalamnya?<br />Hijab yang semakin longgar, virus merah jambu yang semakin menyebar, ukhuwah yang kian memudar, barisan yang terpencar. Atau mungkin sms-sms taujih yang menyebar di kalangan ikhwan dan akhowat yang kemudian mengotori hati-hati mereka, menodai niat tulus mereka. Dari kata-katanya, ada rasa kagum pada ghirohnya, salut pada keteguhannya, simpatik pada ke-haroki-annya, dan tersanjung pada perhatiannya. Benih-benih inilah yang akan tumbuh bersemi di hati dan mengefek pada amal sehari-hari.<br />Mungkin saja fenomena-fenomena itu yang mengurangi keberkahan dakwah sehingga ALLAH �Azza wa Jalla belum mau menghadiahkan kemenangan itu pada kita! Karena di samping menyeru kepada kebenaran, tentara-tentara Allah itu juga menggandeng kemaksiatan, apapun bentuknya!<br /><br /><br />Akhi wa Ukhti ....<br /><br />Di mana antum berada saat saudara-saudara antum di belahan bumi yang lain sedang megangkat senjata, menghadang tank-tank zionis, melempar bom dan batu kerikil di medan intifadhah?<br /><br />Di mana antum saat mereka berburu syahid? Yang mereka pertaruhkan adalah nyawa, akhi! Nyawa, ukhti! NYAWA!<br /><br />Jika darah tak mampu antum alirkan, maka di mana saat saudara-saudara antum sedang bermandi peluh menyiapkan kegiatan-kegiatan dakwah, acara-acara syiar Islam, daurah, bakti sosial, dan seabrek agenda-agenda dakwah yang lain.<br />Di mana antum saat yang lain sedang membuat publikasi, mendesain dekorasi, menyediakan konsumsi, atau menyebar proposal, mencari dana ke sana ke mari? Semua demi kelancaran acara. Demi syiar Islam! Agar dakwah terus menggaung di berbagai penjuru. Agar Islam tetap berdetak di jantung masyarakat. Masyarakat yang kini telah hilang jati dirinya sebagai hamba ALLAH. Masyarakat yang kini malu mengaku sebagai Muslim. Masyarakat yang kini phobi dengan syari�at Islam. Ya, masyarakat itu kini ada di sekeliling kita. Mereka hadir di tengah-tengah kita. Mereka adalah objek dakwah kita!<br /><br /><br />Wahai yang masih memiliki hati tempat bersemayamnya iman, apakah ia tidak lagi bergetar kala ayat-ayatNya diperdengarkan?<br /><br />Apakah ia tak lagi geram ketika melihat kemungkaran terjadi di hadapannya?<br />Wahai yang memiliki mata yang dengannya antum bias melihat indah dunia, apakah ia tak lagi menangis saat dikabarkan tentang azab, ancaman, dan siksaan?<br /><br />Apakah ia tak lagi meneteskan cairan hangatnya ketika bangun di tengah malam dalam sujud-sujud panjang?<br /><br />Apakah ia tak lagi mengalirkan butiran-butiran beningnya ketika melihat saudaranya yang seaqidah didzolimi, dirampas hak-haknya, dilecehkan dan di aniaya, bahkan dibunuh karena mempertahankan diennya?<br /><br /><br />Ke mana kalian wahai aktivis dakwah?<br />Di mana kini antum berada?<br />Sedang bersantai ria di kamar sambil mendengar nasyid kesukaan?<br />Terbuai di atas kasur dengan bantal empuk dan selimut tebal?<br />Bersenda gurau bersama kawan-kawan?<br />Membaca novel-novel picisan?<br />Atau…sedang melamun memikirkan sang pujaan?<br /><br /><br />Kepada kalian yang sedang menanti hadirnya belahan jiwa…<br />Masih perlukah romantisme di saat nasib umat sedang berada di ujung tombak?<br />Masih perlukah gejolak asmara tumbuh dan bersemi di jiwa?<br /><br />Membuat otak sibuk memikirkannya, membuat setiap lisan tak henti menyebut namanya, membuat setiap hati tak tenang, resah, dan gelisah menunggu hadirnya.<br />Masih perlukah virus merah jambu menjangkiti rongga-rongga hatimu? Melemahkan sendi-sendimu, menggoyahkan benteng pertahananmu, merapuhkan tekadmu, menenggelamkanmu dalam samudera cinta mengharu biru.<br />Masih perlukah semua perasaan itu kau pelihara, kau tanam, kau pupuk, kau siram, dan kau biarkan tumbuh subur dalam hatimu?<br /><br />Wahai aktivis dakwah, sungguh perasaan itu fitrah! Kau pun sering berdalih bahwa itu adalah anugerah. Sesuatu yang tak bisa dinafikan keberadaanya, tak bisa dielakkan kehadirannya. Cinta memang datang tanpa diundang. Cinta memang tak mampu untuk memilih, kepada siapa dia ingin hinggap dan bersemi. Dia bisa menghuni hati siapaun juga, tak terkecuali aktivis dakwah! Sekali lagi, cinta itu fitrah!<br />Namun wahai ikhwah yang mewarisi tongkat estafeta dakwah, bisa jadi perasaanmu itu menghalangimu untuk mengoptimalkan kerja dakwahmu.<br />Bisa jadi perasaanmu itu mengganggu aktivitas muliamu.<br />Bisa jadi perasaanmu itu mengusik hatimu untuk mundur dari jalan dakwah yang kau tempuh.<br />Bisa jadi perasaanmu itu membelenggumu dalam cinta semu.<br />Dan yang terparah, bisa jadi perasaanmu itu menggeser posisi Rabbmu dalam tangga cintamu.<br /><br />Tanpa kau sadari!<br />Yang kau ingat hanya dia!<br /><br />Yang terbayang adalah wajahnya.<br /><br />Yang kau pikirkan kala dia menjadi partner dakwahmu seumur hidup, membangun pernikahan haroki, menemanimu membina keluarga dakwah dan menjadikannya abi/ummi dari jundi-jundi rabbani…ah indahnya!<br /><br />Yang ada di sholatmu, dia.<br /><br />Yang ada di tilawahmu, dia.<br /><br />Yang ada di bacaan ma’tsuratmu, dia. Yang ada di benakmu, dia.<br /><br />Yang ada di aktivitasmu, dia. Hanya ada dia, dia, dia, dan dia!<br /><br /><br />Benarkah itu wahai saudaraku?<br />Mari kita jawab dengan serentak....na�udzubillahi min dzaalik!<br />Ke mana cinta ALLAH dan RasulNya kau tempatkan?<br />Di mana dakwah dan jihad kau posisikan?<br />Astaghfirullahal �adziim...<br />Dakwah hanya dimenangkan oleh jiwa-jiwa bermental baja, bertekad besi, berhati ikhlas. Orang-orang beriman yang mengatasi persoalan dengan ilmu yang shohih dan memberi teladan dengan amal.<br />Perjalanan panjang ini membutuhkan mujahid/ah perkasa yang mampu melihat rintangan sebagai tantangan, yang melihat harapan di balik ujian, dan menemukan peluang di sekeliling jebakan.<br />Ke mana militansi yang antum miliki?<br />Ke mana ghiroh membara yang antum punya?<br /><br /> <br /><br />Pejuang sejati adalah mereka yang membelanjakan hartanya di jalan dakwah, menjual dunianya untuk akhiratnya, mengorbankan nyawanya demi jihad fisabilillah, menggunakan seluruh waktu dan sisa umurnya untuk memeperjuangkan dan mengamalkan Islam.<br />Dakwah TIDAK BUTUH aktivis-aktivis MANJA!<br />Dakwah TIDAK BISA DIPIKUL oleh orang-orang CENGENG, MENTAL-MENTAL CIUT, NYALI YANG SETENGAH-SETENGAH, dan GERAK YANG LAMBAN!<br />Barisan dakwah harus disterilkan dari prajurit-prajurit yang memiliki sifat-sifat seperti di atas (manja, cengeng, mental ciut, nyali setengah-setengah, ragr-ragu, dan lamban bergerak). Karena, keberadaan mereka hanya akan menularkan dan menyebarkan aroma kelemahan, kerapuhan, kepasrahan, dan kekalahan di tengah-tengah barisan.<br />Dakwah butuh pejuang-pejuang tangguh untuk mengusungnya.<br />Dakwah butuh orang-orang cerdas untuk memulainya, orang-orang ikhlas untuk memperjuangkannya, orang-orang pemberani untuk memenangkannya!<br />Antumlah orang-orang terpilih yang mengukir sejarah itu!Lilik Khoirudinhttp://www.blogger.com/profile/12951474126734285545noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309521002362043218.post-70742809561350364542012-01-15T03:07:00.000-08:002012-01-15T03:08:35.896-08:0010 Ciri Akhlak TerpujiAkhlak berasal dari perkataan Al Khuluq. Al-Khuluq bererti tabiat atau tingkah laku. Menurut Iman Al Ghazali, akhlak merupakan gambaran tentang keadaan dalam diri manusia yang telah sebati dan daripadanya terbit tingkah laku secara mudah dan senang tanpa memerlukan pertimbangan atau pemikiran. Akhlak sangat penting dan pengaruhnya sangat besar dalam membentuk tingkah laku manusia. Apa saja yang lahir dari manusia atau segala tindak-tanduk manusia adalah sesuai dengan pembawaan dan sifat yang ada dalam jiwanya.<br />Tepatlah apa yang dikatakan oleh Al-Ghazali dalam bukunya Ihya’ Ulumuddin, “Sesungguhnya semua sifat yang ada dalam hati akan lahir pengaruhnya (tandanya) pada anggota manusia, sehingga tidak ada suatu perbuatan pun melainkan semuanya mengikut apa yang ada dalam hati manusia”.<br /> <br />Tingkah laku atau perbuatan manusia mempunyai hubungan yang erat dengan sifat dan pembawaan dalam hatinya. Umpama pokok dengan akarnya. Bermakna, tingkah laku atau perbuatan seseorang akan baik apabila baik akhlaknya, sepertimana pokok, apabila baik akarnya maka baiklah pokoknya. Apabila rosak akar, maka akan rosaklah pokok dan cabangnya. Allah Subhanahuwata’ala berfirman:<br /> <br />“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.”<br />(Al- A’raf: 58)<br /> <br />Akhlaq yang mulia adalah matlamat utama bagi ajaran Islam. Ini telah dinyatakan oleh Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam dalam hadisnya (yang bermaksud, antara lain:<br /> <br />“Sesungguhnya aku diutuskan hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia”.<br /> <br />Hal ini ditegaskan lagi oleh ayat al-Qur’an dalam firman Allah:<br /><br /> <br />“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”<br />(Al-Qalam: 4)<br /> <br />Juga dalam firman Allah swt. lagi:<br /> <br /><br />Orang –orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi nescaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar dan kepada Allah kembali segala urusan.<br />(Al Hajj, 22 : 41)<br /> <br />Firman Allah swt. lagi:<br /> <br />Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak–anak yatim, orang-orang miskin, (yang memerlukan pertolongngan) dan orang-orang yang meminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan solat, dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.<br />(Al-Baqarah, 2: 177)<br /> <br />Akhlaq yang mulia adalah merupakan tanda dan hasil dari iman yang sebenar. Tidak ada nilai bagi iman yang tidak disertai oleh akhlak. Sebuah athar menyatakan (antara lain, bermaksud):<br /> <br />“Bukanlah iman itu hanya dengan cita – cita tetapi iman itu ialah keyakinan yang tertanam didalam hati dan dibuktikan dengan amalan”<br /> <br />Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam pernah ditanya: Apa itu agama? Baginda menjawab: Kemuliaan akhlaq (Husnul Khulq). Bila ditanya tentang kejahatan, baginda menjawab: Akhlaq yang buruk (Su’ul khalq).<br /> <br />Diriwayatkan dari Annawas bin Sam’an ra. berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah saw. Tentang bakti dan dosa, maka jawab Nabi saw. “Bakti itu baik budi pekerti, dan dosa itu ialah semua yang meragukan dalam hati dan tidak suka diketahui orang.” (HR. Muslim)<br /> <br />Abu Darda berkata, “Bersabda Nabi saw, “Tiada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin di hari kiamat daripada husnul Khulq (akhlak yang baik).” (HR. At Tirmidzi)<br /> <br />Aisyah ra. Berkata, “Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya seorang mukmin yang dapat mengejar budi pekerti yang baik, darjat orang itu sama seperti orang yang terus menerus berpuasa dan solat malam.” (HR. Abu Daud)<br /> <br />Jabir ra. berkata, “Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya orang yang sangat saya kasihi dan terdekat denganku pada hari kiamat nanti adalah orang terbaik akhlaknya. Dan orang yang sangat aku benci dan terjauh dariku pada hari kiamat nanti adalah orang yang banyak bicara, sombong dalam pembicaraannya, dan berlagak menunjukan kepandaiannya.” (HR. At Tirmidzi). <br /> <br />Kekuatan akhlak lahir melalui proses panjang yang memerlukan kesediaan untuk sentiasa memberi komitmen dengan nilai-nilai Islam. Seorang ulama menjelaskan thariqah (jalan) untuk membina akhlak islami adalah dengan kemahuan untuk melaksanakan latihan (tadribat) dan pendidikan (tarbiyah). Setiap muslim memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi baik atau buruk, masalahnya adalah sejauh mana usaha kita untuk mendisiplinkan diri dengan nilai-nilai dan amalan Islam bagi melahirkan muslim yang berakhlak ampuh. Malangnya keampuhan akhlak inilah yang sering dilupakan. Malah kian rapuh sehingga hilangnya jatidiri muslim hakiki. Justeru menjadi punca lunturnya sinar Islam pada penghujung zaman. Gejala keruntuhan akhlak yang berlegar di sekeliling kita seperti zina hati, mata, lisan dan seumpamanya meruntun jiwa kita selaku pendokong agama. Keruntuhan yang tidak dikawal pada satu tahap yang minima membawa insan kepada bertuhankan nafsu, lantas melupakan terus Pencipta Yang Maha Esa.<br /> <br />Islam adalah ajaran yang benar untuk memperbaiki manusia dan membentuk akhlaknya demi mencapai kehidupan yang baik. Islam memperbaiki manusia dengan cara terlebih dahulu memperbaiki jiwa, membersihkan hati dan menanamkan sifat-sifat terpuji. Islam benar-benar dapat membawa manusia untuk mencapai kebahagiaan, kelapangan dan ketenteraman.<br /> <br />Sebaliknya manusia akan menjadi hina apabila ia merosakkan sifat, pembawaan dan keadaan dalam jiwanya. Allah Subhanahuwata’ala berfirman :<br /><br />“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”<br /> (Ar-Ra’d: 11)<br />Di antara ciri-ciri akhlaq yang sewajarnya menghiasi diri seseorang insan supaya ia menjadi seorang muslim yang benar adalah akhlaq-akhlaq berikut:<br /> <br />1. Bersifat warak dari melakukan perkara-perkara yang syubhat<br /> <br />Seorang muslim mestilah menjauhkan dirinya dari segala perkara yang dilarang oleh Allah dan juga perkara-perkara yang samar-samar di antara halal dan haramnya (syubhat) berdasarkan dari hadith Rasulullah yang berbunyi: <br /> <br />“Daripada Abu Abdullah al-Nu'man ibn Basyer r.a. beliau berkata: Aku telah mendengar Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam bersabda: Sesungguhnya yang halal itu nyata (terang) dan haram itu nyata (terang) dan di antara keduanya ada perkara-perkara yang kesamaran, yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Maka barangsiapa memelihara (dirinya dari) segala yang kesamaran, sesungguhnya ia memelihara agamanya dan kehormatannya. Dan barangsiapa jatuh kedalam perkara kesamaran jatuhlah ia kedalam yang haram, seperti seorang pengembala yang mengembala di sekeliling kawasan larangan, hampir sangat (ternakannya) makan di dalamnya. Ketahuilah! Bahawa bagi tiap-tiap raja ada kawasan larangan. Ketahuilah! Bahawa larangan Allah ialah segala yang diharamkan-Nya. Ketahuilah! Bahawa di dalam badan ada seketul daging, apabila ia baik, baiklah badan seluruhnya dan apabila ia rosak, rosakkalah sekeliannya. Ketahuilah! Itulah yang dikatakan hati.<br />(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim) <br /> <br />Adapun setinggi-tinggi pencapaian darjat wara’ adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam dalam hadith baginda (antara lain, bermaksud):<br /> <br />“Seorang hamba (Allah) itu tidaklah termasuk dalam martabat golongan muttaqin sehinggalah ia meninggalkan sesuatu perkara yang tidaklah menjadi kesalahan (jika dilakukan tetapi ia meninggalkannya) kerana sikap berhati-hati dari terjerumus ke dalam kesalahan”<br /> <br />2. Memelihara penglihatan.<br /> <br />Seseorang muslim itu mestilah memelihara pandangan daripada melihat perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah kerana pandangan terhadap sesuatu (yang menarik itu) boleh merangsang syahwat dan boleh membawa ke kancah pelanggaran dan maksiat. Sehubungan dengan ini Al-Quranul Karim mengingatkat orang –orang mu’min supaya memelihara diri dari penglihatan yang tidak memberi faedah, firman Allah Subahanu Wata,ala:<br /> <br />Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih Suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat".<br /> (An-Nur: 30)<br /> <br />Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam pula bersabda (antara lain, bermaksud):<br /> <br />“Pandangan itu ada satu panahan dari panahan iblis”<br /> <br />Baginda juga mengingatkan (antara lain, bermaksud):<br /> <br />“Hendaklah kamu memelihara pandangan kamu, menjaga kehormatan (kemaluan) kamu atau Allah akan menghodohkan wajah kamu.”<br /> (Hadith Riwayat At Tabrani)<br /> <br />3. Memelihara Lidah<br /> <br />Seseorang muslim itu mestilah memelihra lidahnya dari menuturkan kata-kata yng tidak berfaedah, perbualan-perbualan yang buruk dan kotor, percakapan-percakapan kosong, mengumpat, mengeji dan mengadu domba. Imam Nawawi rahimahumullah mengatakan. “ketahuilah, seorang mukallaf itu sewajarnya menjaga lidahnya dari sebarang percakapan kecuali percakapan yang menghasilkan kebaikan. Apabila bercakap dan berdiam diri adalah sama sahaja hasilnya, maka mengikut sunnahnya adalah lebih baik berdiam diri kerana percakapan yang diharuskan mungkin membawa kepada yang haram atau makruh. Kejadian demikian telah banyak berlaku tetapi kebaikan darinya adalah jarang.”<br /> <br />Sebenarnya banyak dari hadith-hadith Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam yang menerangkan keburukan dan bencana lidah ke atas empunya diri (antara lain):<br /> <br />“Tidaklah dihumbankan muka manusia kedalam neraka itu sebagai hasil tuaian (jelek) lidahnya”<br />(Hadith riwayat Al Tarmizi)<br /> <br />Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam juga bersabda:<br /> <br />“Bukanlah ia seorang mu’min (jika) jika ia suka menuduh, melaknat, bercakap kotor dan keji.”<br />(Hadith riwayat At Tarmizi)<br /> <br />Sabda baginda lagi:<br /> <br />“Sesiapa yang banyak bercakap, maka banyaklah kesalahannya, sesiapa yang banyak kesalahannya, maka banyaklah dosanya, dan sesiapa yang banyak dosanya, api nerakalah paling layak untuk dirinya.”<br />(Diriwayatkan oleh Baihaqi)<br /> <br /> <br />4. Bersifat Pemalu.<br /> <br />Seorang muslim mestilah bersifat pemalu dalam setiap keadaan. Namun demikian sifat tersebut tidak seharusnya menghalangnya memperkatakan kebenaran. Di antara sifat pemalu seseorang ialah ia tidak masuk campur urusan orang lain, memelihara pandangan, merendah diri, tidak meninggikan suara ketika bercakap, berasa cukup seta memadai sekadar yang ada dan sifat-sifat seumpamanya. Diceritakan dari Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam bahawa baginda adalah seorang yang sangat pemalu, lebih pemalu dari anak gadis yang berada di balik tabir.<br /> <br />Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam bersabda:<br /> <br />“Iman itu mempunyai tujuh puluh cabang atau enam puluh cabang, maka yang paling utama ialah ucapan Lailaha Illallah (Tidak ada Tuhan yang sebenar melainkan Allah) dan yang paling rendah ialah menyingkirkan duri dari jalan. Dan sifat malu ialah satu cabang dari Iman”<br /> <br />Berhubung dengan sifat malu ini para ulama’ mengatakan: “Hakikat malu itu ialah sifat yang menggerakkan seseorang itu meninggalkan kejahatan, dan menghalangnya dari mencuaikan hak orang lain.<br /> <br />5. Bersifat Lembut dan Sabar<br /> <br />Di antara sifat-sifat yang paling ketara yang wajib tertanam di dalam diri seseorang Muslim ialah, sifat sabar dan berlemah lembut kerana kerja-kerja untuk Islam akan berhadapan dengan perkara-perkara yang tidak menyenangkan, malah jalan da’wah sememangnya penuh dengan kepayahan, penyiksaan, penindasan, tuduhan, ejekan dan persendaan yang memalukan. Halangan–halangan ini sering dihadapi oleh para petugas ‘amal Islami sehingga himmah mereka menjadi pudar, gerakan menjadi lumpuh malah mereka mungkin terus berpaling meninggalkan medan da’wah.<br /> <br />Dari keterangan ini jelaslah, tugas dan tanggungjawab seorang pendakwah adalah satu tugas yang amat sukar. Ia bertanggungjawab menyampaikan da’wah kepada seluruh lapisan manusia yang berbeza kebiasaan, taraf pemikiran dan tabi’atnya. Da’i akan menyampaikan da’wahnya kepada orang-orang jahil dan orang-orang ‘alim, orang yang berfikiran terbuka dan yang emosional (sensitif), orang yang mudah bertolak ansur dan yang keras kepala, orang yang tenang dan yang mudah tersinggung. Oleh yang demikian ia wajib menyampaikan da’wah kepada semua golongan itu sesuai dengan kadar kemampuan penerimaan akal mereka. Ia mestilah berusaha menguasai dan memasuki jiwa mereka seluruhnya. Semua ini sudah pasti memerlukan kekuatan dari kesabaran yang tinggi, ketabahan dan lemah lembut.<br /> <br />Oleh itu kita dapati banyak ayat-ayat Al-quran dan hadith Nabi menganjur dan mengarahkan agar seorang da’i itu berakhlak dengan sifat-sifat sabar, lemah lembut dan berhati-hati.<br /> <br />Arahan-arahan Dari Al-Qur’an:<br /> <br />Di antara arahan-arahan al-qur’an ialah:<br /> <br />Firman-firman Allah:<br /><br /> <br />“Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan”.<br />(Al-Syura, 42: 43)<br /><br /> <br /> <br />“Maafkanlah mereka dengan cara yang baik”<br />(Al-Hijr, 15: 85)<br /> <br /><br />“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”.<br />(Az-Zumar, 39: 10)<br /> <br /><br />“Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada, apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu?”.<br />(An-Nur, 24 : 22)<br /> <br />“Dan apabila orang-oran jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandungi) keselamatan”.<br />(Al-Furqan 25 :63)<br /> <br /> Arahan-arahan dari hadith-hadith Nabi.<br /> <br />Di antara arahan-arahan dari hadith-hadith Nabi ialah:<br /> <br />Sabda-sabda Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam (yang bermaksud, antara lain):<br /> <br />“Sesungguhnya seorang hamba itu akan mencapai darjat orang-orang yang berpuasa serta bersembahyang malam dengan sifat lemah-lembutnya.”<br /><br /> <br />“Mahukah aku memberitahu kamu suatu perkara yang dengannya, Allah akan memuliakan binaan (kedudukan seseorang) dan mengangkatnya kepada beberapa darjat ketinggian. Mereka menjawab: Ya wahai Rasulullah. Baginda bersabda: “Berlemah-lembutlah kamu terhadap orang jahil, maafkanlah orang yang menzalimi kamu, hulurkanlah pemberian kepada orang yang menahan pemberiannya kepadamu dan sambunglah ikatan silaturrahim terhadap orang yang memutuskannya terhadap kamu.”<br /> <br />“Apabila Allah Subhanahuwata’ala telah menghimpunkan makkhluknya di hari kiamat, penyeru pada hari itu pun menyeru; “Di manakah orang-orang yang mempunyai keistimewaan”. Baginda bersabda: Lalu bangun segolongan manusia dan bilangan mereka adalah sedikit. Mereka semua bergerak dengan cepat memasuki syurga lalu disambut oleh para malaikat. Kemudian mereka ditanya: “Apakah keistimewaan kamu”. Mereka menjawab: “Adalah kami ini apabila dizalimi kami bersabar, apabila dilakukan kejahatan kepada kami, kami berlemah-lembut”, lalu dikatakan kepada mereka: “Masuklah kamu ke dalam syurga kerana ia adalah sebaik-baik ganjaran bagi orang yang beramal”<br /> <br />Contoh-contoh praktikal dari Nabi:<br /> <br />1. Pada hari peperangan Hunain seorang (yang tidak puas hati dengan pembahagian rampasan perang) berkata: “Demi Allah, sesungguhnya ini adalah pembahagian yang tidak adil dan tidak bertujuan mendapat keredhaan Allah”. Setelah diceritakan kepada Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam baginda bersabda:<br /> <br />“Semoga Allah merahmati Nabi Musa kerana ia disakiti lebih dari ini tetapi ia sabar”.<br /> <br />2. Anas Radiyallahu anh telah berkata:<br /> <br />“Pada suatu hari Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam telah memasuki sebuah masjid. Ia memakai kain selendang buatan najran yang kasar buatannya. Tiba-tiba seorang Arab Badwi datang dari arah belakang baginda lalu menarik kain tersebut dari belakang sehingga meninggalkan bekas di leher baginda. Badwi tersebut berkata : “Wahai Muhammad, berikanlah kepada kami harta Allah yang ada di sisimu, lalu Rasulullah berpaling kepadanya dengan wajah yang tersenyum dan baginda bersabda: “Perintahkan kepada yang berkenaan supaya berikan kepadanya.”<br /> <br />3. Abu Hurairah menceritakan:<br /> <br />“Bahawa seorang Arab Badwi telah berkata kepada Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam: “Wahai Muhammad bawalah gandum ke atas dua ekor untaku, kerana kalau engkau buat begitu ia bukan harta engkau dan bukan juga harta bapa engkau”. Kemudian ia menarik kain selendang Rasulullah sehingga meninggalkan kesan kemerahan di leher baginda. Lalu Rasulullah memerintahkan supaya membawa kepada Badwi tersebut seguni gandum dan tamar”.<br /> <br />4. Al-Tabrani menceritakan:<br /> <br />“Bahawa seorang wanita berkata lucah (yakni ucapan yang menimbulkan berahi) kepada sekelompok lelaki, kemudian ia lalu dihadapan Nabi Sallallahu’alaihiwasallam ketika Nabi sedang memakan roti berkuah di atas tanah. Kemudian wanita itu berkata: “Lihatlah kamu kepadanya, ia duduk seperti seorang hamba abdi dan ia makan seperti seorang hamba abdi”.<br /> <br />5. Abu Hurairah radiallahu anh menceritakan:<br /> <br />“Bahawa seorang leleki berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya mempunyai kaum kerabat yang selalu saya hubungi mereka tetapi mereka semua memutuskan hubungan dengan saya, saya berbuat baik kepada mereka tetapi mereka berbuat jahat terhadap saya, saya berlemah-lembut dengan mereka tetapi mereka bersikap keras terhadap saya.” Lalu baginda bersabda : “Jika sekiranya engkau berbuat seperti yang engkau katakan seolah-olah engkau menjemukan mereka dan engkau tetap akan mendapat pertolongan dari Allah selama engkau berbuat demikian”.<br /> <br />6. Pada suatu ketika datang seorang yahudi menuntut hutang dengan Rasulullah dengan berkata: “Kamu dari Bani Abd.Manaf adalah bangsa yang suka melambat-lambatkan pembayaran hutang”. Ketika itu Umar Ibn Al-Khattab ada bersama dan ia hampir memenggal leher Yahudi itu, lalu Rasulullah berkata kepadanya: “Wahai Umar, sepatutnya engkau menyuruhnya meminta kepadaku dengan cara yang baik dan menuntut aku juga membayar dengan baik”.<br /> <br />7. Diriwyatkan bahawa Nabi Isa Alaihissalam bersama para pengikut setianya (Hawariyyun) dari satu kampung ke satu kampung yang lain kerana berda’wah. Lalu di dalam da’wahnya itu ia bercakap kepada manusia dengan cara yang baik, sebaliknya mereka membalasnya dengan kata-kata yang buruk, kutukan dan maki-hamun. Para pengikut setia itu merasa hairan terhadap tindakan itu lalu mereka bertanya tentang rahsia perbuatan sedemikian. Baginda berkata: “Setiap orang itu mengeluarkan (membelanjakan) apa yang ada padanya”.<br /> <br />Semua peristiwa di atas dan peristiwa lainnya menjadi bukti yang menguatkan lagi tuntutan ke atas para penda’wah supaya bersifat lemah-lembut, sabar dan belapang dada khususnya apabila cabaran-cabaran yang menyakitkan itu datangnya dari kaum kerabat, sahabat-handai, orang-orang yang dikasihi, teman-teman rapat dan saudara mara kerana sifat-sifat lemah-lembut, sabar dan berlapang dada itu akan menghasilkan kasih-sayang, kelembutan hati dan menghapuskan perpecahan serta perbezaan. Cukuplah oleh seorang penda’wah itu mendapat apa yang diredhai oleh Allah.<br /> <br />6. Bersifat Benar dan Jujur.<br /> <br />Seorang muslim itu mestilah bersifat benar dan tidak berdusta. Berkata benar sekalipun kepada diri sendiri kerana takut kepada Allah dan tidak takut kepada celaan orang. Sifat dusta adalah sifat yang paling jahat dan hina malahan ia menjadi pintu masuk kepada tipu daya syaitan. Seorang yang memelihara dirinya dari kebiasaan berdusta bererti ia memiliki pertahanan dan benteng yang dapat menghalang dari was-was syaitan dan lontaran-lontarannya. Berhati-hati dan memelihara diri dari sifat dusta akan menjadikan jiwa seorang itu mempunyai pertahanan dan benteng yang kukuh menghadapi hasutan dan tipu daya syaitan. Dengan demikian jiwa seseorang akan sentiasa bersih, mulia dan terhindar dari tipu daya syaitan. Sebaliknya sifat dusta meruntuhkan jiwa dan membawa kehinaan kepada peribadi insan. Lantaran itu Islam mengharamkan sifat dusta dan menganggap sebagai satu penyakit dari penyakit-penyakit yang dilaknat.<br /> <br />Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam bersabda (yang bermaksud, antara lain):<br /> <br />“Sesungguhnya sifat benar membawa kepada kebajikan dan sesungguhnya kebajikan itu membawa ke syurga. Seseorang yang sentiasa bersifat benar hinggalah dicatat di sisi Allah sebagai seorang yang benar. Dan sesungguhnya sifat dusta itu membawa kepada kezaliman (kejahatan) dan kejahatan itu membawa ke neraka. Seorang lelaki yang sentiasa berdusta sehinggalah dicatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta”.<br />(Muttafaqun ‘alaihi)<br /> <br />7. Bersifat rendah diri<br /> <br />Seseorang mislim mestilah bersifat tawadhu’ atau merendah diri khususnya terhadap saudara-maranya yang muslim dengan cara tidak membezakan (dalam memberi layanan) sama ada yang miskin maupun yang kaya. Rasulullh Sallallahu’alaihiwasallam sendiri memohon perlindungan kepada Allah agar dijauhkan dari sifat-sifat takbur (membangga diri). Baginda bersabda (antara lain, bermaksud):<br /> <br />“Tidak akan memasuki syurga sesiapa yang di dalam hatinya terdapat sebesar zarah (sedikit) sifat takbur.”<br />(Hadis Riwayat Muslim)<br /> <br />Di dalam hadith qudsi Allah berfirman :<br /> <br />“Kemuliaan itu ialah pakaianKu dan membesarkan diri itu ialah selendangKu. Sesiapa yang cuba merebut salah satu dari keduanya pasti Aku akan menyeksanya”.<br />(Hadith Qudsi riwayat Muslim)<br /> <br />8. Menjauhi sangka buruk dan mengumpat<br /> <br />Menjauhi sangka buruk dan mengintai-intai keburukan orang lain. Oleh itu seorang itu mestilah menjauhi sifat-sifat ini kerana mematuhi firman Allah:<br /> <br />“Hai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebahagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu mengumpat sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang dari kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha penerima taubat lagi penyayang”.<br />(Al-Hujurat, 49 : 12)<br />Allah berfirman lagi:<br /><br />“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.”<br />(Al-Ahzab, 33 : 58)<br /> <br />Dan Rasulullah bersabda (antara lain, bermaksud):<br /> <br />“Wahai golongan yang beriman dengan lidahnya sahaja, sedang iman belum memasuki hatinya, janganlah kamu mengumpat orang-orang Islam yang lain dan janganlah kamu mengintai-intai keburukan mereka, kerana sesiapa yang mengintai-intai keburukan saudaranya, Allah akan membongkar keburukannya sekalipun ia berada di dalam rumahnya.”<br />(Hadith riwayat Abu Daud)<br /> <br />9. Bersifat pemurah<br /> <br />Seorang muslim mestilah bersifat pemurah, sanggup berkorban dengan jiwa dan harta bendanya pada jalan Allah. Di antara cara yang dapat menyingkap kebakhilan seseorang itu ialah dengan cara memintanya membelanjakan wang ringgit kerana berapa banyak dari kalangan mereka yang berkedudukan, berharta dan berpangkat gugur dari jalan ini, lantaran rakus terhadap mata benda. Di dalam Al-Qur’an Al-Karim sendiri terdapat berpuluh-puluh ayat yang menjelaskan ciri-ciri keimanan yang dikaitkan dengan sifat pemurah.<br /> <br />Diantaranya: <br />“Orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka.”<br /> (Al-Anfal, 8: 3)<br /><br />“Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah) maka pahalanya itu untuk diri kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan kerana mencari keredhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan nescaya kamu akan diberikan pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak dianiayai”.<br />(Al-Baqarah, 2 : Ayat 272)<br /> <br />Orang-orang yang bakhil atau kikir seharusnya mendengar dan mengambil pelajaran dari pesanan Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam (antara lain, bermaksud):<br /> <br />“Tidak ada suatu haripun yang dilalui oleh seorang hamba kecuali (hari-hari) didatangi oleh dua malaikat lalu seorang darinya berdo’a : “Ya Allah, berikanlah ganti kepada si hamba yang menafkahkan hartanya”. Manakala malaikat yang ke dua berdo’a : “Ya Allah, berikanlah kebinasaan kepada sihamba yang bakhil ini”.<br /> <br />10. Qudwah Hasanah (Suri teladan yang baik)<br /> <br />Selain dari sifat-sifat yang disebutkan di atas, seorang muslim mestilah menjadikan dirinya contoh ikutan yang baik kepada orang ramai. Segala tingkah lakunya adalah menjadi gambaran kepada prinsip-prinsip Islam serta adab-adabnya seperti dalam hal makan minum, cara berpakaian, cara pertuturan, dalam suasana aman, dalam perjalanan malah dalam seluruh tingkah laku dan diamnya. Membina diri menajdi suri teladan merupakan peranan besar yang telah dilaksanakan oleh Rasulullah saw. Firman Allah swt yang bermaksud:<br /> <br />" Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah " ( Surah al Ahzab : Ayat 21 )Lilik Khoirudinhttp://www.blogger.com/profile/12951474126734285545noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309521002362043218.post-23482045127636961252012-01-15T03:03:00.001-08:002012-01-15T03:04:15.250-08:00ingatlah 5 perkara sebelum datang 5 perkaraRebutlah lima perkara sebelum datang lima perkara lain, yaitu masa muda engkau sebelum datangnya hari tua, masa sehat engkau sebelum dilanda sakit, masa kaya engkau sebelum masa miskinmu, masa lapang engkau sebelum datangnya waktu sibuk, dan masa hidup engkau sebelum datangnya saat kematian.”<br /><br />Hadis Nabi tentang “lima perkara sebelum lima perkara” itu memiliki maksud supaya kita mempergunakan waktu dan kesempatan dengan sebaik-baiknya, sebelum hilangnya kesempatan tersebut. Hadis tersebut diriwayatkan Imam Hakim dalam kitab al-Mustadrak.<br /><br />Lima perkara tersebut adalah sebagai berikut:<br /><br />1.”Masa Muda Engkau Sebelum Datangnya Hari Tua”. Masa muda hendaklah dipergunakan sebaik-baiknya untuk mencapai kebaikan, kesuksesan, dan keberhasilan, karena masa mudalah kita mempunyai ambisi, keinginan dan cita-cita yang ingin kita raih, bukan berarti masa tua mneghalangi kita untuk tetap berusaha mencapai keinginan kita, tapi tentulah usaha masa tua akan berbeda halnya dengan usaha saat kita masih muda. Maka dari itu masa muda hendaklah diisi dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat hingga tidak menyesal di kemudian hari.<br /><br />2.”Masa Sehat Engkau Sebelum Dilanda Sakit”. Hal ini juga anjuran agar kita senantiasa waspada pada segala kemungkinan yang sifatnya diluar prediksi manusia, seperti halnya sakit. Sakit disini bukan sebatas sakit jasmani, tapi juga sakit rohani. Maka ketika kita sehat jasmani-rohani, hendaknya kita senantiasa mempergukannya untuk hal-hal yang bermanfaat tanpa mengulur-ngulur waktu.<br /><br />3.”Masa Kaya Engkau Sebelum Masa Miskinmu”. Tidak terlalu jauh berbeda dari penjelasan di atas, ketika kekayaan ada pada kita, baik itu berupa materi atau lainnya, maka hendaknya kita memanfaatkannya sebaik-baiknya, jangan menghambur-hamburkan.<br /><br />4.”Masa Lapang Engkau Sebelum Datangnya Waktu Sibuk”. Disini kita dianjurkan untuk menghargai waktu, agar bisa diisi dengan hal-hal yang bermanfaaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Misalnya, menengok saudara ketika ada kesempatan sebelum kesibukan menghampiri kita, hingga tidak sempat lagi untuk sekedar mengunjungi kerabat.<br /><br />5.”Masa Hidup Engkau Sebelum Datangnya Saat Kematian”. Yang terakhir ini merupakan cakupan dari empat hal diatas. Ketika kita diberi kehidupan maka hidup yang diberikan pada kita itu sebenarnya merupakan kesempatan yang tiada duanya. Karena kesempatan hidup tidak akan datang untuk kedua kalinya. Kehidupan harus dijalani sesuai tuntutan kemaslahatannya.<br /><br />Lima hal tersebut merupakan inti misi dan visi hidup manusia, karena kunci kesuksesan itu terletak pada bagaimana kita “mempergunakan kesempatan dengan sebaik-baiknya”. Mempergunakan kesempatan adalah bentuk pasrah pada upaya & usaha, bukan pada hasil. Prinsip pasrah pada upaya & usaha akan membentuk jiwa yang teguh, tegar, kuat, dan tidak mudah putus asa. Bila suatu saat upaya kita belum menghasilkan target yang kita harapkan, maka kita tidak lantas putus asa, karena kewajiban kita adalah berupaya. Berupaya dan berupaya.Lilik Khoirudinhttp://www.blogger.com/profile/12951474126734285545noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309521002362043218.post-76240926729661133742011-12-31T20:48:00.000-08:002011-12-31T20:50:15.299-08:009 Khasiat Istighfar untuk Dunia dan AkheratBacaan Istighfar berbunyi “Astaghfirullah” atau lengkapnya “Astaghfirullahhal’adhim” merupakan kalimat yang sangat pendek dan bisa di ucapkan dengan mudah. Namun demikian kalimat ini jika di baca secara rutin dalam setiap waktu dan kesempatan, lebih – lebih sehabis melaksanakan sholat akan memberikan dampak yang besar bagi si pelakunya.<br /><br />Ibnu Taimiyah Rahimahullah menyebutkan di dalam bukunya tentang buah dan faedah yang dapat kita ambil dari kita melakukan amalan ini, di antaranya ialah:<br />1. Diampuninya dosa-dosa. Siapa yang mengakui dosanya dan juga meninggalkannya, maka dia akan diampuni.<br />2. Ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kecintaan-Nya. Istighfar merupakan perkara yang penting, sehingga seorang hamba bisa mendapatkan ridha dan kecintaan Allah Subhanahu wa Ta”ala.<br /><br />3. Memperoleh rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. FirmanNya, Hendaklah kalian meminta ampun kepada Allah Ta’ala, agar kalian mendapat rahmat (An-Naml :46).<br /><br />4. Membebaskan diri dari adzab. Istighfar merupakan sarana yang paling pokok untuk membebaskan diri dari adzabnya, sebagaimana firman-Nya, Dan tidaklah Allah Ta’ala akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun.(Al-Anfal:33).<br /><br />5. Istighfar mendatangkan kebaikan yang banyak dan juga barokah. Firman Allah Ta’ala, Dan (dia berkata),’Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Rabb kalian lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang deras kepada kalian, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatan kalian’.(Hud:52).<br />Didalam firman-Nya yang lain, Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Rabb kalian’, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan kepada kalian hujan dengan lebat, dan akan membanyakkan harta dan anak-anak kalian, dan mengadakan untuk kalian kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untuk kalian sungai-sungai’.(Nuh:10-12).<br />6. Kebeningan hati. Karena istighfar dapat menghapus dosa dan mengenyahkannya. Maka hati pun menjadi bersih dan bening dari noda dosa serta kedurhakaan.<br />7. Istighfar merupakan kebutuhan hamba yang berkelanjutan. Dia membutuhkannya menjelang siang dan malam, bahkan istighfar senantiasa dibutuhkan dalam setiap perkataan dan perbuatan, kala sendirian maupun ramai, karena di dalamnya mengandung kemashlahatan, mendatangkan kebaikan, menyingkirkan kemudhoratan, menambah kekuatan amal hati dan badan serta keyakinan iman.<br />8. Mendatangkan sikap lemah lembut dan baik tutur katanya. Siapa yang ingin agar Allah Ta’ala memperlakukannya dengan lemah lembut, maka dia harus senantiasa bersama-Nya. Istighfar dapat menjadikan seorang hamba lemah lembut, baik tutur katanya, karena dia biasa mengucapkan kebenaran dan menjelaskannya.<br />9. Memperbanyak ibadah dan zuhud di dunia. Istighfar membutuhkan penyesalan dan taubat, sehingga ia menuntut pelakunya lebih banyak beribadah. Firman Allah Ta’ala, Sesungguhnya kebaikan-kebaikan itu menghapuskan kesalahan-kesalahan.(Hud:114).<br />Setelah kita mengetahui apa buah dan bagaimana faidahnya bagi kita apabila kita melaksanakan amalan ini, marilah bersama-sama kita saling mengingat kesalahan-kesalahan kita, mumpung kita masih hidup, masih ada waktu untuk memikirkan seberapa banyak dosa yang telah kita kerjakan dan berapa banyak kebaikan-kebaikan yang telah kita kerjakan. Marilah kita bersama-sama mencari ridha Allah Ta’ala mencari rahmat dan karunianya yaitu berupa surga di akhirat nanti. Dan mudah-mudahan kita tidak termasuk orang yang merugi di yaumul akhir nanti.<br />Allahu A’lam.Lilik Khoirudinhttp://www.blogger.com/profile/12951474126734285545noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309521002362043218.post-52190913377656794862011-12-26T18:05:00.000-08:002011-12-26T18:06:08.892-08:00Kisah Khalid Al Walid ra. - Pedang ALLAHPedang Allah<br /><br />Perang Uhud dan Perang Muktah adalah dua keadaan yang berbeza sebagaimana berbezanya peribadi Khalid bin Al-Walid. Dalam perang Uhud, beliau adalah panglima Quraisy yang berjaya mengalahkan mujahid-mujahid Islam tetapi perang Muktah menampakkan penampilan Khalid Al-Walid yang baru….Beliau adalah hero penyelamat di saat ambang kekalahan tentera Islam, ini membuktikan bahawa beliau memang layak dikurniakan anugerah tertinggi panglima tentera iaitu anugerah 'Pedang Allah'<br /><br />Semasa belum memeluk Islam, beliau adalah musuh Islam yang paling digeruni di medan perang kerana strategi perangnya yang hebat di mana umat Islam telah mendapat pengajaran yang cukup hebat ketika perang Uhud dahulu.<br /><br />Khalid al-Walid telah memeluk Islam pada bulan Safar tahun 8H bersama-sama Uthman b Talhah dan Amru b Al-As. Setelah itu, beliau adalah pahlawan yang berjuang menentang orang-orang yang menentang Rasulullah SAW.<br /><br />Berbicara tentang Khalid, tentunya tidak lengkap kalau tidak menceritakan tentang peristiwa dalam peperangan Muktah yang memang terkenal itu.<br /><br />Dalam Perang Muktah, tentera Islam yang sedikit bilangannya telah berdepan dengan lebih kurang 200,000 orang tentera Rom. Dalam pertempuran tersebut, tentera Islam telah mendapat tentangan yang cukup dahsyat nyaris-nyaris menerima kekalahan. Bendera Islam telah dipegang oleh Zaid b Harithah yang kemudiannya gugur syahid, diambilalih pula oleh Jaafar bin Abu Thalib. Beliau turut syahid, maka bendera tadi dipegang oleh Abdullah bin Rawahah yang juga gugur sebagai syuhada'. Lantas bendera bertukartangan kepada Thabit bin Arqam dan menyerahkannya kepada Khalid al-Walid. Atas persetujuan ramai, maka Khalid al-Walidpun menjadi komandan perang dan terus mengarahkan tentera Islam berundur ke Madinah kerana sudah terlalu ramai yang syahid dan tentera yang tinggal tidak mampu untuk bertahan lagi.<br /><br />Di zaman Khalifah Abu Bakar, Khalid ditugaskan untuk mengahpuskan golongan murtad. Saidina Abu Bakar telah memberi pidato semangat kepada tentera Islam yang antara lainnya berbunyi :"Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : "Sebaik-baik hamba Allah dan saudara dalam satu suku iaitu Khalid b Al-Walid, Saifullah, yang pedangnya akan dihayunkan kepada orang-orang kafir dan munafik"<br /><br />Beliau juga ditugaskan untuk membunuh Musailamah Al-Kazzab yang mengaku sebagai nabi dan mempunyai ramai pengikutnya. Dalam peperangan tersebut (Perang Yamamah), ramai tentera Islam yang terkorban. Khalid All-Walid sebagai pahlawan sejati yang pakar dalam strategi peperangan telah berjaya memberi semangat baru kepada tenteranya dengan ucapannya yang penuh karisma. Beliau berteriak kepada tenteranya : "Bergembiralah kerana kami akan melihat setiap orang akan mengalami bencana masing-masing"<br /><br />Dalam Perang Yarmuk menentang tentera Rom, beliau telah berjumpa dengan panglima musuh yang bernama Mahan yang dengan angkuhnya merendah-rendahkan moral tentera Islam. Mahan telah berkata : "Aku tahu kamu semua meninggalkan tanah air kerana terpaksa dan kelaparan. Jika kamu semua setuju, aku akan berikan setiap seorang tentera 10 dinar beserta dengan pakaian dan makanan dengan syarat mereka berangkat pulang dan tahun depan jumlah yang serupa akan dihantar ke Madinah".<br /><br />Khalid b Al-Walid dengan tegasnya menjawab : "Kami tidak akan keluar dari negeri kami kerana kelaparan seperti yang engkau sangkakan. Tetapi kami ialah satu kaum yang suka minum darah dan kami tahu tidak ada darah yang lebih lazat dan nikmat seperti darah orang Romawi, sebab itulah kami ke mari"<br /><br />Setelah itu, Khalid Al-Walid selaku komandan perang beerteriak dengan kuatnya sambil bertakbir "Allahu Akbar" "Marilah kita berebut-rebut mencium bau Syurga". Maka terjadilah peperangan yang amat dahsyat. Anak panah bersimpang siur dan mayat bergelimpangan.<br /><br />Tiba-tiba seorang tentera Islam menghampiri Abu Ubaidah b al-Jarrah r.a.sambil berkata : "Sesungguhnya aku bercita-cita untuk mati syahid, adakah engkau mempunyai sebarang pesanan yang hendak disampaikan kepada Rasulullah SAW, kelak aku akan sampaikan kepada baginda ketika aku berjumpanya (di Syurga)"<br /><br />Jawab Abu Ubaidah b al-Jarrah r.a : "Ya ! Katakan kepadanya : "Wahai Rasulullah SAW ! Sesungguhnya kami telah dapati bahawa apa yang dijanjikan oleh Tuhan Kami (Allah) adalah benar". Lalu tentera tadi bertempur dengan hebatnya dan gugur sebagai syuhada'.<br /><br /> <br /><br />Dalam suasana perang tersebut Khalid al-Walid bersemuka dengan seorang daripada panglima Romawi yang bernama George lalu terjadilah dialog antara keduanya.<br /><br />George bertanya : "Wahai Khalid, hendaklah kamu berkata benar kerana setiap orang yang merdeka tidak akan berbohong. Apakah benar bahawa Tuhanmu telah menurunkan kepada Nabimu sebilah pedang dari langit lalu diberikan kepadamu dan kalau dihayunkan kepada seseorang pasti dia akan kalah"<br /><br />Khalid b Al-Walid menjawab : "Tidak"<br /><br />George bertanya lagi : "Mengapa kamu disebut Pedang Allah ?"<br /><br />Khalid b Al-Walid berkata : "Bahawa Allah SWT telah mengutuskan kepada kami seorang Rasul dari bangsa kami, tetapi ada yang mempercayainya dan ada yang mendustanya. Aku sendiri termasuk dari kalangan orang yang mendustakannya tetapi Allah telah membuka hatiku kepada Islam. Lalu aku mengadap Rasulullah untuk memeluk Islam dan janji setia kepadanya. Rasulullah terus menyatakan : "Engkau adalah sebilah pedang dari pedang Allah"<br /><br />George bertanya lagi : "Apa yang kamu dakwahkan kepada manusia"<br /><br />Khalid b Al-Walid menjelaskan : "Supaya mereka mentauhidkan Allah dan menerima ajaran Islam"<br /><br />George seterusnya berkata : "Jika seseorang memeluk Islam sekarang seperti apa yang telah berlaku kepadamu, adakah dia akan mendapat ganjaran ?"<br /><br />Khalid b Al-Walid menjawab : "Ya, itulah yang lebih utama" <br /><br />George berkata : "Bagaimana yang terjadi kepadamu sebelum Islam ?"<br /><br />Khalid b Al-Walid menjawab : "Kami hidup bersama Rasul lalu kami lihat tanda-tanda kenabian serta mukjizatnya. Kami benar-benar melihat dan mendengarnya, lalu kami memeluk Islam dengan mudah. Tetapi kamu tidak pernah melihat dan mendengarnya, kiranya kamu beriman dengan apa yang tidak kelihatan, maka ganjaranmu adalah lebih besar jika kamu beriman kepada Allah dengan jiwamu"<br /><br />Akhirnya George telah mengucap syahadah di hadapan Khalid, belajar cara solat dan sempat solat dua rakaat. Kemudian beliau adalah seorang syuhada' perang Yarmuk............. !!! dan tentera Islam berjaya menumbangkan tentera Rom yang berjumlah 240,00 orang.<br /><br />Ramai di kalangan tentera Islam yang syahid dan tidak kurang pula yang sakit, luka dan cedera. Mereka yang cedera parah, apabila seorang diberikan air, lantas dia berkata rakannya di sebelah lebih memerlukan. Lalu diberikan kepada rakannya, tiba-tiba orang yang kedua pun bersikap serupa, lebih mementingkan rakan yang lain..........begitulah seterusnya sehinggakan orang memberi air berpusing-pusing di antara mereka tetapi belum ada yang sudi meminumnya. Maka, kesemua mereka mati syahid di medang perang tersebut ! Ini membuktikan betapa wujudnya perasaan kasih kepada saudara seperti kasih kepada diri sendiri memang menjadi amalan mereka sebagaimana yang ditarbiahkan oleh Rasulullah SAWLilik Khoirudinhttp://www.blogger.com/profile/12951474126734285545noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309521002362043218.post-34225061153245828382011-12-26T18:02:00.000-08:002011-12-26T18:03:23.807-08:00Khalifah Umar r.a dan Khalid Ibn Walid r.aKhalid Ibn Waled, yang terkenal sebagai ‘pedang islam' dilucut jawatan sebanyak dua kali oleh Umar r.a al-Khattab, iaitu pada tahun 13 Hijrah sejurus selepas Umar r.a dilantik sebagai khalifah dan sekali lagi pada 17 Hijrah.[12] Namun kedua-dua peristiwa ini bukan kerana Khalid tidak baik dan bermasalah, Namun ia adalah dari sebab berikut [13] :-<br /><br /> Menjaga keyakinan umat Islam terhadap Allah, ia jelas dari surat umum yang dihantar Umar r.a kepada umat Islam memberitahu agar mereka tidak terlalu ‘attached' dengan Khalid sehingga tersilap sangka kemenangan Islam disebabkan oleh kehandalan Khalid dan bukan kerana bantuan Allah swt.<br /> Pentadbiran ; iaitu dalam urusan dan keputusan pembahagian harta.<br /> Pentadbiran : Umar r.a inginkan keteletian dan laporan berterusan dari setiap pegawainya, namun Khalid inginkan pentabdiran yang bebeas dari penelitian sentiasa oleh Khalifah.<br /><br /><br />Di waktu Khalid dipecat dari jawatannya sebagai gabenor di Syria, belia berkata :-<br /><br />"Amir al-Mukminin (Umar r.a) melantik aku sebagai gabenor dan setelah urusan menjadi licin dan lancer, beliau melucutkan jawatanku"<br /><br />Lalu seorang lelaki berkata : "Sabarlah wahai ketua, ia waktu untuk bermulanya fitnah"<br /><br />Kahlid membalas :<br /><br />"selagi anak Al-Khattab ini hidup, selagi itu TIADA RUANG FITNAH untuk berlaku" [14]<br /><br />Demikian hormat dan keyakinan Khalid terhadap Umar r.a walau dalam keadaan beliau dilucutkan jawatan, amat difahaminya tindakan Umar r.a adalah untuk mengelak fitnah, bukan mencipta fitnah.<br /><br />Di ketika Khalid r.a hampir wafat (beliau wafat pada 21 H), beliau berkata kepada Abu Darda r.a,<br /><br />"Wahai Abu Darda, bila Umar r.a al-Khattab r.a wafat kelak, kamu akan dapati sesuatu yang kamu benci berlaku"<br /><br />Dan berkata lagi sambil mengelap air matanya:<br /><br />"Aku memang merasa sedikit kecewa dengan beliau dalam sesetengah isu, tetapi setelah aku fikrikan kembali berkenaannya di ketika aku sakit ini, aku menyedari bahawa Umar r.a Al-Khattab r.a melakukannya dengan ikhlas dan hanya mengharapkan rahmat Allah dari setiap tindakannya"[15]<br /><br />Khalid juga melantik Umar r.a sebagai waasi (pengurus harta pusakanya), ketika Umar r.a al-Khattab menrima surat wasiat itu, beliau turut menangis.<br /><br />Cuba kita bayangkan ketegasan Umar al-Khattab r.a tersebut dan bagaimana tingginya taqwa beliau dan juga para sahabat yang bersamanya. Mengapa mereka tidak melenting akibat diambil sebahagian harta dan sebagainya?. Kerana Umar sendiri mengambil hartanya untuk umat Islam, dan beliau tidak makan daging sehingga semua orang miskin di bawah pentadbirannya makan terlebih dahulu.<br /><br />Cuba pula kita membandingkan kehidupan para pemimpin di sekeliling kita hari ini. Bagaimana mereka jika berada di bawah pemerintahan Khalifah Umar al-Khattab r.a.. Sesungguhnya wahai Umar al-faruq kami merinduimu pemerintahanLilik Khoirudinhttp://www.blogger.com/profile/12951474126734285545noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309521002362043218.post-70618637281649675162011-12-26T18:00:00.000-08:002011-12-26T18:01:09.783-08:00Khalifah Umar r.a dan harta gabenor dan pegawainyaUmar al-Khattab begitu tegas dan ketat dalam urusan kewangan negara, beliau juga amat ketat dalam meneliti pendapatan dan harta setiap gabenor dan pegawainya. Setiap pegawai yang dilantik akan diminta melakukan deklarasi harta, dan peningkatan hartanya akan disemak dengan begitu kerap. Jika peningkatan berlaku, Umar r.a akan mengambil separuh untuk baitul Mal dan dalam beberapa keadaan Umar r.a mengambil semuanya. [3] Selain itu, Umar r.a turt melakukan lawatan mengejut ke ruamh pegawainya bagi memastikan tiada pertambahan harta secara syubhah. [4]<br /><br />Berikut beberapa kisah prihatinnya Umar r.a r.a :-<br /><br /> Gabenor kerajaan Islam di Mesir pada ketika itu adalah seorang sahabat bernama ‘Amr bin Al-‘As. Beliau dilaporkan membuat satu mimbar khas untuk dirinya di Mesir. Ini menyebabkan Umar al-Khattab menjadi marah lalu menghantar surat kepada ‘Amru yang menyebut "Aku mendengar kamu telah membina satu mimbar agar boleh meninggikan dirimu dari umat Islam, adakah tidak cukup kamu berdiri dan mereka berada di kakimu, aku ingin kamu segera meruntuhkan mimbarmu" [5]<br /><br /> Dalam satu keadaan lain, Sa'ad juga dilaporkan membina pagar di sekitar rumahnya ( di ketika itu amat jangkal rumah mempunyai pagar kecuali terlalu kaya), sehingga orang ramai menggelarkannya "ISTANA SA'AD". Dinyatakan bahawa Sa'ad membina agar itu kerana rumahnya berhampiran degan pasar dan amat bising, lalu dibinanya agar dapat menghalang sedikit kebisingan. Apabila berita sampai kepada Umar al-Khattab, beliau melihat mudarat pagar itu lebih besar dari manfaatnya, lalu dengan segera menghantar Muhammad bin Maslamah untuk membakar pagar tersebut.[6]<br /><br /> Umar r.a telah melantik Mujasha' bin Mas'od untuk beberapa tugasan, dan kemudiannya mendapat laporan isteri Mujasha' bernama al-Khudayra kerap membeli perabot baru dan hiasan dinding. Lalu Umar r.a menghantar surat kepada Mujasha' agar mengoyakkan semua hiasan dinding. Mujasha' menerima surat itu ketika bersama orang ramai, lalu dengan segera beliau mengarahkan isteri keluar lalu diminta orang ramai masuk ke rumah dan membantu mengoyak dan menurunkan semua hiasan dinding baru yang dibeli isterinya[7]. Sebenarnya, Umar r.a tahu ia dibeli dengan harta syubhah akibat jawatan Mujasha', kerana itu diarahkan sedemikian. Anda juga boleh melihat betapa kuatnya taat dan yakinnya para pegawai dengan keikhlasan dan kejujuran Umar r.a.<br /><br /> Umar r.a pernah melawat pegawai-pegawainya di Syria, dan kemudian Yazid Bin Abi Sufyan menjemputnya datang ke rumah, ketika Umar r.a memasuki rumah lalu dilihatnya penuh dengan hiasan dinding bergantungan. Umar r.a mula mengambilnya sambil berkata "barang-barang ini boleh digunakan oleh rakyat jelata untuk melindungi diri mereka dari kesejukan dan panas" [8]<br /><br /> Umar r.a juga pernah mengambil beberapa bahagian harta adik beradik gabenornya dan pegawainya apabila hasil penyelidikannya mendapati keraguan. Contohnya seperti beliau mengambil sebahgian dari harta Abu Bakrah. Namun Abu Bakrah cuba membantah dengan mengatakan "aku tidak pernah berkhidmat denganmu (sebagai pegawai kerajaan)"<br /> Umar r.a menjawab "Ya benar, tetapi adikmu berkhidmat sebagai penyelia Baitul Mal, dan dia telah memberikan beberapa pinjaman kepadamu agar kamu boleh berniaga dengannya" [9]<br /><br /><br />Kesimpulannya, semua tindakan Umar r.a ini tidaklah diambil secara sembrono, kisah ini hanyalah ringkasan sahaja, dan tindakan beliau semua bagi mengelakkan jawatan di jadikan PELUANG UNTUK MERAUT KEKAYAAN.<br /><br />Ibn Taymiah mengulas beberapa tindakan Umar r.a tadi bagi membuang segala keraguan rakyat terhadap pendapatan para gabenor dan pegawainya, yang mungkin menjadi kebiasaan diberi hadiah oleh rakyat jelata disebabkan oleh jawatannya.[10]Lilik Khoirudinhttp://www.blogger.com/profile/12951474126734285545noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309521002362043218.post-59824597119168119412011-12-26T17:56:00.000-08:002011-12-26T17:57:21.752-08:00Khalifah Umar r.a mendenda anaknyaAbd Rahman bin Umar Al-Khattab, salah seorang anak Umar al-Khattab berada di Mesir dan dilaporkan telah melakukan kesalahan dengan meminum arak. Beliau kemudiannya meminta Amru bin Al-‘As untuk melaksanakan hukuman ke atasnya.<br /><br />Namun Amru al-‘as r.a merasa serba salah kerana ia adalah anak khlaifah lalu menjatuhkan hukuman secara sedikit berbeza iaitu mencukur kepalanya dan ia disebat secara tertutup di dalam rumahnya. Sepaptunya prosedur di ketika itu adalah hukuman minum arak mestilah dicukur dan disebat pada waktu yang sama di hadapan khalayak ramai.<br /><br />Peristiwa ini bocor kepada Umar r.a lalu beliau menghantar surat yang antara lainnya menyebut :-<br /><br />"engkau telah menyebat dan mencukur Abd Rahman di dalam rumahmu dan KAMU TAHU IA BERTENTANGAN DENGAN APA YANG AKU HARAPKAN (hukuman seperti orang lain), ...Abd Rahman adalah salah seorang warga di bawah tanggungjawabku (DI AKHIRAT), dan kamu beralasan dengan mengatakannya adalah anak Khalifah sedangkan kamu tahu aku TIDAK SESEKALI BERKOMPROMI dengan sesiapapun dalam melaksanakan amanah terhadap Allah swt" [11]Lilik Khoirudinhttp://www.blogger.com/profile/12951474126734285545noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309521002362043218.post-41607698415704204462011-12-26T17:53:00.000-08:002011-12-26T17:54:10.192-08:00Salman al-Farisy pencari kebenaranSesungguhnya sesiapa yang mencari kebenaran, pasti akan menemuinya. Kisah ini adalah kisah benar pengalaman seorang manusia mencari agama yang benar (hak), iaitu pengalaman Salman Al Farisy<br /><br />Marilah kita semak Salman menceritakan pengalamannya selama mengembara mencari agama yang hak itu. Dengan ingatannya yang kuat, ceritanya lebih lengkap, terperinci dan lebih terpercaya. seorang sahabat Rasulullah saw.<br /><br />Dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu 'Anhuma berkata, "Salman al-Farisi Radhiyallahu 'Anhu menceritakan biografinya kepadaku dari mulutnya sendiri. Kata Salman, "Saya pemuda Parsi, penduduk kota Isfahan, berasal dari desa Jayyan. Bapaku pemimpin Desa. Orang terkaya dan berkedudukan tinggi di situ. Aku adalah insan yang paling disayangi ayah sejak dilahirkan. Kasih sayang beliau semakin bertambah seiring dengan peningkatan usiaku, sehingga kerana teramat sayang, aku dijaga di rumah seperti anak gadis.<br /><br />Aku mengabdikan diri dalam Agama Majusi (yang dianut ayah dan bangsaku). Aku ditugaskan untuk menjaga api penyembahan kami supaya api tersebut sentiasa menyala.<br /><br />Ayahku memiliki kebun yang luas, dengan hasil yang banyak Kerana itu beliau menetap di sana untuk mengawasi dan memungut hasilnya. Pada suatu hari bapa pulang ke desa untuk menyelesaikan suatu urusan penting. Beliau berkata kepadaku, "Hai anakku! Bapa sekarang sangat sibuk. Kerana itu pergilah engkau mengurus kebun kita hari ini menggantikan Bapa.''<br /><br />Aku pergi ke kebun kami. Dalam perjalanan ke sana aku melalui sebuah gereja Nasrani. Aku mendengar suara mereka sedang sembahyang. Suara itu sangat menarik perhatianku.<br /><br />Sebenarnya aku belum mengerti apa-apa tentang agama Nasrani dan agama-agama lain. Kerana selama ini aku dikurung bapa di rumah, tidak boleh bergaul dengan siapapun. Maka ketika aku mendengar suara mereka, aku tertarik untuk masuk ke gereja itu dan mengetahui apa yang sedang mereka lakukan. Aku kagum dengan cara mereka bersembahyang dan ingin menyertainya.<br /><br />Kataku, "Demi Allah! ini lebih bagus daripada agama kami."Aku tidak berganjak dari gereja itu sehinggalah petang. Sehingga aku terlupa untuk ke kebun.<br /><br />Aku bertanya kepada mereka, "Dari mana asal agama ini?"<br /><br />"Dari Syam (Syria)," jawab mereka.<br /><br />Setelah hari senja, barulah aku pulang. Bapa bertanyakan urusan kebun yang ditugaskan beliau kepadaku.<br /><br />Jawabku, "Wahai, Bapa! Aku bertemu dengan orang sedang sembahyang di gereja. Aku kagum melihat mereka sembahyang. Belum pernah aku melihat cara orang sembahyang seperti itu. Kerana itu aku berada di gereja mereka sampai petang."<br /><br />Bapa menasihati akan perbuatanku itu. Katanya, "Hai, anakku! Agama Nasrani itu bukan agama yang baik. Agamamu dan agama nenek moyangmu (Majusi) lebih baik dari agama Nasrani itu!"<br /><br />Jawabku, "Tidak! Demi Allah! Sesungguhnya agama merekalah yang lebih baik dari agama kita."<br /><br />Bapa khuatir dengan ucapanku itu. Dia takut kalau aku murtad dari agama Majusi yang kami anuti. Kerana itu dia mengurungku dan membelenggu kakiku dengan rantai.<br /><br />Ketika aku beroleh kesempatan, kukirim surat kepada orang-orang Nasrani minta tolong kepada mereka untuk memaklumkan kepadaku andai ada kafilah yang akan ke Syam supaya memberitahu kepadaku. Tidak berapa lama kemudian, datang kepada mereka satu kafilah yang hendak pergi ke Syam. Mereka memberitahu kepadaku.<br /><br />Maka aku berusaha untuk membebaskan diri daripada rantai yang membelengu diriku dan melarikan diri bersama kafilah tersebut ke Syam.<br /><br />Sampai di sana aku bertanya kepada mereka, "Siapa kepala agama Nasrani di sini?"<br /><br />"Uskup yang menjaga "jawab mereka.<br /><br />Aku pergi menemui Uskup seraya berkata kepadanya, "Aku tertarik masuk agama Nasrani. Aku bersedia menadi pelayan anda sambil belajar agama dan sembahyang bersama-sama anda."<br /><br />'Masuklah!" kata Uskup.<br /><br />Aku masuk, dan membaktikan diri kepadanya sebagai pelayan.<br /><br />Setelah beberapa lama aku berbakti kepadanya, tahulah aku Uskup itu orang jahat. Dia menganjurkan jama'ahnya bersedekah dan mendorong umatnya beramal pahala. Bila sedekah mereka telah terkumpul, disimpannya saja dalam perbendaharaannya dan tidak dibahagi-bahagikannya kepada fakir miskin sehingga kekayaannya telah berkumpul sebanyak tujuh peti emas.<br /><br />Aku sangat membencinya kerana perbuatannya yang mengambil kesempatan untuk mengumpul harta dengan duit sedekah kaumnya. tidak lama kemudian dia meninggal. Orang-orang Nasrani berkumpul hendak menguburkannya.<br /><br />Aku berkata kepada mereka, 'Pendeta kalian ini orang jahat. Dianjurkannya kalian bersedekah dan digembirakannya kalian dengan pahala yang akan kalian peroleh. Tapi bila kalian berikan sedekah kepadanya disimpannya saja untuk dirinya, tidak satupun yang diberikannya kepada fakir miskin."<br /><br />Tanya mereka, "Bagaimana kamu tahu demikian?"<br /><br />Jawabku, "Akan kutunjukkan kepada kalian simpanannya."<br /><br />Kata mereka, "Ya, tunjukkanlah kepada kami!"<br /><br />Maka kuperlihatkan kepada mereka simpanannya yang terdiri dan tujuh peti, penuh berisi emas dan perak. Setelah mereka saksikan semuanya, mereka berkata, "Demi Allah! Jangan dikuburkan dia!"<br /><br />Lalu mereka salib jenazah uskup itu, kemudian mereka lempari dengan batu. Sesudah itu mereka angkat pendeta lain sebagai penggantinya. Akupun mengabdikan diri kepadanya. Belum pernah kulihat orang yang lebih zuhud daripadanya. Dia sangat membenci dunia tetapi sangat cinta kepada akhirat. Dia rajin beribadat siang malam. Kerana itu aku sangat menyukainya, dan lama tinggal bersamanya.<br /><br />Ketika ajalnya sudah dekat, aku bertanya kepadanya, "Wahai guru! Kepada siapa guru mempercayakanku seandainya guru meninggal. Dan dengan siapa aku harus berguru sepeninggalan guru?"<br /><br />Jawabnya, "Hai, anakku! Tidak seorang pun yang aku tahu, melainkan seorang pendeta di Mosul, yang belum merubah dan menukar-nukar ajaran-ajaran agama yang murni. Hubungi dia di sana!"<br /><br />Maka tatkala guruku itu sudah meninggal, aku pergi mencari pendeta yang tinggal di Mosul. Kepadanya kuceritakan pengalamanku dan pesan guruku yang sudah meninggal itu.<br /><br />Kata pendeta Mosul, "Tinggallah bersama saya."<br /><br />Aku tinggal bersamanya. Ternyata dia pendeta yang baik. Ketika dia hampir meninggal, aku berkata kepada nya, "Sebagaimana guru ketahui, mungkin ajal guru sudah dekat. Kepada siapa guru mempercayai seandainya guru sudah tiada?"<br /><br />Jawabnya, "Hai, anakku! Demi Allah! Aku tak tahu orang yang seperti kami, kecuali seorang pendeta di Nasibin. Hubungilah dia!"<br /><br />Ketika pendeta Mosul itu sudah meninggal, aku pergi menemui pendeta di Nasibin. Kepadanya kuceritakan pengalamanku serta pesan pendeta Mosul.<br /><br />Kata pendeta Nasibin, "Tinggallah bersama kami!"<br /><br />Setelah aku tinggal di sana, ternyata pendeta Nasibin itu memang baik. Aku mengabdi dan belajar dengannya sehinggalah beliau wafat. Setelah ajalnya sudah dekat, aku berkata kepadanya, "Guru sudah tahu perihalku maka kepada siapa harusku berguru seandainya guru meninggal?"<br /><br />Jawabnya, "Hai, anakku! Aku tidak tahu lagi pendeta yang masih memegang teguh agamanya, kecuali seorang pendeta yang tinggal di Amuria. Hubungilah dia!"<br /><br />Aku pergi menghubungi pendeta di Amuria itu. Maka kuceritakan kepadanya pengalamanku.<br /><br />Katanya, "Tinggallah bersama kami!<br /><br />Dengan petunjuknya, aku tinggal di sana sambil mengembala kambing dan sapi. Setelah guruku sudah dekat pula ajalnya, aku berkata kepadanya, "Guru sudah tahu urusanku. Maka kepada siapakah lagi aku akan anda percayai seandainya guru meninggal dan apakah yang harus kuperbuat?"<br /><br />Katanya, "Hai, anakku! Setahuku tidak ada lagi di muka bumi ini orang yang berpegang teguh dengan agama yang murni seperti kami. Tetapi sudah hampir tiba masanya, di tanah Arab akan muncul seorang Nabi yang diutus Allah membawa agama Nabi Ibrahim.<br /><br />Kemudian dia akan berpindah ke negeri yang banyak pohon kurma di sana, terletak antara dua bukit berbatu hitam. Nabi itu mempunyai ciri-ciri yang jelas. Dia mahu menerima dan memakan hadiah, tetapi tidak mahu menerima dan memakan sedekah. Di antara kedua bahunya terdapat tanda kenabian. Jika engkau sanggup pergilah ke negeri itu dan temuilah dia!"<br /><br />Setelah pendeta Amuria itu wafat, aku masih tinggal di Amuria, sehingga pada suatu waktu segerombolan saudagar Arab dan kabilah "Kalb" lewat di sana. Aku berkata kepada mereka, "Jika kalian mahu membawaku ke negeri Arab, aku berikan kepada kalian semua sapi dan kambing-kambingku."<br /><br />Jawab mereka, "Baiklah! Kami bawa engkau ke sana."<br /><br />Maka kuberikan kepada mereka sapi dan kambing peliharaanku semuanya. Aku dibawanya bersama-sama mereka. Sesampainya kami di Wadil Qura aku ditipu oleh mereka. Aku dijual kepada seorang Yahudi. Maka dengan terpaksa aku pergi dengan Yahudi itu dan berkhidmat kepadanya sebagai hamba. Pada suatu hari anak saudara majikanku datang mengunjunginya, iaitu Yahudi Bani Quraizhah, lalu aku dibelinya daripada majikanku.<br /><br />Aku berpindah ke Yastrib dengan majikanku yang baru ini. Di sana aku melihat banyak pohon kurma seperti yang diceritakan guruku, Pendeta Amuria. Aku yakin itulah kota yang dimaksud guruku itu. Aku tinggal di kota itu bersama majikanku yang baru.<br /><br />Ketika itu Nabi yang baru diutus sudah muncul. Tetapi baginda masih berada di Makkah menyeru kaumnya. Namun begitu aku belum mendengar apa-apa tentang kehadiran serta da'wah yang baginda sebarkan kerana aku terlalu sibuk dengan tugasku sebagai hamba.<br /><br />Tidak berapa lama kemudian, Rasulullah saw. berpindah ke Yastrib. Demi Allah! Ketika itu aku sedang berada di puncak pohon kurma melaksanakan tugas yang diperintahkan majikanku. Dan majikanku itu duduk di bawah pohon. Tiba-tiba datang anak saudaranya mengatakan, "Biar mampus Bani Qaiah!( kabilah Aus dan Khazraj) Demi Allah! Sekarang mereka berkumpul di Quba' menyambut kedatangan lelaki dari Makkah yang mendakwa dirinya Nabi."<br /><br />Mendengar ucapannya itu badanku terasa panas dingin seperti demam, sehingga aku menggigil kerananya. Aku kuatir akan jatuh dan tubuhku akan menimpa majikanku. Aku segera turun dari puncak ponon, lalu bertanya kepada tamu itu, "Apa kabar anda? Cubalah khabarkan kembali kepadaku!"<br /><br />Majikanku marah dan memukulku seraya berkata, "Ini bukan urusanmu! Kerjakan tugasmu kembali!"<br /><br />Keesokannya aku mengambil buah kurma seberapa banyak yang mampu kukumpulkan. Lalu kubawa ke hadapan Rasulullah saw..<br /><br />Kataku "Aku tahu tuan orang soleh. Tuan datang bersama-sama sahabat tuan sebagai perantau. Inilah sedikit kurma dariku untuk sedekahkan kepada tuan. Aku lihat tuanlah yang lebih berhak menerimanya daripada yang lain-lain." Lalu aku hulurkan kurma itu ke hadapannya.<br /><br />Baginda berkata kepada para sahabatnya, "silakan kalian makan,...!" Tetapi baginda tidak menyentuh sedikit pun makanan itu apalagi untuk memakannya.<br /><br />Aku berkata dalam hati, "Inilah satu di antara ciri cirinya!"<br /><br />Kemudian aku pergi meninggalkannya dan kukumpulkan pula sedikit demi sedikit kurma yang terdaya kukumpulkan. Ketika Rasulullah saw. pindah dari Quba' ke Madinah, kubawa kurma itu kepada baginda.<br /><br />Kataku, "Aku lihat tuan tidak mahu memakan sedekah. Sekarang kubawakan sedikit kurma, sebagai hadiah untuk tuan."<br /><br />Rasulullah saw. memakan buah kurma yang kuhadiahkan kepadanya. Dan baginda mempersilakan pula para sahabatnya makan bersama-sama dengannya. Kataku dalam hati, "ini ciri kedua!"<br /><br />Kemudian kudatangi baginda di Baqi', ketika baginda menghantar jenazah sahabat baginda untuk dimakamkan di sana. Aku melihat baginda memakai dua helai kain. Setelah aku memberi salam kepada baginda, aku berjalan mengekorinya sambil melihat ke belakang baginda untuk melihat tanda kenabian yang dikatakan guruku.<br /><br />Agaknya baginda mengetahui maksudku. Maka dijatuhkannya kain yang menyelimuti belakangnya, sehingga aku melihat dengan jelas tanda kenabiannya.<br /><br />Barulah aku yakin, dia adalah Nabi yang baru diutus itu. Aku terus memeluk bagindanya, lalu kuciumi dia sambil menangis.<br /><br />Tanya Rasulullah, "Bagaimana khabar Anda?"<br /><br />Maka kuceritakan kepada beliau seluruh kisah pengalamanku. Beliau kagum dan menganjurkan supaya aku menceritakan pula pengalamanku itu kepada para sahabat baginda. Lalu kuceritakan pula kepada mereka. Mereka sangat kagum dan gembira mendengar kisah pengalamanku.<br /><br />Berbahagilah Salman Al-Farisy yang telah berjuang mencari agama yang hak di setiap tempat. Berbahagialah Salman yang telah menemukan agama yang hak, lalu dia iman dengan agama itu dan memegang teguh agama yang diimaninya itu. Berbahagialah Salman pada hari kematiannya, dan pada hari dia dibangkitkan kembali kelak.<br /><br />Salman sibuk bekerja sebagai hamba. Dan kerana inilah yang menyebabkan Salman terhalang mengikuti perang Badar dan Uhud. "Rasulullah saw. suatu hari bersabda kepadaku, "Mintalah kepada majikanmu untuk bebas, wahai Salman!" Maka majikanku membebaskan aku dengan tebusan 300 pohon kurma yang harus aku tanam untuknya dan 40 uqiyah.<br /><br />Kemudian Rasulullah saw. mengumpulkan para sahabat dan bersabda, "Berilah bantuan kepada saudara kalian ini." Mereka pun membantuku dengan memberi pohon (tunas) kurma. Seorang sahabat ada yang memberiku 30 pohon, atau 20 pohon, ada yang 15 pohon, dan ada yang 10 pohon, setiap orang sahabat memberiku pohon kurma sesuai dengan kadar kemampuan mereka, sehingga terkumpul benar-benar 300 pohon.<br /><br />Setelah terkumpul Rasulullah saw. bersabda kepadaku, "Berangkatlah wahai Salman dan tanamlah pohon kurma itu untuk majikanmu, jika telah selesai datanglah kemari aku akan meletakkannya di tanganku."<br /><br />Aku pun menanamnya dengan dibantu para sahabat. Setelah selesai aku menghadap Rasulullah saw. dan memberitahukan perihalku, Kemudian Rasulullah saw. keluar bersamaku menuju kebun yang aku tanami itu. Kami dekatkan pohon (tunas) kurma itu kepada baginda dan Rasulullah saw. pun meletakkannya di tangan baginda. Maka, demi jiwa Salman yang berada di tanganNya, tidak ada sebatang pohon pun yang mati.<br /><br />Untuk tebusan pohon kurma sudah dipenuhi, aku masih mempunyai tanggungan wang sebesar 40 uqiyah. Kemudian Rasulullah saw. membawa emas sebesar telur ayam hasil dari rampasan perang. Lantas baginda bersabda, "Apa yang telah dilakukan Salman al-Farisi?"<br /><br />Kemudian aku dipanggil baginda, lalu baginda bersabda, "Ambillah emas ini, gunakan untuk melengkapi tebusanmu wahai Salman!"<br /><br />"Wahai Rasulullah saw., bagaimana status emas ini bagiku? Soalku inginkan kepastian daripada baginda.<br /><br />Rasulullah menjawab, "Ambil saja! Insya Allah, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memberi kebaikan kepadanya." Kemudian aku menimbang emas itu. Demi jiwa Salman yang berada di tanganNya, berat ukuran emas itu 40 uqiyah. Kemudian aku penuhi tebusan yang harus aku serahkan kepada majikanku, dan aku dimerdekakan.<br /><br />Setelah itu aku turut serta bersama Rasulullah saw. dalam perang Khandaq, dan sejak itu tidak ada satu peperangan yang tidak aku ikuti.'<br /><br />(HR. Ahmad, 5/441; ath-Thabrani dalam al-Kabir(6/222); lbnu Sa'ad dalamath-Thabagat, 4/75; al-Balhaqi dalam al-kubra, 10/323.)Lilik Khoirudinhttp://www.blogger.com/profile/12951474126734285545noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309521002362043218.post-51953007950668128192011-12-26T17:46:00.000-08:002011-12-26T17:49:59.018-08:00ASMA' BINTI UMAIS MUSLIMAH PILIHAN<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzOaSaDlSy7IG_2UIaeXjwhDmAagz-zL_v8QK2dNf9I64ahFE30Q1ADplL9mr2a7uBZ_Xhh0bEwpfYh10RBXUSfYxDSf3XpgNUWdQt6nmquQ5-BT45m0nbjVr-fc_MK163yxOLqCzxH-A/s1600/sholatt.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 128px; height: 149px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzOaSaDlSy7IG_2UIaeXjwhDmAagz-zL_v8QK2dNf9I64ahFE30Q1ADplL9mr2a7uBZ_Xhh0bEwpfYh10RBXUSfYxDSf3XpgNUWdQt6nmquQ5-BT45m0nbjVr-fc_MK163yxOLqCzxH-A/s320/sholatt.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5690619192248856850" /></a><br /><br />SIAPAKAH ASMA' BINTI UMAIS<br /><br />Ibn Katsir menulis di dalam kitabnya Bidayah wan Nahiyah beliau ialah Asma binti Umais bin Maadd bin Tamin al Khatsamiyyah adalah isteri Khalifah Abu Bakar ra yang sebelumnya diperisterikan oleh Jafar bin Abi Talib.<br /><br />Dari perkahwinan dengan Jafar bin Abi Talib beliau melahirkan tiga putra yakni Abdullah, Muhammad dan Aunan.[ kitab Nisaa’ Haular Rasuul, karya Mahmud Mahdi al-Istanbuli dan Musthafa Abu an-Nashr asy-Syalabi ]<br /><br />Perkahwinan dengan Abu Bakar ra beliau melahirkan Muhammad bin Abu Bakar ra. Apabila Asma berkahwin dengan Ali ra, maka Muhammad bin Abu Bakar menjadi anak tiri atau anak angkat kepada Ali ra.<br /><br />Setelah Abu Bakar ra meninggal dunia beliau berkahwin pula dengan Ali bin Abi Talib , adek suaminya yang pertama.[Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib r.a.Oleh H.M.H. Al Hamid Al Husaini] Beliau adalah isteri ke enam bagi Ali ra.<br /><br />Perkhwinan dengan Ali melahirkan Yahya dan Muhammad al Ashgar.Ibn Katsir mengambil riwayat ini dari Ibnul Kalbi. Bagaimanapun Ibn Katsir mengatakan al Waqidi mengatakan “ Beliau memperoleh dua orang putra darinya, Yahya dan Aun, adapun Muhammad al Ashghar berasal dari ummul walad[Ummul walad adalah hamba wanita]. Dalam hal ini kita dapati ada perselisihan pendapat penulis sejarah.<br /><br />FITNAH PERIHAL RENGGANGNYA KELUARGA ABU BAKAR RA. DENGAN KELUARGA ALI RA.<br /><br />Suatu yang istimewa dengan Asma binti Umais, beliau adalah sahabat terdekat Sitti Fatimah r.a. Asma inilah yang mendampingi Fatimah r.a. dengan setia dan melayaninya dengan penuh kasih-sayang semasa sakit hingga detik-detik terakhir hayatnya.[Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib r.a.Oleh H.M.H. Al Hamid Al Husaini]<br /><br />Kalau demikian rapat hubungan Asma ra dengan Fatimah ra bermakna rapat jugalah hubungan dengan Abu Bakar ra , kerana masa itu Asma adalah isteri Khalifah Abu Bakar. Perlu diingat Fatimah ra meninggal dunia enam bulan selepas Rasullah saw meninggal dunia. Jadi bagaimana boleh timbul fitnah kerengangan hubungan Fatimah ra dan Ali ra dengan Abu Bakar ra.? Dikatakan berita kewafatan Fatimah ra. telah dirahsiakan dari pengetahuan Abu Bakar ra.<br /><br />Rumah Fatimah r.a @ Ali r.a hanya ditepi masjid Nabawi, dan ABu Bakar adalh Imamnya – mungkinkah kematian Fatimah r.a menjadi rahsia? Asma bt Umais r.a yang menguruskan jenazah Fatimah r.a adalah sahabat baik Fatimah r.a adalah isteri Abu Bakar r.a!<br /><br />HIJRAH ASMA’ KE MADINAH<br /><br />PERJALANAN dari Habsyah ke Madinah terasa begitu lama. Rindu pada insan mulia, anak saudara suaminya sendiri, membuak-buak di hatinya. Meskipun hidup di Habsyah aman dan tenang di bawah pemerintahan Najasyi yang adil serta terhindar daripada gangguan kafir Quraisy, hatinya tetap rindu bagi bersama insan mulia dalam menegakkan agama Islam.<br /><br />"Jauh lagikah? Saya tidak sabar tiba di Madinah. Inilah yang saya harapkan sekian lama;' kata Asma' binti Umais pada suaminya, Jaafar bin Abi Talib yang mengetuai penghijrahan kaum Muslimin ke Habsyah.<br /><br />"Insya-Allah tidak lama lagi;' jawab J aafar lirih.<br /><br />Jaafar memandang ketiga-tiga anaknya yang dilahirkan di Habsyah iaitu Muhammad, Abdullah dan Aun. Mereka masih kecil dan belum mengerti apakah yang sedang bergolak di hati ibu dan ayah mereka. Mereka belum tahu erti perjuangan menegakkan agama Islam.<br /><br />Namun, di bawah didikan Rasulullah nanti, Jaafar mahu melihat mereka membesar menjadi pejuang-pejuang agama yang memiliki iman yang kental.<br /><br />Jaafar kemudian menoleh pada isterinya. "Tidak sedihkah meninggalkan anak susuanmu Abdullah?" Jaafar cuba menduga hati Asma'.<br /><br />Asma' termenung mendengar pertanyaan suaminya itu. Tujuh tahun lamanya dia tinggal di Habsyah sesudah berhijrah ke sana bersama segelintir kaum Muslimin yang lain demi menyelamatkan diri daripada gangguan kafir Quraisy.<br /><br />Selama tujuh tahun, mereka begitu akrab dengan Najasyi yang begitu baik kepada mereka. Selepas Najasyi masuk Islam di tangan Jaafar, Asma' mendapat tempat yang istimewa dalaM keluarga raja itu.<br /><br />Ini terbukti apabila Najasyi menamakan puteranya nama yang serupa dengan anaknya, Najasyi meminta Asma' menyusukan puteranya bersama-sama anaknya.<br /><br />"Abdullah anak susuan saya dan bumi Habsyah tetap saya ingati. Namun, rindu saya pada Rasulullah dan negara Islam Madinah, tidak ada tolak bandingnya;' jawab Asma'.<br /><br />Jaafar terangguk-angguk mendengar kata-kata isterinya. "Saya mendapat khabar Rasulullah sedang menunggu kepulangan kita. Beliau juga begitu merindui kita semua kata Jaafar.<br /><br />Selepas menempuh perjalanan yang lama, akhimya rombongan mereka tiba di Madinah. Ketika itu, kaum Muslimin sedang meraikan kemenangan mereka mengalahkan kafir Quraisy dalam perang Khaibar.<br /><br />"Allahu akbar! Allahu akbar! Allahu akbar!" Rasulullah dan kaum Muslimin bertakbir memuji kebesaran Allah atas kemenangan mereka itu.<br /><br />Muslimah Pilihan<br /><br />Ketika itulah Jaafar dan rombongannya tiba di hadapan Rasulullah.<br /><br />Sebaik sahaja beliau melihat Jaafar, beliau begitu gembira. Beliau segera memeluk Jaafar dan mencium dahinya.<br /><br />"Demi Allah, aku tidak tahu mana yang lebih menggembirakan diriku, kedatangan Jaafar atau kemenangan Khaibar kata Rasulullah kepada seluruh hadirin.<br /><br />Asma' dan Jaafar tinggal di Madinah dengan penuh bahagia di samping menimba ilmu yang berharga daripada Rasulullah.<br /><br />"Isteriku, saya telah mendapat perintah daripada Rasulullah supaya berangkat ke Syam memerangi tentera Byzantine;' ujar Jaafar kepada Asma' pada suatu hari.<br /><br />"Siapakah yang memimpin tentera Muslimin?" soal Asma'.<br /><br />"Zaid bin Harisah. Akan tetapi, sekiranya dia syahid, sayalah yang menggantikan tempatnya jawab Jaafar, "Pergilah suamiku. Semoga Allah memberi kemenangan ke atas kaum Muslimin” kata Asma' kepada suaminya.<br /><br />Seluruh umat Islam temanti-nanti kepulangan kaum Muslimin. Belum ada khabar berita sama ada kaum Muslim memperoleh kemenangan atau sebaliknya.<br /><br />Hati Asma' bergetar apabila Rasulullah datang ke rumahnya. Rasulullah mendekati ketiga-tiga anak Asma', lalu mencium mereka dengan , mata berlinangan.<br /><br />"Wahai Rasulullah, apakah yang membuatkan anda menangis? Adakah anda telah mendapat khabar tentang Jaafar dan sahabat-sahabatnya?" soal Asma'.<br /><br />"Benar, dia telah gugur syahid hari ini” jawab Rasulullah ringkas.<br /><br />Mendengar jawapan Rasulullah itu, Asma' tidak dapat menahan rasa sedihnya. Dia menangis teresak-esak di samping anak-anaknya. Namun, dia tetap sabar demi mengharapkan reda Allah .<br /><br />ASMA’ MENJADI ISTERI ABU BAKAR AS-SIDDIQ<br /><br />Tidak lama sesudah itu, Asma' berkahwin dengan Abu Bakar as-Siddiq selepas isteri beliau, Ummu Rumaan meninggaI. Asma' terus setia di samping Abu Bakar, sehingga beliau dilantik menjadi khalifah selepas Rasulullah wafat. Asma' juga bersabar ketika menghadapi saat-saat Abu Bakar sakit kuat.<br /><br />"Asma', apabila aku meninggal dunia, mandikanlah jasadku. Dan bukalah puasamu agar dirimu lebih kuat:” pesan Abu Bakar apabila dia merasakan maut semakin menghampirinya.<br /><br />"Baiklah:” jawab Asma' sambil matanya tidak lepas memandang suaminya yang berada di ambang sakaratul maut.<br /><br />Tidak lama kemudian, lnnalillahi wainna ilaihirojiun.<br /><br />Asma' berasa sedih dengan kematian Abu Bakar. Namun begitu, dia segera menunaikan wasiat Abu Bakar agar memandikan jenazahnya.<br /><br />Asma' kembali bersendirian membesarkan anak-anaknya. Dia mendidik mereka dengan memohon kepada Allah agar memperbaiki anak-anaknya sehingga mereka akhirnya menjadi imam bagi orang-orang bertakwa.<br /><br />ASMA’ MENJADI ISTERI ALI BIN ABI TALIB<br /><br />Sedih yang dialami oleh Asma' segera diubati oleh Ali bin Abi Talib. Beliau datang meminang Asma' selepas Fatimah az-Zahra meninggal.<br /><br />Ketika Ali bin Abi Talib dilantik sebagai khalifah yang keempat, Asma' turut memikul tanggungjawab sebagai isteri khalifah bagi kaum muslimin dalam menghadapi peristiwa-peristiwa besar.<br /><br />Demikianlah Asma' binti Umais, wanita yang menjadi pendamping kepada tiga pemimpin besar kaum Muslimin iaitu Jaafar bin Abi Talib, Abu Bakar bin Siddiq dan Ali bin Abi Talib. Semoga Allah merahmatinya.<br /><br />Asma' amat mencintai ketiga-tiga suaminya. Katanya, "Aku tidak melihat seorang pemuda daripada bangsa Arab yang lebih baik daripada Jaafar, dan aku tidak melihat seorang setengah baya yang lebih baik daripada Abu Bakar, dan Ali tidak kurang kebaikannya dibandingkan kedua-duanya".Lilik Khoirudinhttp://www.blogger.com/profile/12951474126734285545noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309521002362043218.post-13609952393747526552011-12-26T17:45:00.001-08:002011-12-26T17:45:59.084-08:00Hamzah Bin Abdul Mutthalib - Singa AllahHamzah Bin Abdul Mutthalib - Singa Allah<br /><br />Thabarani telah mengeluarkan dari Al-Harits At-Taimi dia berkata: Adalah Hamzah bin Abdul Mutthalib r.a. pada hari pertempuran di Badar membuat tanda dengan bulu burung Na'amah (Bangau). Sesudah selesai peperangan, maka seorang dari kaum Musyrikin bertanya: Siapa orang yang bertanda dengan bulu burung Na'amah itu? Maka orang berkata: Dialah Hamzah bin Abdul Mutthalib. Sambut orang itu lagi: Dialah orang yang banyak memalu kita di dalam peperangan itu. (Majma'uz Zawa'id 6:81)<br /><br />Bazzar mengeluarkan dari Abdul Rahman bin Auf ra. dia berkata: Bertanya Umaiyah bin Khalaf kepadanya: Hai Abdullah! Siapa orang yang memakai bulu burung Na'amah di dadanya pada perang Badar itu? jawabku: Dia itu paman Muhammad, dialah Hamzah bin Abdul Mutthalib ra. Berkata lagi Umaiyah bin Khalaf: Dialah orang yang banyak memalu kita dengan senjatanya sehingga dia dapat membunuh ramai di antara kita. (Majma'uz Zawa'id 6:81)<br /><br />Hakim telah mengeluarkan dari Sabir bin Abdullah ra. dia berkata: Rasulullah SAW mencari-cari Hamzah pada hari Ubud setelah selesai peperangan, dan setelah semua orang berkumpul di sisinya: Di mana Hamzah? Maka salah seorang di situ menjawab: Tadi, saya lihat dia berperang di bawah pohon di sana, dia terus menerus mengatakan: Aku singa Allah, dan singa RasulNya! Ya Allah, ya Tuhanku! Aku mencuci tanganku dari apa yang dibawa oleh mereka itu, yakni Abu Sufyan bin Harb dan tentera Quraisy. Dan aku memohon uzur kepadamu dari apa yang dibuat oleh mereka itu dan kekalahan mereka, yakni tentera Islam yang melarikan diri! Lalu Rasulullah SAW pun menuju ke tempat itu, dan didapati Hamzah telah gugur. Bila Beliau melihat dahinya, Beliau menangis, dan bila melihat mayatnya dicincang-cincang, Beliau menarik nafas panjang. Kemudian Beliau berkata: Tidak ada kain kafan buatnya?! Maka segeralah seorang dari kaum Anshar membawakan kain kafan untuknya. Berkata Jabir seterusnya, bahwa Rasulullah SAW telah berkata: Hamzah adalah penghulu semua orang syahid nanti di sisi Allah pada hari kiamat. (Hakim 3:199)<br /><br />Ibnu Ishak telah mengeluarkan dari Ja'far bin Amru bin Umaiyah Adh-Dhamri, dia berkata: Aku keluar bersama Abdullah bin Adiy bin Al-Khiyar pada zaman Mu'awiyah ra... dan disebutkan ceritanya hingga kami duduk bersama Wahsyi (pembunuh Hamzah ra.), maka kami berkata kepadanya: Kami datang ini untuk mendengar sendiri darimu, bagaimana engkau membunuh Hamzah ra. Wahsyi bercerita: Aku akan memberitahu kamu berdua, sebagai mana aku sudah memberitahu dahulu kepada Rasulullah SAW ketika Beliau bertanya ceritanya dariku.<br /><br />Pada mulanya, aku ini adalah hamba kepada Jubair bin Muth'im, dan pamannya yang bernama Thu'aimah bin Adiy telah mati terbunuh di perang Badar. Apabila kaum Quraisy keluar untuk berperang di Uhud, Jubair berkata kepadaku: Jika engkau dapat membunuh Hamzah, paman Muhammad untuk menuntut balas kematian pamanku di Badar, engkau akan aku merdekakan. Bila tentera Quraisy keluar ke medan Uhud, aku turut keluar bersama mereka. Aku seorang Habsyi yang memang mahir untuk melempar pisau bengkok, dan sebagaimana biasanya orang Habsyi, jarang-jarang tidak mengenai sasaran apabila melempar. Apabila kedua belah pihak bertempur di medan Uhud itu, aku keluar mencari-cari Hamzah untuk kujadikan sasaranku, sehingga aku melihatnya di antara orang yang bertarung, seolah-olahnya dia unta yang mengamuk, terus memukul dengan pedangnya segala apa yang datang menyerangnya, tiada seorang pun yang dapat melawannya. Aku pun bersiap untuk menjadikannya sasaranku. Aku lalu bersembunyi di balik batu berdekatan dengan pohon yang dia sedang bertarung, sehingga apabila dia datang berdekatan denganku, mudahlahlah aku melemparkan pisau racunku itu.<br /><br />Tatkala dia dalam keadaan begitu, tiba-tiba datang menyerangnya Sibak bin Abdul Uzza. Apabila Hamzah melihat Sibak datang kepadanya, dia berteriak: Mari ke sini, siapa yang hendak mencari maut! Dipukulnya dengan sekali pukulan kepalanya terus berguling di tanah. Maka pada ketika itulah, aku terus mengacung-acungkan pisau bengkokku itu, dan apabila aku rasa sudah tepat sasaranku, aku pun melemparnya kepada Hamzah mengenai bawah perutnya terus rnenembusi bawah selangkangnya. Dia mencoba hendak menerkamku, tetapi dia sudah tidak berdaya lagi, aku lalu meninggalkannya di situ sehinggalah dia mati. Kemudian aku kembali lagi untuk mengambil pisau bengkokku itu, dan aku membawanya ke perkemahan kami. Aku duduk di situ menunggu, dan aku tidak punya hajat yang lain, selain dari hendak membunuh Hamzah agar aku dapat dimerdekakan oleh tuanku.<br /><br />Apabila kami kembali ke Makkah, seperti yang dijanjikan oleh tuanku, aku dimerdekakan. Aku terus tinggal di Makkah. Dan apabila kota Makkah ditakluki oleh Rasulullah SAW aku pun melarikan diri ke Tha'if dan menetap di sana. Apabila rombongan orang-orang Tha'if bersiap-siap hendak menemui Rasulullah SAW untuk memeluk Islam, aku merasa serba salah tidak tahu ke mana harus melarikan diri. Aku berfikir, apakah aku harus melarikan diri ke Syam, atau ke Yaman, ataupun ke negeri-negeri lainnya, sampai kapan aku akan menjadi orang buruan?! Demi Allah, aku merasakan diriku susah sekali. Tiba-tiba ada orang yang datang kepadaku memberi nasehat: Apa yang engkau susahkan? Muhammad tidak membunuh orang yang masuk ke dalam agamanya, dan menyaksikan syahadat kebenaran! Aku tidak ada jalan melainkan menerima nasehat itu. Aku pun menuju ke Madinah untuk menemui Rasulullah SAW Memang tiada disangka-sangkanya melainkan dengan tiba-tiba Beliau melihatku berdiri di hadapannya menyaksikan syahadat kebenaran itu. Beliau lalu menoleh kepadaku seraya berkata: Apakah engkau ini Wahsyi? Jawabku: Saya, wahai Rasulullah! Beliau berkata lagi: Duduklah! Ceritakanlah bagaimana engkau rnembunuh Hamzah?! Aku lalu menceritakan kepadanya seperti aku menceritakan sekarang kepada kamu berdua.<br /><br />Apabila selesai bercerita, Beliau berkata kepadaku: Awas! Jangan lagi engkau datang menunjukkan wajahmu kepadaku! Kerana itu aku terus-menerus menjauhkan diri dari Rasulullah SAW supaya Beliau tidak melihat wajahku lagi, sehinggalah Beliau wafat meninggalkan dunia ini. Kemudian apabila kaum Muslimin keluar untuk berperang dengan Musailimah Al-Kazzab, pemimpin kaum murtad di Yamamah, aku turut keluar untuk berperang dengannya. Aku bawa pisau bengkok yang membunuh Hamzah itu. Ketika orang sedang gawat bertempur, aku mencuri-curi masuk dan aku lihat Musailimah sedang berdiri dan di tangannya pedang yang terhunus, maka aku pun membuat persiapan untuk melemparnya dan di sebelahku ada seorang dari kaum Anshar yang sama tujuan denganku. Aku terus mengacung-acungkan pisau itu ke arahnya, dan apabila aku rasa sudah boleh mengenai sasarannya, aku pun melemparkannya, dan mengenainya, lalu orang Anshar itu menghabiskan hidupnya dengan pedangnya. Aku sendiri tidak memastikan siapa yang membunuh Musailimah itu, apakah pisau bengkokku itu, ataupun pedang orang Anshar tadi, hanya Tuhan sajalah yang lebih mengetahui. Jika aku yang membunuhnya, maka aku telah membunuh orang yang terbaik pada masa hayat Rasulullah SAW dan aku juga sudah membunuh orang yang paling jahat sesudah hayat Beliau. (Al-Bidayah Wan-Nihayah 4:18)<br /><br />Bukhari telah mengeluarkan dari Ja'far bin Amru sebagaimana cerita yang sebelumnya, cuma apabila orang ramai berbaris untuk berperang, lalu keluarlah Sibak seraya menjerit: Siapa yang akan melawanku? Hamzah pun keluar untuk melawannya, lalu Hamzah berkata kepadanya: Hai Sibak! Hai putera Ummi Anmar, tukang sunnat orang perempuan! Apakah engkau hendak melawan Allah dan RasulNya? Hamzah lalu menghantamnya dengan suatu pukulan yang keras menghabiskannya.Lilik Khoirudinhttp://www.blogger.com/profile/12951474126734285545noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309521002362043218.post-36412765095457989932011-12-26T17:42:00.000-08:002011-12-26T17:43:36.210-08:0010 Sahabat Yang Telah Dijamin Syurga“Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang petama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dengan mereka dan mereka ridho kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.”<br /><br />(Qs At-Taubah : 100)<br /><br />Berikut ini 10 orang sahabat Rasul yang dijamin masuk surga (Asratul Kiraam).<br /><br />1. Abu Bakar Siddiq ra.<br /><br />Beliau adalah khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah Saw. Selain itu Abu bakar juga merupakan laki-laki pertama yang masuk Islam, pengorbanan dan keberanian beliau tercatat dalam sejarah, bahkan juga didalam Quran<br /><br />(Surah At-Taubah ayat ke-40)<br /><br />sebagaimana berikut : “Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang (Rasulullah dan Abu Bakar) ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya:”Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita”. Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Abu Bakar Siddiq meninggal dalam umur 63 tahun, dari beliau diriwayatkan 142 hadits.<br /><br />2. Umar Bin Khatab ra.<br /><br />Beliau adalah khalifah ke-dua sesudah Abu Bakar, dan termasuk salah seorang yang sangat dikasihi oleh Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya. Sebelum memeluk Islam, Beliau merupakan musuh yang paling ditakuti oleh kaum Muslimin. Namun semenjak ia bersyahadat dihadapan Rasul (tahun keenam sesudah Muhammad diangkat sebagai Nabi Allah), ia menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan perlawanan kaum Quraish terhadap diri Nabi dan sahabat. Dijaman kekhalifaannya, Islam berkembang seluas-luasnya dari Timur hingga ke Barat, kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukkannya dalam waktu hanya satu tahun. Beliau meninggal dalam umur 64 tahun karena dibunuh, dikuburkan berdekatan dengan Abu Bakar dan Rasulullah dibekas rumah Aisyah yang sekarang terletak didalam masjid Nabawi di Madinah.<br /><br />3. Usman Bin Affan ra.<br /><br />Khalifah ketiga setelah wafatnya Umar, pada pemerintahannyalah seluruh tulisan-tulisan wahyu yang pernah dicatat oleh sahabat semasa Rasul hidup dikumpulkan, kemudian disusun menurut susunan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw sehingga menjadi sebuah kitab (suci) sebagaimana yang kita dapati sekarang. Beliau meninggal dalam umur 82 tahun (ada yang meriwayatkan 88 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.<br /><br />4. Ali Bin Abi Thalib ra.<br /><br />Merupakan khalifah keempat, beliau terkenal dengan siasat perang dan ilmu pengetahuan yang tinggi. Selain Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib juga terkenal keberaniannya didalam peperangan. Beliau sudah mengikuti Rasulullah sejak kecil dan hidup bersama Beliau sampai Rasul diangkat menjadi Nabi hingga wafatnya. Ali Bin Abi Thalib meninggal dalam umur 64 tahun dan dikuburkan di Koufah, Irak sekarang.<br /><br />5. Thalhah Bin Abdullah ra.<br /><br />Masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Siddiq ra, selalu aktif disetiap peperangan selain Perang Badar. Didalam perang Uhud, beliaulah yang mempertahankan Rasulullah Saw sehingga terhindar dari mata pedang musuh, sehingga putus jari-jari beliau. Thalhah Bin Abdullah gugur dalam Perang Jamal dimasa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib dalam usia 64 tahun, dan dimakamkan di Basrah.<br /><br />6. Zubair Bin Awaam<br /><br />Memeluk Islam juga karena Abu Bakar Siddiq ra, ikut berhijrah sebanyak dua kali ke Habasyah dan mengikuti semua peperangan. Beliau pun gugur dalam perang Jamal dan dikuburkan di Basrah pada umur 64 tahun.<br /><br />7. Sa’ad bin Abi Waqqas<br /><br />Mengikuti Islam sejak umur 17 tahun dan mengikuti seluruh peperangan, pernah ditawan musuh lalu ditebus oleh Rasulullah dengan ke-2 ibu bapaknya sendiri sewaktu perang Uhud. Meninggal dalam usia 70 (ada yang meriwayatkan 82 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.<br /><br />8. Sa’id Bin Zaid<br /><br />Sudah Islam sejak kecilnya, mengikuti semua peperangan kecuali Perang Badar. Beliau bersama Thalhah Bin Abdullah pernah diperintahkan oleh rasul untuk memata-matai gerakan musuh (Quraish). Meninggal dalam usia 70 tahun dikuburkan di Baqi’.<br /><br />9. Abdurrahman Bin Auf<br /><br />Memeluk Islam sejak kecilnya melalui Abu Bakar Siddiq dan mengikuti semua peperangan bersama Rasul. Turut berhijrah ke Habasyah sebanyak 2 kali. Meninggal pada umur 72 tahun (ada yang meriwayatkan 75 tahun), dimakamkan di baqi’.<br /><br />10. Abu Ubaidillah Bin Jarrah<br /><br />Masuk Islam bersama Usman bin Math’uun, turut berhijrah ke Habasyah pada periode kedua dan mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah Saw. Meninggal pada tahun 18 H di urdun (Syam) karena penyakit pes, dan dimakamkan di Urdun yang sampai saat ini masih sering diziarahi oleh kaum Muslimin.Lilik Khoirudinhttp://www.blogger.com/profile/12951474126734285545noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309521002362043218.post-50251658822394456762011-12-26T17:38:00.000-08:002011-12-26T17:40:27.305-08:00Salman Al-Farisi Pemimpin Yang Rendah DiriSalman Al-Farisi tergolong sebagai salah seorang sahabat Rasulullah saw. Beliau berasal dari negeri Parsi. Pernah di masa hidupnya, Salman telah diberi jawatan sebagai Gabenor di salah sebuah jajahan takluk Islam. Namun demikian kedudukannya itu tidak sedikit pun mengubah keperibadiannya yang penyantun, rendah diri, serta zuhud terhadap kemewahan dunia. Pada suatu hari, diriwayatkan seorang rakyat awam tanpa mengenali Salman terus menariknya secara kasar lalu menyuruhnya melakukan suatu kerja yang berat. Orang itu menjumpai Salman ketika berada di tepi jalan. Ia mempunyai sebuah karung besar lalu menyuruh Salman memikulnya sampai ke rumah.<br /><br />Tanpa banyak soal Salman terus memikulnya. Di pertengahan jalan, seorang lelaki telah memberi salam kepadanya. Alangkah terkejutnya melihat Salman memikul karung. Lalu berkata: "Wahai tuan! Tahukah tuan bahawa orang yang memikul karung tuan itu adalah Salman Al-Farisi, Amir negeri kita ini." Terkejut lelaki itu mendengarnya, apabila dikenangkan orang yang dikasarinya itu adalah gabenornya sendiri. Lantas dia meminta maaf lalu menyuruh Salman menurunkan karung yang sedang dipikulnya itu. Tetapi Salman menjawab: "Oh tidak mengapa tuan. Biarlah saya memikul barang tuan ini hingga sampai ke rumah tuan". Demikianlah ketinggian budi pekerti Salman Al-Farisi, salah seorang sahabat Rasulullh saw. yang tidak mementingkan darjat kedudukan.Lilik Khoirudinhttp://www.blogger.com/profile/12951474126734285545noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309521002362043218.post-41900331414794625652011-12-26T15:48:00.000-08:002011-12-26T15:58:16.328-08:00~Indahnya ukhuwah…. ~<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhM_VBrrhuANoa4qvUMoJD3i2ZgtFIdFga9Ljb8HXjioTQ4bqRF212lzhnrQ_yTxOhhybgKiMGSlnTVKBaStpJx73m_pOZbPsw0t5reycIO_R-f4ESq1Enf4QfHASo_3Sg1ISb6FTwqAAs/s1600/24102_1102510698780_1707108817_199336_1107585_n.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhM_VBrrhuANoa4qvUMoJD3i2ZgtFIdFga9Ljb8HXjioTQ4bqRF212lzhnrQ_yTxOhhybgKiMGSlnTVKBaStpJx73m_pOZbPsw0t5reycIO_R-f4ESq1Enf4QfHASo_3Sg1ISb6FTwqAAs/s320/24102_1102510698780_1707108817_199336_1107585_n.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5690590650244358962" /></a><br /><br />Tak terasa sore semakin mendekati, biasanya ana naik ke lantai 7 menikmati pancaran dari cahaya the sunse, maklumlah… penggemar sunset pisan :D , Dan juga teringat dengan saudara-sauadaraku, ah… apa yang kalian sedang kerjakan wahai ikhwah…. Lagi ngisi halqoh? Nyebarin buletin? Sedang kontak tokoh? Or… lagi ”ngasah parang” wew….. istilah ”zaman baheula” :D<br /><br />Dalam dunia dakwah, tentu saja kita akan bertemu dengan aktivis-aktivis yang lain, yang juga sama-sama berjuang dalam rangkan izzah Islam wal muslimin, karena memang kewajiban untuk mengembalikan kemuliaan itu bukanlah tugas 1 kelompok/golongan saja, namun juga menjadi kewajiban seluruh kaum muslimin.<br /><br />“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran [3] : 104).<br /><br />“Kalian adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi manusia, kalian menyuruh (berbuat) kepada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran dan kalian beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran [3] : 110).<br /><br />Dari hal di atas, maka sudah saatnya kita ikut serta berperan aktif dalam segala bentuk aktifitas dakwah. Tidak ada dalih bahwa “saya belum sempurna” ataupun alasan “saya masih belajar.” Karena menurut Imam Said bin Jubair, “Jika seseorang tidak mau mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah kemunkaran sehingga keadaan dirinya sempurna, maka tidak akan ada seorangpun yang akan mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah kemunkaran.” Iman Malik mendukung pendapat Imam Said bin Jubair ini, dan beliau sendiri menambahkan,, “Dan siapakah diantara kita yang lengkap dan sempurna?”<br /><br />Namun, memang harus diakui, mau tidak mau, kita akan menemukan adanya ”geseken-gesekan” terutama di akar rumput (grass root), namun ana yakin, semua itu dilakukan bukan bermaksud mau menjatuhkan lawan, namun untuk sama-sama saling belajar demi sebuah kebenaran dan bukan untuk sebuah pembenaran (pengalaman pribadi :D ) he he he.<br /><br />Ana teringat hadist nabi yang menggambarkan tentang mencintai saudara sesama muslim.<br /><br />“Orang mukmin itu ibarat satu tubuh, apabila ada anggota tubuhnya sakit maka seluruh tubuh akan merasakan sakitnya.” Dalam riwayat yang lain juga dikatakan:” Tidak beriman seseorang dari kalian hingga dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya.”<br /><br />betapa banyak riwayat dari Rosulullah yang menganjurkan kita untuk senantiasa menjaga ukhuwah. Sebagaimana juga dalam riwayat berikut:” Barangsiapa yang hendak merasakan manisnya iman, hendaklah ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri”.<br /><br />Di dalam Al Qur’anul Karimpun Allah Azza wa Jalla mengatakan; “Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara.” Maka sudah seyogyanya kita senantiasa meletakkan persaudaraan itu diatas yang lainnya. Mengutamakan ukhuwah dari kepentingan pribadi adalah ciri dari seorang mukmin yang baik akhlaknya. Bahkan ketika kita melihat sejarah para sahabatpun banyak yang memberikan teladan akan indahnya ukhuwah yang mereka jalani.<br /><br />Masih ingatkah kita akan kisah Abdurrahman bin Auf ketika hijrah ke Yatsrib tanpa membawa sepeserpun kekayaannya dari Makkah, oleh seorang sahabat Anshar beliau ditawari untuk mengambil sebagian hartanya, bahkan isterinya sekalipun akan diceraikannya dan akan dinikahkan dengan beliau. Juga kisah tiga orang sahabat pada perang Uhud, mereka lebih mengutamakan yang lainnya daripada dirinya sendiri yang sangat membutuhkan seteguk air dan akhirnya mereka semuanya syahid tanpa meminum air setetespun. Dan masih banyak lagi kisah indahnya ukhuwah diantara para sahabat yang kesemuanya mengajarkan pada kita betapa pentingnya nilai dari persaudaraan ini.<br /><br />Persaudaraan karena Allah yang dilandasi semangat ta’awun dan tanashshuh (saling menolong, mengingatkan atau menasehati)ini insyaAllah akan abadi.<br /><br />Bahkan Allah Ta’ala akan memberikan naunganNya pada saat tidak ada lagi tempat bernaung selain naunganNya, yaitu di padang Mahsyar kelak. Orang-orang yang bercinta dan bersaudara karena Allah, disediakan bagi mereka mimbar-mimbar dari cahaya. Sebaliknya, persaudaraan tanpa dilandasi keimanan pada Allah akan mejadi musuh satu sama lain,seperti yang digambarkan Allah Ta’ala dalam firmanNya:<br />“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya.” (Qs.Abasa;34-36)<br /><br />Semua persaudaraan dan persahabatan, baik karena nasab (keturunan), harta, jabatan dan kepentingan duniawi lainnya akan musnah dan bercerai berai jika tidak dilandasi persaudaraan karena Allah.<br /><br />jalan dakwah yang terbentang dihadapan kita masih panjang . Jalan ini adalah jalan kesusahan dan kesabaran yang berujung pada kebahagiaan. Pengorbanan demi pengorbanan senantiasa dituntut agar dapat istiqomah di jalan ini. Pengorbanan yang meliputi tenaga, waktu, fikiran, perasaan bahkan jiwa dan raga sekalipun merupakan sesuatu yang telah ditetapkan Allah. Para Nabi dan shiddiqin, orang-orang terdahulu dari umat ini, telah meninggalkan jejak pengorbanan yang luar biasa bagi kita. Namun dibalik kekuatan kita menghadapi tantangan dakwah ini, kita membutuhkan ukhuwah dan persaudaraan. Ukhuwah yang akan membuat kita kuat dan istiqomah.<br /><br />Dalam Al Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;<br />Berpegangteguhlah kamu pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai…”<br />Dengan mentabayyun akan memperjelas semuanya. Jika kita keliru menilai saudara kita, maka kita akan memperoleh keterangan yang jelas tentang keadaan yang sebenarnya. Hati kita akan terasa lapang, dada menjadi plong dan kita terhindar dari maksiat ghibah, namimah, tajassus dan berbagai kemungkaran lainnya yang akan semakin membuat terpuruknya ummat ini .<br /><br />Dalam QS. Al Hujurat ; 12 Allah berfirman:<br />“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain…”<br /><br />Betapa indahnya ajaran Islam, betapa nikmatnya hidup berislam. Ketenangan dan kedamaian akan mewarnai hari-hari kita. Namun sayangnya belum banyak yang merasakan indahnya hidup dalam naungan Islam.Masih banyak saudara kita yang mengaku muslim namun berada jauh dari syariat Islam. Disinilah tugas kita. Mengajak saudara kita yang lain untuk turut serta menikmati keindahan Islam ini, demi terwujudnya Izzul Islam wal Muslimun dalam bingkai daulah al khilafah Islamiyah!<br />Akhirnya marilah kembali kita bergandengan tangan, merekatkan ukhuwah diantara kita. Membangun kembali persaudaraan yang hampir retak. Berjalan bersama menuju cita-cita. Meraih kebahagiaan dan keridhoan Allah. Jalan dakwah terbentang dihadapan kita. Mari kita gapai kemenangan bersama. Betapa bahagianya ketika melihat senyum kembali merekah, memancarkan sinar keikhlasan dari hati yang saling memaafkan. Always smile wahai ikhwah ! , “senyummu kepada saudaramu adalah shadaqah”. ^__^ (Al Hadits).Lilik Khoirudinhttp://www.blogger.com/profile/12951474126734285545noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309521002362043218.post-42091152139909084912011-12-21T18:55:00.000-08:002011-12-21T18:59:10.730-08:00<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZuTMhtqQNJM2tua4if5Ijz4R8y7C7vMQ9ggtae51iwqd0lfIzsX1Pebc2RedCTclOo3JVJ3GKiadjmRdCcAuVfAoXUXs3xsxrP-S_2ck8HCsjLM1jOhsIKiMwNdQusNrFiykp658kpkE/s1600/hari-ibu.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZuTMhtqQNJM2tua4if5Ijz4R8y7C7vMQ9ggtae51iwqd0lfIzsX1Pebc2RedCTclOo3JVJ3GKiadjmRdCcAuVfAoXUXs3xsxrP-S_2ck8HCsjLM1jOhsIKiMwNdQusNrFiykp658kpkE/s320/hari-ibu.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5688781706495987298" /></a><br />Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”<br /><br />Suatu hari seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia. Dia bertanya<br />kepada Tuhan : “Para malaikat disini mengatakan bahwa besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara saya hidup disana, saya begitu kecil dan lemah”?<br /><br />Dan Tuhan menjawab, “Saya telah memilih satu malaikat untukmu. Ia akan<br />menjaga dan mengasihimu.”<br /><br />“Tapi disini, di dalam surga, apa yang pernah saya lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa. Ini sudah cukup bagi saya untuk berbahagia.”<br /><br />“Malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari. Dan kamu<br />akan merasakan kehangatan cintanya dan menjadi lebih berbahagia.”<br /><br />“Dan bagaimana saya bisa mengerti saat orang-orang berbicara kepadaku jika<br />saya tidak mengerti bahasa mereka ?”<br /><br />“Malaikatmu akan berbicara kepadamu dengan bahasa yang paling indah yang<br />pernah kamu dengar; dan dengan penuh kesabaran dan perhatian, dia akan<br />mengajarkan bagaimana cara kamu berbicara.”<br /><br />“Dan apa yang akan saya lakukan saat saya ingin berbicara kepadaMu ?”<br /><br />“Malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa.”<br /><br />“Saya mendengar bahwa di Bumi banyak orang jahat. Siapa yang akan melindungi saya ?”<br /><br />“Malaikatmu akan melindungimu, walaupun hal tersebut mungkin dapat<br />mengancam jiwanya.”<br /><br />“Tapi, saya pasti akan merasa sedih karena tidak melihatMu lagi.”<br /><br />“Malaikatmu akan menceritakan padamu tentang Saya, dan akan<br />mengajarkan bagaimana agar kamu bisa kembali kepadaKu, walaupun sesungguhnya Aku akan selalu berada di sisimu.”<br /><br />Saat itu Surga begitu tenangnya sehingga suara dari Bumi dapat terdengar,<br />dan sang anak bertanya perlahan, “Tuhan, jika saya harus pergi sekarang, bisakah Kamu memberitahuku nama malaikat tersebut ?<br /><br />“Kamu akan memanggil malaikatmu, Ibu.”<br />Selamat Hari Ibu 22 Desember 2011Lilik Khoirudinhttp://www.blogger.com/profile/12951474126734285545noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309521002362043218.post-91699508785928100042011-10-21T21:21:00.000-07:002011-10-21T21:24:14.176-07:00Empat Hala Yang Menyebabkan Kemurkaan Allah<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhE_gn0t_IPcHaBfDcGj0vj3XvJxje4D2IeHtyZV-2hrgMt_C59M_BjF2gC0e4mlN4AyW4cI3RKn8inwXN2eAqpuoawXW9HvvRW1nPlbMqRY2d32ZNQ0_6oAGq_FCnxzYv56x2x1pp2_R8/s1600/d.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 239px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhE_gn0t_IPcHaBfDcGj0vj3XvJxje4D2IeHtyZV-2hrgMt_C59M_BjF2gC0e4mlN4AyW4cI3RKn8inwXN2eAqpuoawXW9HvvRW1nPlbMqRY2d32ZNQ0_6oAGq_FCnxzYv56x2x1pp2_R8/s320/d.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5666167452282111970" /></a><br /><br />Sudah lama ingin membuat postingan tentang hal-hal terkait dengan bencana yang terjadi di negeri ini, mulai dari banjir bandang di wasior, tsunami di Mentawai, meletusnya gunung merapi di kawasn DIY dan Jateng, dan hari ini terdengarlah lagi berita di Tvone bahwa Gunung Semeru pun memuntahkan guguran awan panas yang disebabkan lidah lava longsor karena ada pertumbuhan kubah lava. Besok atau lusa tidak menutup kemungkinan kedahsyhatan ditampakan oleh anak gunung krakatau, gunung kerinci, gunung papandayan, dan sejumlah gunung api lainnya. Sehingga bila semua itu terjadi tidak menutup kemungkinan pulau jawa akan menjadi kota yang hilang bahkan mungkin Indonesia akan menjadi sebuah negara yang tinggal hanya ada dalam kenangan dan suatu saat nanti ada orang yang berkata : “dulu di Asia ada sebuah negara yang bernama Indonesia”. Subhanallah jika kata-kata itu terdengar oleh cucu-cucu kita yang saat itu entah telah menjadi penduduk di negeri mana, dan mereka tahu dan sadar kalau kakek dan neneknya itu adalah berasal dari negeri yang hilang itu … “INDONESIA”. Apakah cucu-cucu kita tidak sedih mendengarnya ?, atau justru mereka merasa beruntung dan berbahagia karena tidak pernah mengalami menjadi penduduk negeri ini ?.<br /><br />Pernahkah kita berpikir kalau semua ini terjadi karena Allah sedang menguji kita, karena seringnya kita bermaksiat kepada Allah dan karena enggannya kita mensyukuri nikmat-Nya ?. Bahkan Allah telah memberikan gambaran kepada kita dalam Al Qur’an bahwa kerusakan di daratan dan di lautan itu disebabkan tangan-tangan manusia ?. Kita semua sering abai dan tidak peduli dengan segala yang telah diperingatkan Allah kepada kita, bahkan tidak jarang kita lakukan seolah-olah menantang Allah atas semua cobaan yang diberikan Allah kepada kita. Sebagai contoh saat semua musibah ini terjadi bukannya semakin mendekatkan diri kita kepada Allah dengan cara memperbanyak berdzikir dan bertaubat kepada Allah, tetapi justru kita malah mempersekutukan Allah dengan yang lain (musyrik) dengan cara mempergunakan jimat yang selalu di bawa kemana-mana agar terhindar dari bencana, naudzubillah.<br /><br />Setelahnya dulu saya pernah mencoba menuliskan tentang 15 perbuatan penyebab terjadinya malapetaka, sebagai bahan renungan saat ini mari kita simak Sabda Nabi Muhammad berikut ini :<br />أربعةٌ يُبْغِضُهُمُ اللهُ الْبَيَّاعُ الْحَلاَّفُ والفقيرُ الْمُخْتَالُ والشيخُ الزانى<br />والإمامُ الجائرُ (النسائى عن أبى هريرة<br /><br />Artinya :<br /><br />Ada empat hal yang menyebabkan kemurkaan Allah kepada mereka (ummatnya), yaitu : Penjual yang suka bersumpah, orang fakir yang sombong, orang lanjut usia yang berzina, dan pemimpin yang durhaka (jahat). (H.R. An Nasai dari Abu Hurairah).<br /><br />Saat ini banyak sekali para pedagang yang menginginkan barang dagangannya laku keras mereka berani bersumpah atas nama Allah padahal sumpahnya sumpah palsu, bahkan tidak hanya cukup sampai disitu kitapun sering mendapatkan para pedagang yang melakukan kemusyrikan demi kesuksesannya dalam berdagang, coba perhatikan di sekitar anda masih adakah warung atau toko di sekitar anda yang memasang jimat peruntungan agar jualannya laris ?. walaupun mereka juga sering berdalih bahwa jimat yang mereka pakai untuk penglaris bukan didapat dari dukun tetapi dari seorang “AHLI HIKMAH” (padahal praktik yang mereka lakukan tidak berbeda dengan praktiknya dukun).<br /><br />Kitapun sering menyaksikan kesombongan yang dilakukan oleh orang-orang yang kurang beruntung (fakir), terkedang kita semua tidak habis pikir melihat kelakuan mereka yang sudah sengsara di dunia merekapun seolah menantang Allah untuk menjadi orang yang sengsara di akhirat kelak. Bukankah sering kita melihat saat bulan Ramadlan orang yang (maaf) hanya bekerja sebagai supir di dalam kota, kuli panggul, tukang beca, juru parkir, dll yang tidak menunaikan ibadah shaum ?, padahal kewajiban shaum harus mereka lakukan.<br /><br />Perzinahan sudah banyak dilakukan oleh semua kalangan, bukan hanya remaja yang melakukan perzinahan itu, anak-anak yang belum aqil balighpun sering kita dengar telah melakukan perzinahan. Yang lebih miris lagi saat ini sering kita dengar perzinahan yang dilakukan oleh orang-orang yang sebenarnya mereka memiliki pasangan yang halal, yang apabila mereka membutuhkan seksual mereka bisa menyalurkannya pada saluran yang halal, bahkan perzinahan saat ini juga dilakukan oleh orang-orang yang sudah lanjut usia yang seharusnya mereka itu menjadi teladan bagi generasi sesudahnya.<br /><br />Kezaliman dan kejahatan yang dilakukan pemimpin kepada rakyatnya tidak terasa sering kita saksikan juga. Sering kita semua dibuat bingung dengan penegakan hukum di negeri ini, ada orang yang jelas-jelas salah bahkan di-pansus-kan di DPR oleh para anggota Dewan yang terhormat dan dalam pansus tersebut dinyatakan bersalah tetapi sang imam tetap melindunginya (ingat kasus centuri). Ada orang yang belum jelas kesalahannya, hanya karena ada desakan masa (katanya) dan diduga melakukan korupsi dan diduga melakukan pencucian uang di salah satu bank di luar negeri milik putra mantan pemimpin negeri ini, karena orang ini sering berbeda pendapat dengan sang imam walaupun belum jelas kesalahannya sudah diberhentikan dari jabatannya sebagai menteri (ingat kasus pemecatan YIM dan HA). Bahkan mungkin masih banyak lagi kezaliman-kezaliman yang dilakukan para pemimpin kepada rakyatnya, seperti kejahatan yang dilakukan para kepala daerah, baik di tingkat provinsi maupun tingkat kelurahan/desa termasuk RT/RW. Kejahatan yang dilakukan para pemipin di departemen atau kementerian sampai dengan organisasi-organisasi di bawahnya, bahkan mungkin kejahatan yang dilakukan oleh para kepala sekolah kepada para guru dan para peserta didiknya, naudzubillah.<br /><br />Coba kita perhatikan dengan seksama apakah keempat hal itu telah banyak dilakukan oleh orang-orang disekitar kita ? atau bahkan mungkin kita salah seorang pelakunya ?.<br /><br />Wallahu ‘alam.Lilik Khoirudinhttp://www.blogger.com/profile/12951474126734285545noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309521002362043218.post-53803366251508048372011-10-21T21:01:00.000-07:002011-10-21T21:20:26.059-07:00Keutamaan Puasa Sunnah Arafah<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjW_x2IbwZOY-Ju-ycdfu23td7dNgMsGtw83G6gQjkqzaZi3CBoAeFQ-iDqTMqq151J275wwL6PoQagvRBYBUH7Ycks02E2u3O4arx3vGXXC4Bvhc-lZdxmHr4qNjOLvK9MNErAVPW3ssY/s1600/q.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 180px; height: 124px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjW_x2IbwZOY-Ju-ycdfu23td7dNgMsGtw83G6gQjkqzaZi3CBoAeFQ-iDqTMqq151J275wwL6PoQagvRBYBUH7Ycks02E2u3O4arx3vGXXC4Bvhc-lZdxmHr4qNjOLvK9MNErAVPW3ssY/s320/q.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5666166388681352514" /></a><br /><br />PUASA ARAFAH adalah puasa sunnah yang dilaksanakan pada hari Arafah yakni pada saat diberlangsungkannya wukuf di tanah Arafah tanggal 9 Dzulhijah oleh para jamaah haji. Wukuf di Arafah bisa dikatakan sebagai inti dari pada pelaksanaan ibadah haji. Karena itu puasa Arafah ini sangat dianjurkan bagi orang-orang yang tidak menjalankan ibadah haji. Adapun teknis pelaksanaannya mirip dengan puasa-puasa lainnya.<br /><br /> <br /><br />Keutamaan puasa Arafah ini seperti diriwayatkan dari Abu Qatadah Rahimahullah.bahwa Rasulullah SAW bersabda:<br /> <br /><br />Puasa hari Arafah dapat menghapuskan dosa dua tahun yang telah lepas dan akandatang, dan puasa Assyura (tanggal 10 Muharram) menghapuskan dosa setahun yang lepas. (HR. Muslim)<br /><br /> <br /><br />Sedangkan puasa Tarwiyah dilaksanakan pada hari Tarwiyah yakni pada tanggal 8Dzulhijjah. Ini didasarkan pada satu redaksi hadits yang artinya bahwa Puasapada hari Tarwiyah menghapuskan dosa satu tahun, dan puasa pada hari Arafahmenghapuskan (dosa) dua tahun. Walaupun sebahagian golongan mengatakan bahwahadits ini dloif (kurang kuat riwayatnya) namun para ulama memperbolehkanmengamalkan hadits yang dloif sekalipun sebatas hadits itu diamalkan dalamkerangka fadla'ilul a’mal (untuk memperoleh keutamaan), dan hadits yangdimaksud tidak berkaitan dengan masalah aqidah dan hukum.<br /><br /> <br /><br />Lagi pula hari-hari pada sepersepuluh bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yangistimewa. Abnu Abbas r.a meriwayatkan Rasulullah s.a.w bersabda:<br /><br /><br />ما من أيام العمل الصالح فيها أحب إلى الله من هذه الأيام يعني أيام العشر قالوا:يا رسول الله! ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال: ولا الجهاد في سبيل الله إلا رجل خرجبنفسه وماله فلم يرجع من ذلك شيء<br /><br /> <br />Tidak ada perbuatan yang lebih disukai oleh Allah SWT, dari pada perbuatan baik yang dilakukan pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya : Ya Rasulullah! walaupun jihad di jalan Allah? Sabda Rasulullah: Walau jihad pada jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar dengan dirinya dan harta bendanya, kemudian tidak kembali selama-lamanya (menjadi syahid). (HR Bukhari)<br /><br />Jadi, bagi mereka yang melakukan puasa Tarwiyah sebelum berpuasa hari Arafah,hendaknya jangan ragu-ragu melaksanakannya, karena tidaklah disangsikan lagibahwa puasa adalah jenis amalan yang paling utama, dan yang dipilih Allah untuk diri-Nya.<br /><br />Disebutkan dalam hadist Qudsi: Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku-lah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya semata-mata karena Aku.<br /><br />Hadits lain yang diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, Radhiyallahu 'Anhu,Rasulullah SAW bersabda: Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun. (HR Bukhari Muslim).<br />Wallohu a'lam bish-shawab,-<br /><br />Barangsiapa yang mempunyai kemampuan tetapi ia tidak berqurban, maka janganlah sekali-kali ia menghampiri tempat shalat kami.”<br />(HR. Ahmad, sanadnya hasan)Lilik Khoirudinhttp://www.blogger.com/profile/12951474126734285545noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309521002362043218.post-37739513876816990042011-10-13T07:27:00.000-07:002011-10-21T21:30:25.764-07:00Indahnya Islam Manisnya Iman<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZHZU8-EUxRqB9NkBq2bLmJWeaOXjAoSo0c6pR8ztWuPSq2X7rOXDmqDKUuoQOxRwzaFTXjC4bmKxT5lMZUEkrzST8ZUWZq3kGVhgnkFTyx8X6CUlXRTcZQtO0tAFCZyBanJdja4bJ1TE/s1600/wallpaper-28.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 269px; height: 201px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZHZU8-EUxRqB9NkBq2bLmJWeaOXjAoSo0c6pR8ztWuPSq2X7rOXDmqDKUuoQOxRwzaFTXjC4bmKxT5lMZUEkrzST8ZUWZq3kGVhgnkFTyx8X6CUlXRTcZQtO0tAFCZyBanJdja4bJ1TE/s320/wallpaper-28.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5662984056379237506" /></a><br /><br />Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim hafidzollahu ta'ala<br />الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين، أما بعد<br />Judul tulisan ini mungkin sudah terlalu sering kita dengar, tapi kemungkinan besar sedikit sekali di antara kita (termasuk penulis sendiri) yang benar-benar telah merasakan hakikatnya. Seandainya kita mau jujur pada diri kita sendiri, sampai saat ini sudah berapa lama kita menjadi seorang muslim, sudah berapa banyak amal ibadah yang kita kerjakan, akan tetapi pernahkah kita merasakan kenikmatan dan kemanisan yang hakiki sewaktu kita melaksanakan ibadah tersebut?<br /><br />Maka kalau hakikat ini belum kita rasakan, berarti ada sesuatu yang tidak beres dalam keimanan kita, ada sesuatu yang perlu dipertanyakan dalam keislaman kita. Karena manisnya iman dan indahnya islam itu bukan sekedar teori belaka, tapi benar-benar merupakan kenyataan hakiki yang dirasakan oleh orang yang memiliki keimanan dan ketaatan yang kuat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang wujudnya berupa kebahagian dan ketenangan hidup di dunia, serta perasaan gembira dan senang ketika beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan ini merupakan balasan kebaikan yang Allah ‘Azza wa Jalla segerakan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan taat kepada-Nya di dunia, sebelum nantinya di akhirat mereka akan mendapatkan balasan yang lebih baik dan sempurna. Hal ini Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan dalam banyak ayat Al Qur-an, di antaranya: <br />Ayat pertama:<br />(مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ) <br />“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan ” (QS. ِِan Nahl: 97)<br />Ayat kedua: <br />(وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَلَأَجْرُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ، الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ)<br />“Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan berikan kepada mereka (balasan) kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui. (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Rabb saja mereka bertawakkal” (QS. An Nahl: 41-42)<br />Ayat ketiga:<br />وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعاً حَسَناً إِلَى أَجَلٍ مُسَمّىً وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ ))<br />“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu (di dunia) sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya (di akhirat nanti)” (QS. Huud: 3)<br />Ayat keempat:<br />(قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ)<br />“Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertaqwalah kepada Rabbmu’. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan.Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahala bagi mereka dengan tanpa batas (di akhirat)” (QS. Az Zumar:10)<br />Dalam mengomentari keempat ayat di atas, Al Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah – semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmatinya – berkata: “Dalam keempat ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan bahwa Dia akan memberikan balasan kebaikan bagi orang yang berbuat kebaikan dengan dua balasan: balasan (kebaikan) di dunia dan balasan (kebaikan) di akhirat. [Al waabilush shayyib (1/69)]<br />Kemudian kalau kita mengamati dengan seksama ayat-ayat Al-Quran dan hadits-hadits Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam yang mensifati dan menggambarkan ajaran agama islam ini, kita akan dapati bukti yang menunjukkan bahwa agama islam ini Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan kepada manusia sebagai sumber kebahagian hidup yang hakiki dan ketenangan lahir dan batin bagi orang-orang yang memahami dan mengamalkannya dengan baik dan benar. Di antara ayat-ayat Al-Quran tersebut adalah firman Allah ‘Azza wa Jalla:<br />وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَاناً لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدىً وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ))<br />“Dan Kami turunkan kepadamu kitab ini (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. An Nahl: 89)<br />Juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:<br />يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدىً وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ))<br />“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu (dalam Al Quran) pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Yunus: 57)<br />Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan bahwa Dia ‘Azza wa Jalla tidaklah menjadikan agama islam ini sebagai beban yang memberatkan dan menyulitkan manusia, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:<br />(يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ)<br />“Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesulitan bagimu.” (Al Baqarah: 185)<br />مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ))<br />“Allah tidak menghendaki untuk menjadikan kesempitan bagi kamu.” (Al Maaidah: 6)<br />وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ))<br />“Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan bagi kamu dalam agama ini suatu kesempitan.” (Al Hajj: 78)<br />Dan masih banyak ayat-ayat lain yang semakna dengan ayat-ayat di atas.<br />Demikian pula kita dapati hadits-hadits Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam mensifati agama islam ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat-ayat di atas. Misalanya, dalam beberapa hadits yang shahih Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam mensifati iman yang sempurna sebagai sesuatu yang manis dan lezat, sebagaimana yang beliau shollallahu ‘alaihi wa sallam sabdakan dalam hadits shahih riwayat Imam Al Bukhari (1/14) dan Imam Muslim (1/66):<br />…” ” ثلاث من كن فيه وجد بهن حلاوة الإيمان<br />“Ada tiga sifat, barangsiapa yang memilikinya maka dia akan merasakan manisnya iman…”<br />Juga dalam hadits shahih riwayat Imam Muslim (1/62), beliau shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />” ذاق طعم الإيمان من رضي بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد رسولاً”<br />“Akan merasakan kelezatan iman, orang yang ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai Rabbnya dan islam sebagai agamanya serta Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rasulnya”.<br />Berkata Imam An Nawawi – semoga Allah ‘Azza wa Jalla merahmatinya – ketika menjelaskan hadits di atas: “Orang yang tidak menghendaki selain (ridha) Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak menempuh selain jalan agama islam serta tidak melakukan ibadah kecuali dengan apa yang sesuai dengan syariat (yang dibawa oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam), tidak diragukan lagi bahwa barangsiapa yang memiliki sifat ini, maka niscaya kemanisan iman akan masuk ke dalam hatinya sehingga dia bisa merasakan kemanisan dan kelezatan iman tsb (secara nyata)”. [Syarh Shahih Muslim, karya Imam An Nawawi (2/2)]<br />Sebagaimana kemanisan dan kelezatan iman ini dirasakan langsung oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam sehingga beliau shollallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan ibadah shalat sebagai sumber kesejukan dan kesenangan hati, dalam sabda beliau shollallahu ‘alaihi wa sallam: “وجعلت قرة عيني في الصلاة”<br />“Dan Allah menjadikan qurratul ‘ain bagiku pada (waktu aku melaksanakan) shalat” (HR. Ahmad 3/128, An Nasa-i 7/61 dll dari Anas bin Malik rodiallahu ‘anhu, dan dishahihkan oleh syaikh Al Albani dalam “Shahihul Jaami’” 1/544).<br />Makna qurratul ‘ain adalah sesuatu yang menyejukkan dan menyenangkan hati. [Lihat “Fatul Qadiir”, karya Imam Asy Syaukaani (4/129)]<br />Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Daud (2/715) dan Ahmad (5/364) dan dishahihkan oleh syaikh Al Albani, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Bilal rodiallahu ‘anhu:<br />“Wahai Bilal, senangkanlah (hati) kami dengan (melaksanakan) shalat”.<br />Demikian pula para shahabat Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam rodiallahu’anhum dan para ulama ahlus sunnah yang mengikuti petunjuk mereka juga merasakan kemanisan iman ini dalam diri mereka, sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta’ala gambarkan dalam Al-Quran tentang kesempurnaan iman para shahabat rodiallahu’anhum dalam firman-Nya: <br />وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْأِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ))<br />“Tetapi Allah menjadikan kamu sekalian (wahai para sahabat) cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan.Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus” (QS. Al Hujuraat: 7)<br />Dan dalam hadits shahih riwayat Al Bukhari (1/7) tentang kisah dialog antara Abu Sufyan rodiallahu ‘anhu dan raja Romawi Hiraql, di antara pertanyaan yang diajukan oleh Hiraql kepada Abu Sufyan: Apakah ada diantara pengikut (sahabat) Nabi itu (Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam) yang murtad (meninggalkan) agamanya karena dia membenci agama tersebut setelah dia memeluknya? Maka Abu Sufyan menjawab: Tidak ada. Kemudian Hiraql berkata: Memang demikian (keadaan) iman ketika kemanisan iman itu telah masuk dan menyatu dalam hati manusia.<br />Kemudian atsar dari para ulama ahlus sunnah yang menunjukkan hal ini banyak sekali, di antaranya sebuah atsar yang sering dinukil oleh Imam Ibnul Qayyim – semoga Allah ‘Azza wa Jalla merahmatinya – dalam beberapa kitab beliau, seperti “Miftahu daaris sa’aadah”, “Al Waabilish shayyib” dan “Ad Daa-u wad dawaa’”, yaitu ucapan salah seorang ulama: “Seandainya para raja dan pangeran mengetahui (kenikmatan hidup) yang kami rasakan (dengan memahami dan mengamalkan agama Allah Subhanahu wa Ta’ala), niscaya mereka akan berusaha merebut kenikmatan tersebut dari kami dengan pedang-pedang mereka”. Juga ucapan yang masyhur dari Syaikhul islam Ibnu Taimiyyah – semoga Allah ‘Azza wa Jalla merahmatinya – yang dinukil oleh murid beliau Ibnul Qayyim dalam kitabnya “Al Waabilush shayyib” (1/69), Ibnu Taimiyyah berkata: “Sesungguhnya di dunia ini ada jannnah (surga), barangsiapa yang belum masuk ke dalam surga di dunia ini maka dia tidak akan masuk ke dalam surga di akhirat nanti”. Makna “surga di dunia” ini adalah kecintaan (yang utuh) dan ma’rifah (pengetahuan yang sempurna) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala (dengan memahami nama2 dan sifat2-Nya dengan baik dan benar) serta selalu berzikir kepada-Nya, yang dibarengi dengan perasaan tenang dan damai (ketika mendekatkan diri) kepada-Nya, serta selalu mentauhidkan (mengesakan)-Nya dalam kecintaan, rasa takut, berharap, bertawakkal (berserah diri) dan bermuamalah, dengan menjadikan (kecintaan dan keridhaan) Allah ‘Azza wa Jalla satu-satunya yang mengisi dan menguasai pikiran, tekad dan kehendak seorang hamba. Inilah kenikmatan di dunia yang tiada bandingannya yang sekaligus merupakan qurratul ‘ain (penyejuk dan penyenang hati) bagi orang2 yang mencintai dan mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala. [Lihat “Al Waabilush shayyib” (1/69)]<br />Bahkan dalam kitab “Al Waabilsh shayyib” ini, Ibnul Qayyim menyebutkan kisah nyata gambaran kenikmatan hidup yang dialami guru beliau, Syaikhul islam Ibnu Taimiyyah – ولا أزكي على الله أحدا –, yang kenikmatan ini justru semakin nampak pada diri beliau sewaktu beliau sedang mengalami siksaan yang berat dan celaan dari musuh-musuh beliau, karena membela dan mendakwahkan aqidah ahlus sunnah wal jama’ah. Ibnul Qayyim berkata: “Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang maha mengetahui bahwa aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih bahagia hidupnya daripada beliau (Ibnu Taimiyyah), padahal kondisi kehidupan beliau sangat susah, jauh dari kemewahan dan kesenangan duniawi bahkan sangat memprihatinkan, ditambah lagi dengan (siksaan dan penderitaan yang beliau alami di jalan Allah ‘Azza wa Jalla) yang berupa (siksaan dalam) penjara, ancaman dan penindasan (dari musuh-musuh beliau), tapi bersamaan dengan itu semua (aku mendapati) beliau adalah termasuk orang yang paling bahagia hidupnya, paling lapang dadanya, paling tegar hatinya dan paling tenang jiwanya, terpancar pada wajah beliau sinar keindahan dan kenikmatan hidup (yang beliau rasakan). Dan kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah), jika kami ditimpa perasaan takut yang berlebihan, atau timbul (dalam diri kami) prasangka buruk, atau (ketika kami merasakan) kesempitan hidup, kami (segara) mendatangi beliau (untuk meminta nasehat), maka dengan hanya memandang beliau dan mendengarkan ucapan (nasehat) beliau serta merta hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang”. [Al Waabilush shayyib (1/70)]<br />Setelah kita merenungkan dan menghayati dalil-dalil dari Al Qur’an, As Sunnah dan keterangan dari para ulama di atas, maka jelaslah bagi kita bahwa kebahagiaan dan ketenangan hidup yang hakiki hanyalah dirasakan oleh orang yang mengisi hidupnya dengan keimanan dan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana sebaliknya, orang yang berpaling dari keimanan dan ketaatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla, maka dia pasti akan merasakan kesengsaraan dan kesempitan hidup di dunia, sebelum nantinya di akhirat dia mendapatkan azab yang sangat pedih. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: <br />(وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى)<br />“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sengsara (di dunia), dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta” (QS. Thaaha: 124)<br />Dan dengan ini juga kita mengetahui kelirunya penilaian kebanyakan orang jahil bahwa orang yang beriman dan bertakwa itu akan sengsara dan menderita hidupnya di dunia, karena mereka menyangka bahwa kebahagiaan itu diukur dengan banyaknya harta dan kemewahan dunia yang dimiliki seseorang. Penilaian semacam ini tidak lebih dari penilaian orang-orang yang dicela oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya:<br />يَعْلَمُونَ ظَاهِراً مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ))<br />“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai” (QS. Ar Ruum: 7)<br />Adapun ujian dan cobaan yang mesti dialami oleh orang yang beriman dan bertakwa di dunia ini dalam mempertahankan keimanan mereka, seperti yang disebutkan dalam banyak hadits-hadits yang shahih, diantaranya sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam: “Orang yang paling banyak mendapatkan ujian/cobaan (di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala) adalah para Nabi ‘alaihissalam kemudian orang-orang yang (kedudukannya) setelah mereka (dalam keimanan) dan orang-orang yang (kedudukannya) setelah mereka (dalam keimanan), (setiap) orang akan diuji sesuai dengan (kuat/lemahnya) agama (iman)nya, kalau agamanya kuat maka ujiannya pun akan (makin) besar, kalau agamanya lemah maka dia akan diuji sesuai dengan (kelemahan) agamanya, dan akan terus-menerus ujian itu (Allah Subhanahu wa Ta’ala) timpakan kepada seorang hamba sampai (akhirnya) hamba tersebut berjalan di muka bumi dalam keadaan tidak punya dosa (sedikitpun)” (HR. Ahmad 6/369, Ad Daarimi 2/412, Ibnu Hibban 7/160, Al Hakim 1/99 dll, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam “Shahiihul jaami’ ” 1/100)<br />Apa yang disebutkan dalam hadits-hadits tersebut sama sekali tidak bertentangan dengan keterangan yang kami sampaikan di atas, karena kalau kita renungkan hikmah-hikmah yang agung dari ujian dan cobaan tersebut, kita dapati bahwa semua itu justru memberikan kebaikan dan manfaat yang besar bagi orang-orang yang beriman dalam menambah keimanan dan semakin mendekatkan diri mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena di antara hikmah-hikmah tersebut adalah: Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan cobaan tersebut untuk membersihkan dan menghapuskan dosa-dosa hamba-Nya yang beriman (seperti yang diisyaratkan dalam hadits di atas), juga untuk semakin menyempurnakan penghambaan diri dan ketundukan mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan masih banyak hikmah-hikmah yang lain, untuk lebih lengkapnya silahkan baca hikmah-hikmah ujian yang diterangkan oleh Imam Ibnul Qayyim dalam kitab beliau “Igatsatul lahfaan min mashaayidisy syaithaan” (2/187-195).<br />Kemudian, dari penjelasan di atas timbul satu pertanyaan, yang kemungkinan juga ada di benak pembaca tulisan ini, yaitu: kalau memang iman itu hakikatnya manis dan islam itu hakikatnya indah, mengapa kebanyakan dari kita belum merasakan hal itu ketika melakukan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, terlebih lagi ibadah-ibadah yang dianggap berat oleh kebanyakan orang, seperti shalat malam, puasa sunnah, bersedekah dll? Mengapa kebanyakan dari kita masih merasakan berat dan susah ketika melaksanakan ibadah-ibadah tersebut? Untuk menjawab pertanyaan di atas, kami akan mengemukakan satu contoh agar kita mudah memahami masalah ini. Kalau misalnya kita membayangkan suatu makanan yang kita anggap paling enak dan lezat, yang rasa enak dan lezatnya makanan ini disepakati oleh semua orang yang sehat dan berakal, misalnya saja: sate dan gulai kambing muda (atau terserah antum yang membaca tulisan ini, makanan apa saja yang dianggap paling enak dan lezat), seandainya makanan ini kita hidangkan di hadapan seorang yang sedang sakit demam atau sariawan, atau minimal kurang enak badan, kira-kira apa yang akan dilakukannya terhadap makanan tersebut? Apakah dia akan menyantapnya sampai habis seperti kalau makanan tersebut kita hidangkan di hadapan orang yang sehat (bahkan mungkin dia minta tambah lagi)? Jawabnya tentu saja tidak, karena sebagian dari organ tubuhnya kurang sehat dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka dia tidak bisa merasakan enak dan lezatnya makanan tersebut. <br />Dan dalam hal ini tentu saja yang kita permasalahkan dan perlu diperbaiki adalah kondisi orangnya dan bukan makanan tersebut. Demikian pula hal ini berlaku pada ibadah-ibadah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala syariatkan kepada kaum muslimin, kenikmatan dan kelezatan ibadah-ibadah tersebut hanya akan dirasakan oleh orang yang benar-benar sehat dan sempurna keimanannya, adapun orang yang kurang sehat imannya karena masih ada penyakit dalam hatinya, maka diapun belum bisa merasakan kenikmatan dan kemanisan tersebut, dan dalam hal ini berarti yang tidak beres dan perlu diperbaiki adalah hati dan keimanan orang tersebut bukan ibadah-ibadah itu sendiri. Oleh karena itu yang harus dilakukannya adalah berusaha keras dan berjuang untuk menyembuhkan dan menghilangkan penyakit tersebut, dengan cara memaksa diri untuk melakukan terapi untuk mengobati penyakit hati/iman tersebut – yang terapi ini telah dijelaskan oleh para ulama berdasarkan dalil-dalil dari Al-Quran dan Sunnah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam, dan insya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan kami sebutkan ringkasannya –, agar nantinya setelah penyakit hati tersebut sembuh dan imannya telah sehat, barulah dia akan merasakan kenikmatan dan kemanisan ketika beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. <br />Adapun terapi untuk mengobati penyakit hati/iman tersebut, maka ini telah dijelaskan secara lengkap dalam Al-Quran dan Sunnah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam, Allah ‘Azza wa Jalla mensifati kitab-Nya Al-Quran sebagai syifa (obat/penyembuh) dalam firman-Nya: <br />وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَاراً))<br />“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al Israa’: 82)<br />Juga dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:<br />يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدىً وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ)) <br />“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu (dalam Al-Quran) pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada (hati) serta petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yuunus: 57)<br />Kemudian dalam sebuah hadits yang shahih Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan bahwa petunjuk yang beliau shollallahu ‘alaihi wa sallam bawa dari Allah Subhanahu wa Ta’ala berfungsi untuk menghidupkan dan menyembuhkan penyakit hati manusia, sebagaimana hujan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan ke bumi untuk menghidupkan dan menumbuhkan tanah yang gersang dan tandus. <br />Dari Abu Musa Al Asy’ari rodiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya permisalan dari petunjuk dan ilmu yang aku bawa dari Allah adalah seperti hujan (yang baik) yang (Allah Subhanahu wa Ta’ala) turunkan ke bumi…” (HSR Al Bukhari 1/42 dan Muslim 4/1787).<br />Maka untuk membersihkan dan mensucikan jiwa serta mengobati penyakit hati, caranya tidak lain adalah dengan mengamalkan petunjuk dan syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Quran dan Sunnah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam lahir dan batin, bukan dengan cara-cara bid’ah (yang diada-adakan) yang ditetapkan oleh orang/kelompok tertentu yang hanya berdasarkan mimpi, khayalan, bisikan jiwa, akal atau perasaan dan sama sekali tidak bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam, seperti cara-cara dan wirid-wirid bid’ah yang dibuat-buat oleh kelompok-kelompok tarekat sufiyah dll, karena syariat islam ini adalah syariat yang lengkap dan sempurna, yang menjelaskan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh kaum muslimin dalam urusan agama mereka, terlebih lagi masalah yang penting seperti masalah pensucian jiwa dan pengobatan penyakit hati ini. Untuk lebih jelasnya pembahasan masalah ini, silahkan merujuk keterangan para ulama ahlus sunnah dalam masalah ini, seperti Ibnul Qayyim dalam beberapa kitab beliau, misalnya kitab “Igatsatul lahfan”, “Ad Da-u wad dawaa’ “, “Miftahu daaris sa’aadah, Al waabilush shayyib” dll, dan Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilali telah menulis kitab khusus untuk menjelaskan masalah penting ini dengan judul “Manhajul anbiyaa’ fi tazkiyatin nufuus”.<br />Kemudian secara ringkas, berdasarkan pengamatan terhadap ayat-ayat Al-Quran dan hadits-hadits Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam, Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa terapi untuk menyembuhkan penyakit hati tersimpul dalam tiga macam cara penyembuhan, yang beliu istilahkan dengan “madaarush shihhah” (ruang lingkup penyembuhan), dan ketiga macam cara inilah yang diterapkan oleh para dokter dalam mengobati pasien mereka. Tiga macam cara penyembuhan tersebut adalah: <br />1. Hifzhul quwwah (memelihara kekuatan dan kondisi hati), yaitu dengan memperbanyak melakukan ibadah dan amalan shaleh untuk meningkatkan keimanan, seperti mambaca Al-Quran dengan menghayati kandungan maknanya, berzikir, mempelajari ilmu agama yang bermanfaat, utamanya ilmu tauhid, dll. <br />2. Al Himyatu ‘anil mu’dzi (menjaga hati dari penyakit-penyakit lain), yaitu dengan cara menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan dosa, maksiat dan penyimpangan-penyimpangan syariat lainnya, karena perbuatan2 tersebut akan semakin memperparah dan menambah penyakit hati. <br />Istifragul mawaaddil faasidah (menghilangkan/membersihkan bekas-bekas jelek/noda-noda hitam dalam hati yang merusak, sebagai akibat dari perbuatan dosa dan maksiat yang pernah dilakukan), yaitu dengan cara beristigfar (meminta pengampunan) dan bertaubat dengan taubat yang nashuh (ikhlas dan bersungguh-sungguh) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. [Lihat kitab “Igatsatul lahfan” (1/16-17)]<br />Dan tentu saja selama proses penyembuhan penyakit hati ini seorang muslim membutuhkan kesungguhan dan usaha keras untuk menundukkan dan memaksa hawa nafsunya agar bisa melaksanakan cara-cara penyambuhan di atas, artinya, sebelum dia mencapai kesempurnaan iman, yang dengan itu dia akan merasakan kemanisan dan kelezatan iman, di awal perjalanannya menempuh jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala ini, dia mesti merasakan kepahitan dan kesusahan terlebih dahulu dalam proses penyembuhan penyakit hati/imannya, dan dia harus berusaha keras dan berjuang dengan sungguh-sungguh untuk mengamalkan cara-cara penyembuhan tersebut agar proses penyembuhan penyakit hati tersebut berlangsung dengan baik dan sempurna, sebagaimana orang sakit yang tidak bisa merasakan nikmatnya makanan lezat, kalau dia benar-benar ingin sembuh, maka dia harus berusaha dan memaksa dirinya untuk meminum obat yang rasanya pahit dan getir secara teratur, dan mengkonsumsi makanan yang bergizi untuk menjaga kondisinya meskipun makanan tersebut terasa pahit di lidahnya dan susah ditelan misalnya. Proses inilah yang diisyaratkan dalam sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam: “حجبت الجنّة بالمكاره و حجبت النار بالشهوات”<br />“Jannah (surga) itu dikelilingi (ditutupi) dengan perkara-perkara yang susah dan tidak disenangi oleh nafsu manusia, sedangkan neraka itu dikelilingi dengan perkara-perkara yang disenangi oleh nafsu syahwat manusia” (HR. Al Bukhari 5/2379 dan Muslim 4/2174 dari Abu Hurairah rodiallahu ‘anhu)<br />Yang perlu diingat dan dicamkan di sini, bahwa rasa berat dan kesusahan ini hanyalah dirasakan diawal/permulaan menempuh jalan mencapai ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu selama proses penyembuhan dan pengobatan penyakit hati berlangsung, karena hal ini memang Allah Subhanahu wa Ta’ala jadikan untuk menguji kesungguhan dan kesabaran seorang hamba dalam berjuang menundukkan hawa nafsunya di jalan-Nya ‘Azza wa Jalla, yang kemudian setelah Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahui kesungguhan dan kesabaran hamba tersebut – dan Allah Subhanahu wa Ta’ala maha mengetahui segala sesuatu – barulah setelah itu Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan taufik dan hidayahnya kepada hamba tersebut, dengan menghilangkan penyakit hatinya dan menganugrahkan kesempurnaan dan kemanisan iman kepadanya. Dan hidayah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan tersebut tergantung dari besar/kecilnya kesabaran dan kesungguhan seorang hamba dalam menempuh jalan Allah ‘Azza wa Jalla ini. <br />Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:<br />وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ))<br />“Dan orang-orang yang berjuang dengan sungguh-sungguh (dalam menundukkan hawa nafsu) untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami berikan hidayah kepada mereka (dalam menempuh) jalan-jalan Kami.Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al ‘Ankabuut: 69)<br />Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah ketika mengomentari ayat di atas berkata: “(Dalam ayat ini) Allah Subhanahu wa Ta’ala menggandengkan hidayah (dari-Nya) dengan perjuangan dan kesungguhan (manusia), maka orang yang paling sempurna (mendapatkan) hidayah (dari Allah ‘Azza wa Jalla) adalah orang yang paling besar perjuangan dan kesungguhannya”. [Al Fawa-id (1/59)]<br />Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam juga mengisyaratkan makna ayat di atas dalam sabda beliau shollallahu ‘alaihi wa sallam: “orang yang berjihad/berjuang dengan sungguh-sungguh (yang sebenarnya) – dalam riwayat lain: Jihad/perjuangan yang paling utama – adalah orang yang berjuang dengan sungguh-sungguh untuk menundukkan hawa nafsunya di jalan Allah ‘Azza wa Jalla – dalam riwayat lain: dalam ketaatan kepada Allah –” (HR. Ahmad 6/21,22, Ibnu Hibban 11/203 dll, dishahihkn oleh syaikh Al Albani dalam “Shahihul jaami’ ” 1/201 dan 1/1163)<br />Imam Ibnul Qayyim ketika menjelaskan proses pencapaian kebahagian yang hakiki dan kemanisan iman, yang diawali dengan kesusahan dan kepahitan, beliau berkata: “…Kebahagian (kemanisan iman) ini, meskipun pada permulaannya tidak lepas dari berbagai macam kesusahan, penderitaan dan perkara-perkara yang tidak disenangi oleh hawa nafsu, dan sesungguhnya nafsu manusia itu kalau dipaksa dan ditundukkan untuk menempuh jalan Allah ini dalam keadaan suka atau tidak, serta dipaksa untuk bersabar menghadapi kesusahan dan beratnya rintangan (yang menghalanginya), (hal itu pada akhirnya nanti) akan membawanya kepada taman-taman yang indah, tempat yang penuh kebahagiaan dan kedudukan yang mulia…”. [Miftahu daaris sa’adah (1/108)] <br />Beliau juga berkata: “Kalaulah bukan karena kejahilan (ketidaktahuan) mayoritas manusia akan kemanisan dan kelezatan iman, serta agungnya kedudukan ini, maka pasti mereka akan saling memerangi untuk memperebutkan hal tersebut dengan pedang-pedang mereka, akan tetapi (memang Allah Subhanahu wa Ta’ala) menghijabi (menutupi) kemanisan iman tersebut dengan perkara-perkara yang tidak disukai oleh nafsu manusia, sebagaimana mayoritas manusia juga dihalangi/ditutupi (untuk merasakan kemanisan iman tersebut) dengan hijab kejahilan, dengan tujuan agar Allah Subhanahu wa Ta’ala memilih dan mengkhususkan siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya untuk mencapai kedudukan ini dan merasakan kemanisan iman, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala maha memiliki karunia yang agung”. [Miftahu daris sa’aadah (1/109)]<br />Sebelum kami mengakhiri tulisan ini, kami ingin menyampaikan dan mendudukkan makna sebuah hadits, yang barangkali hadits ini oleh kebanyakan orang dianggap bertentangan dengan penjelasan dan nukilan-nukilan yang kami sampaikan di atas. Hadits tersebut adalah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (4/2272) dll dari Abu Hurairah rodiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dunia ini adalah penjara (bagi) orang yang beriman dan surga (bagi) orang kafir”. Penafsiran yang benar dari hadits ini ada dua – seperti kata Ibnul Qayyim dalam kitab beliau “Badaai’ul fawaaid” (3/696) –, yaitu: <br />1. Orang yang beriman di dunia ini, keimanannya yang kuat menghalangi dia untuk memperturutkan nafsu syahwat yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga dengan keadaan ini seolah-olah dia hidup dalam penjara. Atau dengan kata lain: dunia ini adalah tempat orang yang beriman memenjarakan hawa nafsunya dari perbuatan2 yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, berbeda dengan orang kafir yang hidup bebas memperturutkan nafsu syahwatnya. Penafsiran ini juga disebutkan oleh Imam An Nawawi dalam “Syarh shahih Muslim” (18/93). Penafsiran pertama ini maknanya kurang lebih sama dengan keterangan dan nukilan2 yang kami sampaikan di atas tentang kesusahan dan kepahitan yang dialami oleh seorang hamba pada tahapan awal perjalanannya menuju ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mencapai kesempurnaan dan kemanisan iman. <br />2. Makna: “Dunia ini adalah penjara (bagi) orang yang beriman dan surga (bagi) orang kafir”, adalah jika dibandingkan dengan keadaan/balasan orang yang beriman dan orang kafir di akhirat nanti, karena orang yang beriman itu meskipun hidupnya di dunia paling senang dan bahagia, tetap saja keadaan tersebut seperti penjara jika dibandingkan dengan besarnya balasan kebaikan dan kenikmatan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sediakan baginya di surga di akhirat kelak. Dan orang kafir meskipun hidupnya di dunia paling sengsara dan menderita, tetap saja keadaan tersebut seperti surga jika dibandingkan dengan pedihnya balasan kejelekan dan siksaan yang Allah ‘Azza wa Jalla akan timpakan kepadanya di neraka di akhirat nanti. Penafsiran ini juga disebutkan oleh Ibnu Taimiyyah dalam tulisan beliau “Qaa’idatun fil mahabbah” (1/175), dan dalam tulisan tersebut beliau juga mejelaskan bahwa makna hadits ini sama sekali tidak bertentangan dengan kebahagian hakiki dan kemanisan iman yang dirasakan oleh orang yang beriman di dunia ini, seperti keterangan dan nukilan2 yang kami sampaikan di atas. <br />Kedua penafsiran di atas juga disebutkan oleh Al Munawi dalam kitab beliau “Faidhul Qadiir” (3/546), kemudian beliau menyebutkan suatu kisah yang terjadi pada seorang ulama ahli hadits yang sangat terkenal, Al Hafizh Ibnu Hajar Al ‘Asqalaani, ketika Ibnu Hajar menjabat sebagai hakim agung di Mesir, suatu ketika Ibnu Hajar melewati sebuah pasar dengan penampilan yang indah dan menunggangi kendaran yang bagus, maka tiba-tiba datang menemui beliau tanpa izin seorang yahudi penjual minyak panas, dalam keadaan pakaiannya kotor berlumuran minyak, dan penampilannya pun sangat buruk dan dekil. Lalu orang yahudi tersebut langsung memegang tali kekang hewan tunggangan Ibnu Hajr dan berkata: Wahai syaikhul islam (gelar untuk Ibnu Hajar)! Kamu menyangka bahwa Nabi kalian (Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam) pernah bersabda: “Dunia ini adalah penjara (bagi) orang yang beriman dan surga (bagi) orang kafir”, maka penjara macam apa yang saat ini kamu rasakan (dengan keadaanmu yang serba cukup seperti ini), dan surga macam apa yang saat ini aku rasakan (dengan keadaanku yang serba memprihatinkan seperti ini)? Maka Ibnu Hajar menjawab: (Keadaanku ini) jika dibandingkan dengan kenikmatan besar yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sediakan bagiku di akhirat nanti, maka seakan-akan saat ini aku (hidup) di penjara, dan (keadaanmu ini) jika dibandingkan dengan azab besar dan pedih yang Allah ‘Azza wa Jalla sediakan bagimu di akhirat nanti, maka seakan-akan saat ini kamu (hidup) di surga. Kemudian (dengan sebab itu) orang yahudi tersebut masuk islam.<br />Pembahasan masalah ini adalah pembahasan yang sangat luas, dan jika ada di antara pembaca yang menginginkan pembahasan yang lebih lengkap tentang masalah ini, silahkan merujuk kepada kitab-kitab yang kami jadikan referensi dalam tulisan ini dan kitab-kitab para ulama ahlus sunnah lainnya. <br />Kami menyadari bahwa mestinya banyak kekurangan dalam tulisan ini karena kurangnya ilmu dan terbatasnya kemampuan kami untuk merangkai kata-kata yang indah dan mudah dipahami pembaca.<br />Tujuan kami menulis pembahasan ini tidak lain adalah untuk memberikan motivasi dan dorongan kepada kita semua untuk semakin bersemangat dan bersungguh-sungguh menuntut ilmu agama yang bermanfaat [Insya Allah’Azza wa Jalla- kami akan menulis pembahasan khusus tentang ilmu yang bermanfaat dan syarat-syarat untuk mendapatkannya] yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam berdasarkan pemahaman para ulama ahlus sunnah, kemudian berusaha untuk mengamalkan ilmu tersebut dengan baik dan benar, karena inilah satu-satunya jalan untuk mencapai dan meraih semua kebaikan dan keutamaan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala janjikan bagi hambanya di dunia dan di akhirat, termasuk kebaikan dan keutamaan yang berupa kemanisan dan kelezatan iman.<br />Ibnul Qayyim berkata: semua sifat (baik) yang dengannya Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji hambanya dalam Al-Quran adalah buah dan hasil dari ilmu (yang bermanfaat), dan semua sifat (jelek) yang Allah Subhanahu wa Ta’ala cela dalam Al-Quran adalah buah dan hasil dari kejahilan. [Miftahu daaris sa’aadah (1/115)]<br />Dalam sebuah atsar yang shahih dari sahabat Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia, ‘Ali bin Abi Thalib rodiallahu ‘anhu [Atsar ini dinukil oleh Ibnul Qayyim dalam “Miftahu daaris sa’adah” (1/123), dan beliau juga menukil ucapan Al Khatiib Al Baghdadi yang mengatakan bahwa hadits (atsar) ini adalah hadits yang hasan, dan termasuk hadits yang paling bagus maknanya dan paling indah susunan kata-katanya. Atsar ini juga dishahihkan oleh para ulama lainnya], ketika beliau menjelaskan keutamaan orang yang berilmu dan fungsi ilmu tersebut dalam membawa mereka meraih kesempurnaan dan kemanisan iman, beliau berkata: “… Ilmu itu membawa mereka (dengan tanpa mereka sadari) untuk merasakan hakikat (kesempurnaan dan kemanisan) iman, sehingga mereka merasakan ringan dan mudah (melaksanakan ibadah dan pendekatan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala) yang semua ini dirasakan berat oleh orang-orang yang melampaui batas (sehingga lalai dari ilmu), dan mereka merasa senang dan suka (melakukan amalan-amalan shaleh dan ketaatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla) yang semua ini tidak disukai oleh orang-orang yang jahil…”. <br />Terakhir, kami menutup tulisan ini dengan berdo’a dan memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan agung, serta sifat-sifat-Nya yang maha tinggi dan sempurna agar Dia menganugrahkan kepada kita semua taufik dan hidayah-Nya untuk bisa meraih kesempurnaan dan kemanisan iman, dan menjadikan kita semua tetap istiqamah di jalan-Nya yang lurus sampai kita menghadap-Nya nanti, Aamiin.<br />وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين<br />Kota Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam, 15 Shafar 1427 H<br />Abul Hasan Abdullah bin Taslim Al ButhoniLilik Khoirudinhttp://www.blogger.com/profile/12951474126734285545noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309521002362043218.post-47653441853827048772011-10-13T05:02:00.000-07:002011-10-13T05:06:22.467-07:00Makna Risalah dan Rasul• Risalah: Sesuatu yang diwahyukan A11ah SWT berupa prinsip hidup, moral, ibadah, aqidah untuk mengatur kehidupan manusia agar terwujud kebahagiaan di dunia dan akhirat.<br />• Rasul: Seorang laki-laki (21:7) yang diberi wahyu oleh Allah SWT yang berkewajiban untuk melaksanakannya dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada manusia.<br /><br />Pentingnya iman kepada Rasul<br />• Iman kepada para rasul adalah salah satu Rukun Iman. Seseorang tidak dianggap muslim dan mukmin kecuali ia beriman bahwa Allah mengutus para rasul yang menginterprestasikan hakekat yang sebenarnya dari agama Islam, yaitu Tauhidullah .<br />• Juga tidak dianggap beriman atau muslim kecuali ia beriman kepada seluruh rasul, dan tidak membedakan antara satu dengan yang lainnya. (Al-Asyqor:56)<br /><br />Tugas para rasul<br />1. Menyampaikan (tablig) [5:67, 33:39]. Yang disampaikan berupa:<br />• Ma’rifatullah [6:102] (Mengenal hakikat Allah) .<br />• Tauhidullah [21:25] [Mengesakan Allah] .<br />• Basyir wa nadzir [6:48] (Memberi kabar gembira dan peringatan)<br />2. Mendidik dan Membimbing [62:2]<br /><br />Sifat-sifat para rasul<br />1. Mereka adalah manusia (17:93-94,8:110]<br />2. Ma’shum [terjaga dari kesalahan] [3:161, 53:1-4]<br />3. Sebagai suri teladan [33:2l, 6:89-90]<br /><br />Referensi<br />• Kelompok Studi Al-Ummah, Aqidah Seorang Muslim, hal. 60-71<br />• Al-Asyqor, Dr. Limar Sulaiman, Para Rasul dan Risalahnya, Pustaka MantiqLilik Khoirudinhttp://www.blogger.com/profile/12951474126734285545noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-8309521002362043218.post-15847328277665662482011-10-13T04:51:00.001-07:002011-10-13T05:08:04.066-07:00Ma’rifatullahMUQADDIMAH<br /> <br /> Sesungguhnya kewajiban yang mula-mula sekali atas setiap manusia ialah mengenal akan Allah swt atas dasar ilmu. (Muhammad 47:19) Kemudian mengetahui akan Rasulullah saw dan membenarkan risalah nya atas dasar pengetahuan yang yakin tanpa keraguan. (Ar Ra'd 13:19) Selanjutnya wajib atas manusia mengetahui akan Diennya yang telah diperintahkan oleh Allah swt untuk mengikuti dengan penuh ketaatan dan menolak selainnya, sebab dengan penolakkan itu menjadi syarat seseorang dapat beribadah kepada Allah dengan betul dan benar. (Al An'am 6:153)<br /> <br /> Orang yang paling tinggi darjatnya ialah orang yang berilmu dan beriman. Dan ilmu itu mestilah dengan mencari dan mendapatkan maklumat yang lengkap dan sempurna. Dan pokok dasar ilmu itu ialah Ma'rifatullah (Mengenal Allah), Ma'rifaturrasul (Mengenal Rasul) dan Ma'rifatu Dienil Islam (Mengenal Dienul Islam). Inilah sepenting penting kewajiban yang mesti diketahui oleh setiap Insan, sebab seseorang itu apabila dia melakukan amal ibadah tanpa didasari atas ma'rifat kepada Allah swt maka sia-sialah seluruh aktiviti (kegiatan) kehidupannya. (Al Furqan 25:22-23)<br /> <br /> Seseorang telah datang menanyakan sesuatu persoalan kepada Rasulullah saw. Katanya: Wahai Rasulullah, apakah amalan yang paling afdhal (utama)? Beliau menjawab: Ilmu Tentang Allah Azaa wa Jalla. Orang itu bertanya lagi, Ilmu apakah yang tuan maksudkan? Beliau menjawab: Ilmu Tentang Allah Yang Maha Suci. Maka orang itu bertanya lagi, kami tanyakan tentang amal yang paling utama, sedang tuan menjawab Ilmu. Beliau menjawab: sesungguhnya sedikit amal dengan berma'rifatullah akan bermanfaat, sebaliknya banyak amal sekalipun, tetapi jahil tentang Allah tidak ada manfaatnya. (Dikeluarkan oleh Ibnu Abdul Bar)<br /> <br /> Ma'rifatullah atau mengenal Allah Azza wa Jalla. adalah ilmu yang paling asas, kedudukannya dalam Islam sangat penting, tinggi dan mulia. Ini kerana Ia merupakan asas dibangunkan segala amal dalam kehidupan. Dari sanalah dibangun Ma'rifaturrasul dan Ma'rifatu Dienil Islam secara utuh.<br /> <br /> <br />CARA MA’RIFATULLAH<br /> <br /> Apabila manusia menggunakan akal fikirannya sedikit saja, ia akan mendapati dan menemukan bahawa Allah lah yang telah menciptakan alam semesta termasuk manusia dan memberikan baginya alat-alat terpenting untuk mengenal dan mengetahui segala macam Ilmu Dien dan Ilmu Dunia, dan tidak mungkin bagi seorang itu memperoleh ilmu sedikitpun melainkan dengan alat-alat tersebut iaitu pendengaran, penglihatan dan hati. (An Nahl 16:78) <br /> <br /> Tanpa manusia mengenal penciptanya. tidaklah ia mengikuti petunjuk Nya yang akan membawanya kepada kebahagiaan hidup dunia dan akhirat, sebaliknya ia akan menjadi orang-orang yang rugi. Oleh kerana itu maka kewajiban manusia yang pertama ialah mengenal Allah swt. Metod untuk Ma’rifatullah ialah dengan Petunjuk Dienul Islam dan dibantu pula dengan Ma’rifatullah menggunakan Petunjuk Akal Fikiran.<br /> <br /> <br />MA’RIFATULLAH DENGAN PETUNJUK DIENUL ISLAM<br /> <br /> Melalui Petunjuk Dienul Islam, terdapat tiga kaedah untuk Ma’rifatullah atau Mengenal Allah iaitu dengan Ma’rifah Fie Rububiyyatihi iaitu Mengenal Allah melalui Rububiyyah Nya, Ma’rifah Fie Asmaihi Wa Sifatihi iaitu Mengenal Allah melalui Asma’ (nama) dan Sifat Nya dan Ma’rifah Fie Uluhiyyatihi iaitu Mengenal Allah melalui Uluhiyyah Nya.<br /> <br /> <br />MA’RIFATULLAH MELALUI RUBUBIYYAH NYA<br /> <br /> Maksudnya ialah berma'rifah bahawa Allah adalah Rabb semesta alam, Pencipta segala makhluk, Pemiliknya, Pengatur, Pemberi Rezeki dan Dialah yang telah mengajar dan mendidik para Nabi, Rasul dan pengikutnya diatas aqidah yang benar, akhlaq yang terpuji, ilmu yang bermanfaat dan amal yang soleh. (Al Fatihah 1:2; Az Zumar 39:62; Ali Imran 3:189; Ar Ra’d 13:2; Al Ankabut 29:60; Ar Rahman 55:1-4)<br /> <br /> <br />MA’RIFATULLAH MELALUI ASMA’ DAN SIFAT NYA<br /> <br /> Iaitu berma'rifah bahawa Allah mempunyai nama-nama yang agung dan sifat-sifat yang tinggi yang Dia beritahukan melalui lisan Rasul Nya (Al Quran dan As Sunnah). Al Asmaul Husna tidaklah terbatas kepada yang termaktub di dalam Al Quran dan As Sunnah.<br /> <br />Rasulullah saw bersabda: <br />Tidaklah seseorang ditimpa keresahan (kecemasan) dan kesedihan kemudian dia berkata, Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba Mu, anak dari hamba Mu (lelaki) dan anak dari hamba Mu (perempuan), ubun-ubunku ada di tangan Mu, hukum Mu berjalan padaku, Keputusan Mu adil bagiku, aku meminta kepada Mu dengan (berwasilahkan) semua nama yang Engkau miliki, Engkau namakan diri Mu dengannya, atau yang Engkau turunkan dalam kitab Mu atau yang Engkau ajarkan kepada salah satu dari makhluk Mu, atau yang Engkau simpan dalam ilmu ghaib di sisi Mu, agar Engkau jadikan Al Quran yang agung sebagai petunjuk hatiku, cahaya kalbuku, penghapus kesedihanku dan penghilang kegelisahanku, kecuali Allah akan menghapus kesedihan dan keresahannya dan menggantikannya dengan kelapangan. (Hadis Riwayat Ahmad bin Hambal)<br /> <br />Nama-nama Allah, sifat-sifat Nya serta zat Nya, tidaklah sama dengan nama, sifat dan zat makhluk Nya. (As Syura 42:11; Al A’raf 7:180)<br />Diantara beberapa Al Asmaul Husna dan sifat-sifat Allah termaktub dalam ayat dan hadis berikut: (Al Hasyr 59:23-24; As Sajadah 32:4)<br /> <br />Diriwayatkan daripada Abu Hurairah ra katanya: Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Allah tersenyum terhadap dua orang lelaki, salah seorang darinya membunuh yang seorang lagi namun kedua-duanya dimasukkan ke dalam Syurga. Para Sahabat bertanya: Bagaimana boleh terjadi begitu wahai Rasulullah? Baginda bersabda: Seseorang yang ikut berperang pada jalan Allah lalu beliau mati syahid, kemudian orang yang membunuh tadi telah bertaubat dan Allah telah menerima taubatnya. Setelah memeluk Islam beliau juga turut keluar berperang pada jalan Allah, kemudian beliau juga mati syahid.<br /> <br /> <br />MA’RIFATULLAH MELALUI ULUHIYYATIHI<br /> <br /> Iaitu berma'rifah bahawa Allah sahajalah yang berhak atas penghambaan dan peribadatan daripada keseluruhan makhluk Nya. Keesaan Allah didalam kesempurnaan Al Asmaul Husna, sifat-sifat Nya dan Rububiyyah Nya menuntut ‘Tiada yang berhaq diibadahi selain Dia’. Segala makhluk harus memurnikan ibadah hanya kepada Allah sahaja. (Al An’am 6:101; Az Zariyat 51:56; Al Hijr 15:99; Yusuf 12:40,67) <br /> <br /> <br />MA’RIFATULLAH DENGAN PETUNJUK AKAL FIKIRAN<br /> <br />Kaedah Pertama: Sesuatu yang tidak ada, tidak mungkin mencipta sesuatu. Sesuatu yang tidak wujud (ada) baginya, tiadalah dapat ia menciptakan/ menjadikan sesuatu kerana ia tidak wujud (ada). Padahal apabila kita fikirkan makhluk yang lahir dari bangsa manusia, haiwan dan tumbuh-tumbuhan, dan jelasnya mereka semuanya wujud di alam nyata. Juga seperti angin, hujan, malam dan siang, dan kita lihat benda-benda yang bergerak, berputar, beredar dalam satu aturan yang tertib dan rapi. Dan cuba kita arahkan pandangan kepada planet matahari, bulan, bintang-bintang dan sebagainya dalam sistem Bima Sakti, maka jangkauan akal menetapkan bahawa semua itu bukan dicipta oleh sesuatu yang tidak wujud, sesungguhnya dia berasal dari ciptaan yang Maha Pencipta yang wujud dalam semesta ini (At-Tur 52:35-36).<br /> <br />Kaedah kedua: Segala sesuatu yang tercipta menunjukkan sebagai sifat pembuat (pencipta). Sesungguhnya segala yang didapati di alam yang wujud menunjukan atas adanya kuasa atau sifat-sifat pembuat (Penciptanya). Sebagaimana tidaklah mungkin wujud sesuatu jika penciptanya tidak mempunyai kekuasaaan atau sifat yang boleh menjadikan sesuatu. Maka dalam kaedah ini kita mendapatkan sesuatu hukum teori Sebab-Akibat yang beerti bahawa adanya sesuatu menunjukkan sebab adanya Pencipta, iaitu Allah s.w.t sebagai sumber segala sebab itu (Prima Causa).<br /> <br />Dan hakikat kejadian alam semesta ini mestilah tertakluk kepada peraturan jangkauan akal, iaitu: Wajib, Mustahil dan Jaiz (mungkin). Wajib pada akal adalah sesuatu yang pasti diterima logik dan tidak dapat ditolak. Manakala mustahil ialah sesuatu perkara yang mesti ditolak oleh akal fikiran. Sedang Jaiz adalah sesuatu yang fikiran mengatakan boleh jadi ada dan berlaku dan boleh jadi tiada dan tidak berlaku. Adapun alam raya yang rapi dan sangat teratur ini akal fikiran tidak dapat menolak, ia telah wujud dan pastilah ada pula yang mewujudkannya (menciptakannya). Itulah Allah Rabbul Alamin. Dan tidaklah masuk akal (logik) jika alam ini terjadi tanpa ada yang menjadikannya.<br /> <br />Maka orang yang menggunakan akal fikirannya dengan sebaik-baiknya pastilah ia akan sampai kepada suatu peringkat untuk Ma'rifatullah, kemudian akan beriman secara bersungguh-sungguh kepada Nya. (Al Jathiyah 45:3-6; Al A'raf 7:85)<br /> <br /> <br />AKIBAT BURUK MENAFIKAN PERANAN AKAL FIKIRAN<br /> <br /> Ketinggian dan kemuliaan yang diberikan kepada manusia dibanding dengan mahkluk lainnya ialah pada akal fikiran. Apabila manusia tidak menggunakan dan memfungsikannya sebagaimana mestinya maka kedudukannya akan turun hingga taraf yang lebih rendah. (Al A'raf 7:179)<br /> <br /> Sesungguhnya orang yang tidak menggunakan akal fikirannya secara terbuka, maka ia akan menjadi penghalang bagi masuknya kebenaran. Dan ia akan menjadi pengekor dan pengikut kebatilan dalam segala aspek kehidupannya. Yang mereka ikuti hanyalah akal orang lain, yang dapat memberi manfaat dunia, sedikit dalam kehidupannya. (Al Baqarah 2:170; Al Maidah 5:104; Lukman 31:21) <br /> <br /> <br />PUJIAN BAGI MANUSIA YANG MENGGUNAKAN AKAL FIKIRAN<br /> <br /> Orang-orang yang menggunakan akal fikirannya mengikuti kaedah-kaedah yang telah ditetapkan padanya (dengan berfikir berlandaskan Al Quran dan As Sunnah dan tidak mendahulukan pendapat sendiri berbanding pendapat Allah dan Rasulnya), Allah memberikan sanjungan yang tinggi sebagai orang-orang yang mendapat hidayah dan taufiq Allah s.w.t. (Az Zumar 39:17-18) Orang-orang yang memiliki akal fikiran yang waras ialah orang orang yang mempunyai sifat: <br />1. Selalu memikirkan ciptaan Allah.<br />2. Selalu berzikir.<br />3. Banyak berdoa.<br /> (Ali Imran 3:190-194)Lilik Khoirudinhttp://www.blogger.com/profile/12951474126734285545noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309521002362043218.post-28639449717292660562011-10-13T04:49:00.000-07:002011-10-13T04:50:57.989-07:00Ma’rifatullah Puncak Akidah Islam1. KARAKTERISTIK AQIDAH ISLAM<br /><br />Aqidah Islam adalah Aqidah Rabbaniy (berasal dari Allah ) yang bersih dari pengaruh penyimpangan dan subyektifitas manusia. Aqidah Islam memiliki karakteristik berikut ini :<br /><br />1. Al Wudhuh wa al Basathah ( jelas dan ringan) tidak ada kerancuan di dalamnya seperti yang terjadi pada konsep Trinitas dsb.<br /><br />2. Sejalan dengan fitrah manusia, tidak akan pernah bertentangan antara aqidah salimah (lurus) dan fitrah manusia. Firman Allah : “Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah..” QS. 30:30<br /><br />3. Prinsip-prinsip aqidah yang baku, tidak ada penambahan dan perubahan dari siapapun. Firman Allah :”Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan lain selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah ?“ QS. 42:21<br /><br />4. Dibangun di atas bukti dan dalil, tidak cukup hanya dengan doktrin dan pemaksaan seperti yang ada pada konsep-konsep aqidah lainnya. Aqidah Islam selalu menegakkan : “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar” QS 2:111<br /><br />5. Al Wasthiyyah (moderat) tidak berlebihan dalam menetapkan keesaan maupun sifat Allah seperti yang terjadi pada pemikiran lain yang mengakibatkan penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya. Aqidah Islam menolak fanatisme buta seperti yang terjadi dalam slogan jahiliyah “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan mengikuti jejak mereka” QS. 43:22<br /><br /> <br /><br />2. PENGERTIAN MA’RIFATULLAH<br /><br />Ma’rifatullah (mengenal Allah) bukanlah mengenali dzat Allah, karena hal ini tidak mungkin terjangkau oleh kapasitas manusia yang terbatas. Sebab bagaimana mungkin manusia yang terbatas ini mengenali sesuatu yang tidak terbatas?. Segelas susu yang dibikin seseorang tidak akan pernah mengetahui seperti apakah orang yang telah membuatnya menjadi segelas susu.<br /><br />Menurut Ibn Al Qayyim : Ma’rifatullah yang dimaksudkan oleh ahlul ma’rifah (orang-orang yang mengenali Allah) adalah ilmu yang membuat seseorang melakukan apa yang menjadi kewajiban bagi dirinya dan konsekuensi pengenalannya”.<br /><br />Ma’rifatullah tidak dimaknai dengan arti harfiah semata, namun ma’riaftullah dimaknai dengan pengenalan terhadap jalan yang mengantarkan manusia dekat dengan Allah, mengenalkan rintangan dan gangguan yang ada dalam perjalanan mendekatkan diri kepada Allah.<br /><br /> <br /><br />3. CIRI-CIRI DALAM MA’RIFATULLAH<br /><br />Seseorang dianggap ma’rifatullah (mengenal Allah) jika ia telah mengenali<br /><br />1. asma’ (nama) Allah<br /><br />2. sifat Allah dan<br /><br />3. af’al (perbuatan) Allah, yang terlihat dalam ciptaan dan tersebar dalam kehidupan alam ini.<br /><br /> <br /><br />Kemudian dengan bekal pengetahuan itu, ia menunjukkan :<br /><br />1. sikap shidq (benar) dalam ber -mu’amalah (bekerja) dengan Allah,<br /><br />2. ikhlas dalam niatan dan tujuan hidup yakni hanya karena Allah,<br /><br />3. pembersihan diri dari akhlak-akhlak tercela dan kotoran-kotoran jiwa yang membuatnya bertentangan dengan kehendak Allah SWT<br /><br />4. sabar/menerima pemberlakuan hukum/aturan Allah atas dirinya<br /><br />5. berda’wah/ mengajak orang lain mengikuti kebenaran agamanya<br /><br />6. membersihkan da’wahnya itu dari pengaruh perasaan, logika dan subyektifitas siapapun. Ia hanya menyerukan ajaran agama seperti yang pernah diajarkan Rasulullah SAW.<br /><br /> <br /><br />Figur teladan dalam ma’rifatullah ini adalah Rasulullah SAW. Dialah orang yang paling utama dalam mengenali Allah SWT. Sabda Nabi : “Sayalah orang yang paling mengenal Allah dan yang paling takut kepada-Nya”. HR Al Bukahriy dan Muslim. Hadits ini Nabi ucapkan sebagai jawaban dari pernyataan tiga orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah dengan keinginan dan perasaannya sendiri. <br /><br />Tingkatan berikutnya, setelah Nabi adalah ulama amilun ( ulama yang mengamalkan ilmunya). Firman Allah : “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” QS. 35:28<br /><br />Orang yang mengenali Allah dengan benar adalah orang yang mampu mewarnai dirinya dengan segala macam bentuk ibadah. Kita akan mendapatinya sebagai orang yang rajin shalat, pada saat lain kita dapati ia senantiasa berdzikir, tilawah, pengajar, mujahid, pelayan masyarkat, dermawan, dst. Tidak ada ruang dan waktu ibadah kepada Allah, kecuali dia ada di sana. Dan tidak ada ruang dan waktu larangan Allah kecuali ia menjauhinya.<br /><br />Ada sebagian ulama yang mengatakan : “Duduk di sisi orang yang mengenali Allah akan mengajak kita kepada enam hal dan berpaling dari enam hal, yaitu : dari ragu menjadi yakin, dari riya menjadi ikhlash, dari ghaflah (lalai) menjadi ingat, dari cinta dunia menjadi cinta akhirat, dari sombong menjadi tawadhu’ (randah hati), dari buruk hati menjadi nasehat”<br /><br /> <br /><br />4. URGENSI MA’RIFATULLAH<br /><br />a. Ma’rifatullah adalah puncak kesadaran yang akan menentukan perjalanan hidup manusia selanjutnya. Karena ma’rifatullah akan menjelaskan tujuan hidup manusia yang sesungguhnya. Ketiadaan ma’rifatullah membuat banyak orang hidup tanpa tujuan yang jelas, bahkan menjalani hidupnya sebagaimana makhluk hidup lain (binatang ternak). QS.47:12<br /><br />b. Ma’rifatullah adalah asas (landasan) perjalanan ruhiyyah (spiritual) manusia secara keseluruhan. Seorang yang mengenali Allah akan merasakan kehidupan yang lapang. Ia hidup dalam rentangan panjang antara bersyukur dan bersabar.<br /><br />Sabda Nabi : Amat mengherankan urusan seorang mukmin itu, dan tidak terdapat pada siapapun selain mukmin, jika ditimpa musibah ia bersabar, dan jika diberi karunia ia bersyukur” (HR.Muslim)<br /><br />Orang yang mengenali Allah akan selalu berusaha dan bekerja untuk mendapatkan ridha Allah, tidak untuk memuaskan nafsu dan keinginan syahwatnya.<br /><br />c. Dari Ma’rifatullah inilah manusia terdorong untuk mengenali para nabi dan rasul, untuk mempelajari cara terbaik mendekatkan diri kepada Allah. Karena para Nabi dan Rasul-lah orang-orang yang diakui sangat mengenal dan dekat dengan Allah.<br /><br />d. Dari Ma’rifatullah ini manusia akan mengenali kehidupan di luar alam materi, seperti Malaikat, jin dan ruh.<br /><br />e. Dari Ma’rifatullah inilah manusia mengetahui perjalanan hidupnya, dan bahkan akhir dari kehidupan ini menuju kepada kehidupan Barzahiyyah (alam kubur) dan kehidupan akherat.<br /><br /> <br /><br />5. SARANA MA’RIFATULLAH<br /><br />Sarana yang mengantarkan seseorang pada ma’rifatullah adalah :<br /><br />a. Akal sehat<br /><br />Akal sehat yang merenungkan ciptaan Allah. Banyak sekali ayat-ayat Al Qur’an yang menjelaskan pengaruh perenungan makhluk (ciptaan) terhadap pengenalan al Khaliq (pencipta) seperti firman Allah : Katakanlah “ Perhatikanlah apa yang ada di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman. QS 10:101, atau QS 3: 190-191<br /><br />Sabda Nabi : “Berfikirlah tentang ciptaan Allah dan janganlah kamu berfikir tentang Allah, karena kamu tidak akan mampu” HR. Abu Nu’aim<br /><br /> <br /><br />b. Para Rasul<br /><br />Para Rasul yang membawa kitab-kitab yang berisi penjelasan sejelas-jelasnya tentang ma’rifatullah dan konsekuensi-konsekuensinya. Mereka inilah yang diakui sebagai orang yang paling mengenali Allah. Firman Allah :<br /><br />“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan ) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan..” QS. 57:25<br /><br /> <br /><br />c. Asma dan Sifat Allah<br /><br />Mengenali asma (nama) dan sifat Allah disertai dengan perenungan makna dan pengaruhnya bagi kehidupan ini menjadi sarana untuk mengenali Allah. Cara inilah yang telah Allah gunakan untuk memperkenalkan diri kepada makhluk-Nya. Dengan asma dan sifat ini terbuka jendela bagi manusia untuk mengenali Allah lebih dekat lagi. Asma dan sifat Allah akan menggerakkan dan membuka hati manusia untuk menyaksikan dengan seksama pancaran cahaya Allah. Firman Allah :<br /><br />“Katakanlah : Serulah Allah atau serulah Ar Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asma’ al husna (nama-nama yang terbaik) QS. 17:110<br /><br />Asma’ al husna inilah yang Allah perintahkan pada kita untuk menggunakannya dalam berdoa. Firman Allah :<br /><br />“ Hanya milik Allah asma al husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma al husna itu…” QS. 7:180 <br /><br /> <br /><br />Inilah sarana efektif yang Allah ajarkan kepada umat manusia untuk mengenali Allah SWT (ma’rifatullah). Dan ma’rifatullah ini tidak akan realistis sebelum seseorang mampu menegakkan tiga tingkatan tauhid, yaitu : tauhid rububiyyah, tauhid asma dan sifat. Kedua tauhid ini sering disebut dengan tauhid al ma’rifah wa al itsbat ( mengenal dan menetapkan) kemudian tauhid yang ketiga yaitu tauhid uluhiyyah yang merupakan tauhid thalab (perintah) yang harus dilakukan.Lilik Khoirudinhttp://www.blogger.com/profile/12951474126734285545noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309521002362043218.post-36911721950533401412011-09-30T04:51:00.000-07:002011-10-21T21:30:49.877-07:0010 Sebab, Doa tidak Dikabulkan<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSa84-ZgtlOLHEUTkSvtOgJqR839UiZL-99yRvtW2dA4W8pxzIgKQl5K-tGJsQDX1AHZVN36ANhAswmsoKnmrKjW9sIVaXjiIMVxMyY9um_iclTTynTSI1beC2rUB_VDf34VTJsLd9WZw/s1600/hand-mukibal-blog.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 180px; height: 127px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSa84-ZgtlOLHEUTkSvtOgJqR839UiZL-99yRvtW2dA4W8pxzIgKQl5K-tGJsQDX1AHZVN36ANhAswmsoKnmrKjW9sIVaXjiIMVxMyY9um_iclTTynTSI1beC2rUB_VDf34VTJsLd9WZw/s320/hand-mukibal-blog.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5658119967146489074" /></a><br /><br />Akhir-akhir ini saya disibukkan dengan intens merintis lembaga bimbingan belajar baru bernama bimbel indigo bersama salah satu sahabat saya (mas Ericka Darmawan). Dengan kesibukan tersebut hampir tiap hari selepas dzuhur saya ke kantor yang berjarak sekita 5 KM dari Madrasah Aliyah tempat saya mengajar. Dan tiap kali itu pula saya selalu mendirikan sholat Asar dan kadang Magrib juga di Musolla kantor. Ada sesuatu yang menarik di Musolla tersebut, yaitu terdapat sebuah pigura usang yang di dalamnya terpampang secarik kertas (yang juga usang) berjudul ‘10 Sebab, doa tak dikabulkan’.<br />Bisa dikatakan hampir tiap kali saya sholat Asar di sana, saya selalu membacanya, karena letaknya tepat di depan arah masuk. Dan setiap kali itu juga saya merasa diingatkan dan diingatkan kembali. Sungguh luar biasa dan saya yakin yang membuat tulisan itu akan terus menerima kiriman pahala setiap kali orang membaca dan menjadikan tulisan tersebut sebagai peringatan (amin). Maka, melalui posingan ini saya ingin berbagi dengan teman-teman semua, agar juga mendapatkan manfaat dari tulisan tersebut.<br />Berikut isi secarik kertas usang tersebut:<br /><br /> * 10 Sebab, Doa Tidak Dikabulkan;<br /><br /> 1. Seseorang yang meyakini adanya Allah tetapi tidak menunaikan hak-hakNYA<br /> 2. Seseorang yang membaca kitab Allah tetapi tidak mengamalkannya<br /> 3. Seseorang yang mengetahui bahwa iblis adalah musuhnya tetapi justru mengikuti langkah-langkahnya<br /> 4. Seseorang yang mencintai Rosululloh tetapi meninggalkan sunnah-sunnahnya<br /> 5. Seseorang yang bercita-cita masuk surga tetapi meninggalkan amalan-amalan yang disyaratkan untuk masuk surga<br /> 6. Seseorang yang takut adzab neraka, tetapi tetap meakukan dosa dan maksiat<br /> 7. Seseorang yang mengetahui ajal akan tiba tetapi tidak mempersiapkannya<br /> 8. Seseorang yang sibuk dengan aib orang lain<br /> 9. Seseorang yang makan rezeki dari Allah tetapi tak mensyukurinya<br /> 10. Seseorang yang tak mengambil pelajaran dari kematian<br /><br />Lihatlah kawan, bukankah sepuluh hal itu memang yang selalu kita lakukan, lalu jika kita masih melakukan 10 hal di atas, masih pantaskah kita berharap doa-doa kita dikabulkan oleh Allah SWT ?<br />Jika melihat keadaan diri ini, jadi teringat sebuah doa:<br /><br /> * “ya Allah, kami bukanlah ahli surga, tapi tak kuat kami menanggung panas api neraka. Maka ampuni kami ya Rabb”<br /> * “ya Allah, tak pantas doa kami untuk KAU kabulkan, tapi jika tidak KAU kabulkan kepada siapa lagi kami akan meminta?, maka KABULKANLAH DOA-DOA KAMI YAA RABB”<br /><br />Semoga bermanfaat, silahkan di copas dan di share lewat facebook, tiwitter dan apapun.Lilik Khoirudinhttp://www.blogger.com/profile/12951474126734285545noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309521002362043218.post-81188332171642630222011-09-30T04:43:00.000-07:002011-09-30T04:49:52.101-07:00Rumus Melibatkan Allah Dalam Berbisnis<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhH-qSet4Ym_rwJ226ZnnoFx9lBlcl7MhyHsGJeY8Ad_Eb-8EALsovTl9NIH3JCa05p23_-v1ovX90SDBjHAAHsworaQHCfDRMFs57zZDEL8XfHlrNnLocA0jHqmWGBDbgJimSnwIlisMs/s1600/garis.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 259px; height: 194px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhH-qSet4Ym_rwJ226ZnnoFx9lBlcl7MhyHsGJeY8Ad_Eb-8EALsovTl9NIH3JCa05p23_-v1ovX90SDBjHAAHsworaQHCfDRMFs57zZDEL8XfHlrNnLocA0jHqmWGBDbgJimSnwIlisMs/s320/garis.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5658118550550097090" /></a><br /><br />Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,<br /><br />Barangsiapa yang membantu menghilangkan satu kesedihan (kesusahan) dari sebagian banyak kesusahan orang mukmin ketika didunia maka Allah akan menghilangkan satu kesusahan (kesedihan) dari sekian banyak kesusahan dirinya pada hari kiamat kelak.<br /><br />Dan barangsiapa yang memberikan kemudahan (membantu) kepada orang yang kesusahan, niscaya Allah akan membantu memudahkan urusannya didunia dan di akhirat.<br /><br />Dan barangsiapa yang menutup aib orang muslim , niscaya Allah akan menutup aibnya dunia dan akhirat.<br /><br />Sesungguhnya Allah akan selalu menolong seorang hamba selama dia gemar menolong saudaranya. (HR. Muslim)<br /><br />Di tengah acara sebuah komunitas wirausaha Muslim terjadi sebuah dialog untuk membangun dan mencari solusi ekonomi ummat, banyak hal yang dibahas tentang bagaimana membuka peluang usaha dan perlunya bersaing secara profesional dengan para pengusaha 'non Muslim' yang saat ini begitu menguasai perekonomian negeri ini, diskusi lama lama terkesan sangat teoritis, dan beberapa dari mereka terjebak kearah materialistik cara pandangnya, padahal semua yang hadir adalah kaum muslimin juga, tapi ternyata kami semua lupa, bahwa yang hadir tersebut memiliki warisan yang tak ternilai harganya. Ternyata umat Islam sudah memiliki rumusan dan standar usaha yang telah di bimbing oleh Rasul SAW dan dicontohkan oleh para sahabatnya ra, bimbingan yang sederhana, bimbingan yang sangat mendarat dan manusiawi, penuh fitrah, penuh sunnatullah, dan di-support dengan janji Allah. Allah melibatkan diriNYa atas janjiNya.<br /><br />Berdasarkan hadis shahih di atas, mari kita urai dan tinjau agar mendapatkan makna dan rumusan agar urusan ujian manusia maupun bisnis muslim ini dapat melibatkan dan tertolong oleh bantuan Allah, sebagai berikut :<br /><br />“Barangsiapa yang membantu menghilangkan satu kesedihan (kesusahan) dari sebagian banyak kesusahan orang mukmin ketika didunia maka Allah akan menghilangkan satu kesusahan (kesedihan) dari sekian banyak kesusahan dirinya pada hari kiamat kelak”<br /><br />Siapa sih manusia yang tidak mengalami ujian dan cobaan dalam kehidupannya. Apalagi dalam menjalankan bisnis, ujian naik turun itu menjadi suatu hal yang berulang terjadinya. Ketahuilah setiap hamba Allah pasti mengalami masalah, mengalami kedukaan maupun kesukacitaan , tidak ada satupun yang terlepas dari seleksi Allah. Ujian dan cobaan kepada hamba Allah tersebut untuk menguji siapa yang lebih baik amalnya.<br /><br />Justru menurut hadist di atas, dan itu adalah sunnah Allah, dikala kita mengalami kesulitan dan kesusahan dalam menghadapi ujian kehidupan, dan kita berharap sekali untuk diangkat kesulitan oleh Allah, justru salah satu solusinya adalah dengan membantu dan menyelesaikan kesusahan hamba yang lain. konsep ini sangat sulit dipahami dengan ilmu keduniaan, apalagi ilmu matematis. tapi inilah hukum Allah, inilah sunnatuLlah. inilah cara agar Allah terlibat! Mulailah dengan cara ini, niscaya permasalahan perekonomian umat akan tuntas.<br /><br />Ingatlah sebuah contoh nyata yang pernah diabadikan dalam kisah sahabat Abdurrahman bin Auf ra dengan dipersaudarakan Saad bin Rabi ra dari Madinah.<br /><br />Berkatalah Saad kepada Abdurrahman, Wahai saudaraku, aku adalah penduduk madinah yang kaya raya. Silahkan pilih separuh hartaku dan ambillah, dan aku mempunyai dua isteri, pilihlah salah satu yang menurut anda lebih menarik,dan akan aku ceraikan dia supaya anda bisa memperisterinya.<br /><br />Jawab Abdurrahman bin Auf, “Semoga Allah memberkati anda, isteri anda dan harta anda. Tunjukkanlah jalan menuju pasar.”<br /><br />Kemudian abdurrahman menuju pasar, membeli, berdagang dan mendapat untung besar, ketahuilah Allah terlibat! Allah berkahi saling tolong menolong tersebut, saling mendahulukan kepentingan saudaranya.<br /><br />Pada suatu hari ia mendengar Rasulullah SAW, “Wahai Ibnu Auf, anda termasuk golongan orang kaya, dan anda akan masuk surga secara perlahan lahan. Pinjamkanlah kekayaan itu kepada Allah, pasti Allah mempermudah jalan anda,” semenjak ia mendengar nasehat Rasulullah Saw tersebut, ia mengadakan pinjaman yang baik, maka Allah pun memberi ganjaran padanya dengan berlipatganda.<br /><br />Ibnu Auf adalah seorang pemimpin yang mengendalikan hartanya, bukan seorang budak yang dikendalikan oleh hartanya. Sebagai buktinya, ia tidak mau celaka dengan menyimpannya. Ia mengumpulkannya dengan santai dan dari jalan yang halal, tetapi ia tidak menikmati sendirian, keluarga, kerabat saudara dan masyarakat pun ikut menikmatinya. Karena begitu luas pemberian serta pertolongannya, orang orang madinah pernah berkata: "seluruh penduduk madinah berserikat (menjalin usaha) dengan Abdurrahman bin Auf pada hartanya. Sepertiga dipinjamkannya kepada mereka, sepertiganya digunakan untuk membayar hutang hutang mereka, dan sepertiga sisanya diberikan dan dibagi bagikan kepada mereka."<br /><br />Mereka saling mendahulukan kepentingan saudaranya, Allah bukakan keberkahan, Allah bukakan peluang menguasai ekonomi ummat, Pasar Madinah yang tadinya dikuasai yahudi berpindah ke tangan muslimin, berawal dari sikap tolong-menolong (ta'awun) sesama muslimin, bermula dari saling memecahkan masalah saudaranya, menjadi penguasa ekonomi saat itu, inilah hukum Allah, inilah sunnatullah.<br /><br />Inilah cara melibatkan Allah... bukan dengan cara bersaing dengan pebisnis non-muslim melalui sistem yang dibuat oleh non-muslim juga, MUSTAHIL akan tampil. Bila ingin ummat ini kembali lagi menuju kejayaannya tidak pernah terjadi dan unggul melalui sistem buatan manusia. Kalau mau tampil harus kembali bersandarkan kepada SunnatuLLah dan Sunnah RasulNya.<br /><br />Pembahasan ini membuat terhenyak para wirausaha yang hadir, diskusi terhenti dan terhenyak diam, ...semoga para peserta diskusi berfikir ulang dan mulai menapak tilas sunnah yang pernah dilakukan untuk membenahi kekuatan ekonomi ummat... Tolonglah sudaramu yang sedang kesulitan.... ini adalah langkah awal menuju kejayaan. (Lilik Khoirudinhttp://www.blogger.com/profile/12951474126734285545noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309521002362043218.post-25765507604399587342011-09-18T08:57:00.000-07:002011-10-21T21:31:23.809-07:00Manfaat Istighfar bagi Dunia AkheratBacaan Istighfar berbunyi “Astaghfirullah” atau lengkapnya “Astaghfirullahhal’adhim” merupakan kalimat yang sangat pendek dan bisa di ucapkan dengan mudah. Namun demikian kalimat ini jika di baca secara rutin dalam setiap waktu dan kesempatan, lebih – lebih sehabis melaksanakan sholat akan memberikan dampak yang besar bagi si pelakunya.<br /><br />Ibnu Taimiyah Rahimahullah menyebutkan di dalam bukunya tentang buah dan faedah yang dapat kita ambil dari kita melakukan amalan ini, di antaranya ialah:<br />1. Diampuninya dosa-dosa. Siapa yang mengakui dosanya dan juga meninggalkannya, maka dia akan diampuni.<br />2. Ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kecintaan-Nya. Istighfar merupakan perkara yang penting, sehingga seorang hamba bisa mendapatkan ridha dan kecintaan Allah Subhanahu wa Ta”ala.<br />3. Memperoleh rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. FirmanNya, Hendaklah kalian meminta ampun kepada Allah Ta’ala, agar kalian mendapat rahmat (An-Naml :46).<br /><br /><br />4. Membebaskan diri dari adzab. Istighfar merupakan sarana yang paling pokok untuk membebaskan diri dari adzabnya, sebagaimana firman-Nya, Dan tidaklah Allah Ta’ala akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun.(Al-Anfal:33).<br /><br />5. Istighfar mendatangkan kebaikan yang banyak dan juga barokah. Firman Allah Ta’ala, Dan (dia berkata),’Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Rabb kalian lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang deras kepada kalian, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatan kalian’.(Hud:52).<br />Didalam firman-Nya yang lain, Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Rabb kalian’, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan kepada kalian hujan dengan lebat, dan akan membanyakkan harta dan anak-anak kalian, dan mengadakan untuk kalian kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untuk kalian sungai-sungai’.(Nuh:10-12).<br />6. Kebeningan hati. Karena istighfar dapat menghapus dosa dan mengenyahkannya. Maka hati pun menjadi bersih dan bening dari noda dosa serta kedurhakaan.<br />7. Istighfar merupakan kebutuhan hamba yang berkelanjutan. Dia membutuhkannya menjelang siang dan malam, bahkan istighfar senantiasa dibutuhkan dalam setiap perkataan dan perbuatan, kala sendirian maupun ramai, karena di dalamnya mengandung kemashlahatan, mendatangkan kebaikan, menyingkirkan kemudhoratan, menambah kekuatan amal hati dan badan serta keyakinan iman.<br />8. Mendatangkan sikap lemah lembut dan baik tutur katanya. Siapa yang ingin agar Allah Ta’ala memperlakukannya dengan lemah lembut, maka dia harus senantiasa bersama-Nya. Istighfar dapat menjadikan seorang hamba lemah lembut, baik tutur katanya, karena dia biasa mengucapkan kebenaran dan menjelaskannya.<br />9. Memperbanyak ibadah dan zuhud di dunia. Istighfar membutuhkan penyesalan dan taubat, sehingga ia menuntut pelakunya lebih banyak beribadah. Firman Allah Ta’ala, Sesungguhnya kebaikan-kebaikan itu menghapuskan kesalahan-kesalahan.(Hud:114).<br />Setelah kita mengetahui apa buah dan bagaimana faidahnya bagi kita apabila kita melaksanakan amalan ini, marilah bersama-sama kita saling mengingat kesalahan-kesalahan kita, mumpung kita masih hidup, masih ada waktu untuk memikirkan seberapa banyak dosa yang telah kita kerjakan dan berapa banyak kebaikan-kebaikan yang telah kita kerjakan. Marilah kita bersama-sama mencari ridha Allah Ta’ala mencari rahmat dan karunianya yaitu berupa surga di akhirat nanti. Dan mudah-mudahan kita tidak termasuk orang yang merugi di yaumul akhir nanti.<br />Allahu A’lam.<br />Sumber : http://akhsa.wordpress.com/2008/05/29/buah-dan-faedah-istighfar/ diambil pada 6/8/2008Lilik Khoirudinhttp://www.blogger.com/profile/12951474126734285545noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8309521002362043218.post-61367717062882367222011-09-18T08:49:00.000-07:002011-10-21T21:29:34.686-07:00Manfaat dan Keutamaan Istighfar (Mohon Ampun Kepada Allah)<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUL0hzWx4Vh6G2_WYhRqtuYsjurQ5XPIY5plsBFAEnotOhF87VXxyC4tYnLcGnIdBbcp6X1SgYgxqB1ADqppjS4oj3uMWv2EsFP0S9VsgQB_IPi6fzpmEFz8RHu2LJOPWGtj-IGBHpzS4/s1600/istighfar1.gif"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 106px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUL0hzWx4Vh6G2_WYhRqtuYsjurQ5XPIY5plsBFAEnotOhF87VXxyC4tYnLcGnIdBbcp6X1SgYgxqB1ADqppjS4oj3uMWv2EsFP0S9VsgQB_IPi6fzpmEFz8RHu2LJOPWGtj-IGBHpzS4/s320/istighfar1.gif" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5653727653901929314" /></a><br /><br />Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh<br /><br />Segala puji bagi Allâh, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasul-Nya yang terpercaya, keluarga, para shahabat serta orang yang mengikuti beliau hingga hari Kiamat, wa ba’du:<br />Berikut ini kami ketengahkan beberapa bahasan secara ringkas mengenai “Istighfar: keutamaan, waktu dan lafazhnya”. Kami memohon kepada Allâh agar menjadikan tulisan ini bermanfa’at.<br /><br />Diriwayatkan oleh HR. Bukhori, Nabi SAW bersabda “Istighfar paling utama yaitu engkau akan membaca : Allaahumma anta robbi, laa ilaa haillaa anta … (Syaidul Istighfar)”<br /><br />Istighfar sendiri berarti memohon ampun atas dosa yang kita lakukan, sengaja atau tidak, kita ketahui atau tidak. Allah sendiri memerintahkan kita untuk selalu beristighfar karena kita senantiasa berbuat dosa.<br /><br />Istighfar cukup dengan lafadz “Astaghfirullahhal ‘adzim” yang berarti Aku memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung<br /><br />Namun sesuai dengan Hadist Nabi SAW, Istighfar paling utama adalah Syaidul Istighfar. Adapun keistimewaan Istighfar tersebut selain sebagai Istighfar / Doa Memohon Ampun adalah (diriwayatkan oleh HR. Bukhori) bahwa “… Apabila Istighfar ini (Syaidul Istighfar) dibacanya di waktu sore lalu ia meninggal dunia, niscaya ia masuk surga atau (perawi ragu – ragu) ia tergolong salah satu penghuni surga. Dan apabila ia baca di waktu pagi hari lalu ia meninggal dunia pada hari itu, begitu pula”<br /><br />I. Manfaat dan Keutamaan Istighfar<br /><br />1. Istighfar merupakan bentuk keta’atan kepada Allâh ‘Azza Wa Jalla<br />Hamba yang taat adalah hamba yang selalu mohon ampun kepada Allah “Azza Wa Jalla. Banyanyak perintah Allah dalam Al Qur’an yang menyuruh hambaNya untuk beristighfar.<br /><br />2. Istighfar merupakan sebab untuk diampuninya dosa<br />Istighfar merupakan sebab untuk diampuninya dosa, sebab turunnya hujan, mendapatkan harta dan anak serta masuknya manusia ke dalam surga. Nabi Nuh berkata ketika mendakwahi kaumnya, sebagimana firman Allah (artinya): “Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Q.,s. Nûh:10-12)<br /><br />3, Kekuatan menjadi bertambah dengan istighfar<br />Kekuatan menjadi bertambah dengan istighfar, Allah Ta’ala berfirman (artinya), Dan (Hud berkata):”Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Rabbmu lalu tobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa”.(Q.,s.Hûd:52)<br /><br />4. Penyebab Mendapatkan Kesenganan yang Baik<br />Ia merupakan sebab mendapatkan kesenangan yang baik, serta menjadi sebab masing-masing orang yang memiliki keutamaan berhak mendapatkan keutamaannya. Allah Ta’ala berfirman (artinya), “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.” (Q.,s.Hûd:3).<br /><br />5. Terhindar dari Azab Allah<br />Allah tidak akan mengazab orang yang selalu beristighfar. Dia telah berfirman (artinya), “Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (Q.,s.al-Anfâ l:33)<br /><br />6. Meupakan Kebutuhan Seorang Hamba<br />Ia dibutuhkan oleh hamba-hamba Allâh karena mereka selalu berbuat kesalahan sepanjang malam dan siang hari. Jadi, bila mereka beristighfar, Allâh pasti mengampuni mereka.<br /><br />7. Penyebab Turunnya Rahmat Allah<br />Rahmat akan turun dengan sebab istighfar. Allah Ta’ala berfirman, “Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat.”(Q.,s.an-Naml: 46)<br /><br />8. Kaffarat (Penebus Dosa)<br />Istighfar merupakan kaffarat (penebus dosa) yang dilakukan dalam suatu majlis.<br /><br />9.Mengikuti Sunnah Nabi<br />Melakukannya berarti meneladani Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam sebab beliau beristighfar di dalam satu majlis sebanyak 70 kali. Dalam riwayat yang lain disebutkan, sebanyak 100 kali.<br /><br />II. Beberapa Ungkapan Mengenai Istighfar<br /><br />Diriwayatkan dari Luqman ‘alaihissalâm bahwa dia berpesan kepada anaknya, “Wahai anakku! Biasakanlah lisanmu mengucapkan:<br /><br />“Ya Allâh! ampunilah aku”, sebab Allâh menyediakan waktu-waktu dimana Dia Ta’âla tidak menolak doa orang yang berdoa kepada-Nya.”<br /><br />‘Aisyah radhiallaahu ‘anha berkata, “Beruntunglah orang yang mendapatkan di dalam shahîfah (lembaran amalnya) istighfar yang banyak.”<br /><br />Qatâdah berkata, “Sesungguhnya al-Qur’an ini menunjukkan kepada kalian penyakit dan obat; penyakit itu adalah dosa-dosa sedangkan obatnya adalah istighfar.”<br /><br />Abu al-Minhâl berkata, “Tidak ada tetangga (teman dekat) yang lebih dicintai oleh seorang hamba kelak di kuburnya selain istighfar.”<br /><br />al-Hasan berkata, “Perbanyaklah istighfar di rumah-rumah kalian, di hadapan hidangan-hidangan, di jalan-jalan, pasar-pasar serta majlis-majlis sebab kalian tidak tahu kapan ampunan-Nya akan turun.”<br /><br />Seorang Arab Badui (orang yang biasa hidup di pedalaman gurun pasir) bertutur, “Barangsiapa yang mendiami bumi kami ini, maka hendaklah dia memperbanyak istighfar sebab bersama istighfar itulah terdapat awan tebal yang membawa curahan hujan.” (maksudnya istighfar itu merupakan sebab turunnya hujan-penj., )<br /><br />III. Waktu-waktu Beristighfar<br /><br />Istighfar disyari’atkan di dalam setiap waktu, tetapi ia menjadi wajib ketika melakukan dosa-dosa dan menjadi sunnah/sangat dianjurkan seusai melakukan perbuatan-perbuatan baik, seperti beristighfar 3 kali setelah shalat, setelah haji dan lain-lain.<br /><br />Juga, dianjurkan pada waktu sahur sebab Allâh memuji orang-orang yang beristighfar pada waktu-waktu sahur tersebut.<br /><br />IV. Lafazh-lafazh Istighfar<br />Adapun bacaan Syaidul Istighfar adalah sebagai berikut :<br /><br />Allahumma anta rabbi, laa ilaaha illa anta khalqtani, wa ana ‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu, a’udzubika min syarri ma shona’tu, abu – ulaka bi ni’matika ‘alayya, wa abu – u bi dzanbi faghfirli fa innahu laa yaghfirudz dzunuba illa anta<br /><br />Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, yang tiada Tuhan yang pantas disembah melainkan Engkau yang telah menciptakan diriku. Aku adalah hamba – Mu, dan aku berada dalam perintah dan perjanjian – Mu, yang dengan segala kemampuanku, perintah – Mu aku laksanakan. Aku berlindung kepada – Mu dari segala kejelekan yang aku perbuat terhadap – Mu. Engkau telah mencurahkan nikmat – Mu kepadaku, sementara aku senantiasa berbuat dosa. Maka ampunilah dosa – dosaku. Sebab tiada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau.<br /><br />Wabillahi taupiq wal hidayah<br />Wa’alaikum salam Warahmatullahi wabarakatuhLilik Khoirudinhttp://www.blogger.com/profile/12951474126734285545noreply@blogger.com0